"Wahai Abu Hazim, tidakkah engkau tahu bahwa harga barang semakin mahal?"
SBD menjawab,
"Apa yang membuat kalian resah dengan hal itu? Sesungguhnya Dzat yang memberi rezeki kepada kita di saat harga murah, Dia juga yang akan memberi rezeki kepada kita di saat harga mahal".
Dialog di atas dinukil dari kitab Hilyatul Auliya (3/239). Menggambarkan sikap dan pandangan hidup SBD yang sangat jernih.
Realitasnya, harga-harga barang merupakan permainan para tengkulak dan para kapitalis global. Harga beras bukan dalam kendali petani. Harga daging ayam bukan dalam kendali peternak. Bukan pula dalam kendali pembeli.
Kita harus berjuang secara sistematis untuk melawan dominasi para kapitalis yang memainkan harga sesuka hati. Di saat yang sama, jangan sampai dibuat stres dan gelisah oleh permainan mereka.
Kita mendapatkan pelajaran berharga dari cara pandang SBD. Ia tidak dibuat stres dan gelisah oleh karena perubahan harga barang. Karena ia memiliki Allah yang akan memberikan rezeki di saat harga barang-barang sedang murah maupun di saat harga-harga sedang mahal.
Hidup kita akan tenang dan damai ketika bersandar kepada Dzat yang Mahakuat. Hidup kita akan selalu gelisah jika selalu terkait dengan harta benda duniawi.
Tentu kita harus terus berjuang secara sistemis untuk melawan dominasi para kapitalis. Namun disertai hati yang penuh tawakal dan bergantung kepada Allah semata. Bukan kepada manusia maupun benda-benda yang tak bisa kita kendalikan harganya.
Bahan Bacaan
Abdurrahman Ra'at Basya, Mereka adalah Para Tabi'in, At-Tibyan, 2009