Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Laki-laki Sejati Betah Mendengarkan Obrolan Istri

16 Februari 2023   20:44 Diperbarui: 16 Februari 2023   21:29 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi, by Canva

Catatan Laki-laki (24)

Salah satu problem manusia modern adalah tidak betah mendengarkan. Maka banyak orang merasa kesepian hidupnya, karena ingin bercerita, namun tak ada yang betah mendengarkannya. Ingin mengobrol, namun tak ada yang mau mendengarkan obrolannya.

Penyakit ini menjadi berbahaya dalam kehidupan suami istri. Ketika istri ingin curhat, dan suami tak mau mendengar curhatnya, istri akan curhat kepada orang lain di luar sana.

Ketika istri ingin bicara, namun suami tak bersedia mendengarkannya, ia akan merasa diabaikan dan tak diterima. Istri merasa tidak dicintai. Istri merasa tidak dihargai. Maka ia akan merasa sakit hati.

Demikian pula ketika istri tak mau mendengarkan pembicaraan suami, pasti akan membuat ang suami sakit hati. Ia merasa tidak dipercaya. Ia merasa tidak dianggap sebagai kepala keluarga. Bahkan ia merasa tidak berguna.

Untuk itulah, suami dan istri harus saling betah mendengarkan pembicaraan pasangan. Kita mendapatkan teladan utama dari Nabi saw --sosok yang sangat betah mendengarkan pembicaraan orang lain.

Nabi Betah Mendengarkan

Dalam sebuah penggal sejarah, suatu ketika Utbah bin Rabi'ah duduk di sebelah Rasulullah saw seraya berkata, "Wahai anak pamanku, sesungguhnya engkau mengetahui secara pasti kedudukanmu di tengah-tengah kaummu..."

"Engkau telah memecah-belah barisan mereka, engakau caci-maki tuhan-tuhan mereka, dan engkau kafirkan nenek moyang mereka. Karena itu dengarkanlah kata-kataku: Aku akan menyampaikan beberapa tawaran, mudah-mudahan kamu mau menerima sebagiannya," sambung Utbah.

Nabi saw menjawab, "Wahai Abl Walid, katakanlah. Aku akan mendengarnya."

Utbah segera mengutarakan dengan panjang lebar segala tawarannya. Ketika Utbah selesai bicara, Nabi saw kembali bertanya, "Sudah selesaikah wahai Abul Walid?"

"Sudah," jawab Utbah.

"Sekarang dengarkanlah kata-kataku," ungkap Nabi saw.

Beliau membacakan beberapa ayat dari surat Fushilat. Sampai pada ayat 37, yaitu sajadah, dan beliau bersujud.

Ternyata sikap santun Nabi saw yang betah mendengarkan pembicaraan Utbah, menjadi daya tarik yang luar biasa. Utbah sangat terpesona dengan gaya komunikasi beliau saw. Orang-orang Quraesy menyatakan Utbah telah tersihir oleh ucapan Muhammad saw.

Nabi saw Betah Mendengarkan Obrolan Istri

Imam Bukhari meriwayatkan sebuah kisah dari 'Aisyah. Kisah ini sangat panjang, disampaikan oleh Aisyah kepada Nabi saw. Perhatikan, betapa panjang cerita Aisyah, dan betapa betah Nabi saw mendengarkan cerita Aisyah dengan seksama.

Sebelas wanita duduk-duduk kemudian berjanji sesama mereka untuk tidak mnyembunyikan sedikitpun seluk-beluk suami mereka. Wanita pertama berkata, "Suamiku adalah daging unta yang kurus, berada di puncak gunung yang sulit, tidak mudah didaki, dan tidak gemuk sehingga mudah diangkat."

Wanita kedua berkata, "Suamiku? Aku tidak akan menyebarkan seluk-beluk tentang dirinya. Aku takut tidak bisa meninggalkannya jika aku menyebutnya, aku menyebutkan kebaikan dan keburukannya sekaligus."

Wanita ketiga berkata, "Suamiku jangkung. Jika aku berkata, ia menceraikanku. Jika aku diam, ia menggantungkan (urusanku)."

Wanita keempat berkata, "Suamiku sedang, seperti cuaca gunung Tihamah. Ia tidak panas, dingin, menakutkan, dan membosankan."

Wanita kelima berucap, "Suamiku? Jika ia masuk, ia seperti anak singa. Jika ia keluar, ia seperti singa. Ia tidak pernah bertanya apa yang ia ketahui."

Wanita keenam mengemukakan, "Suamiku? Jika makan, ia mencampur semua jenis makanan. Jika minum, ia menghabiskan seluruh air. Jika tidur, ia berselimut. Ia tidak memasukkan telapak tangan untuk mengetahui kesedihan."

Wanita ketujuh berkata, "Suamiku tidak tahu kemaslahatan dirinya dan bodoh. Baginya, semua penyakit adalah obat. Ia membelah kepalamu atau memecahkanmu, atau melakukan kedua-duanya terhadapmu."

Wanita kedelapan berkata, "Suamiku halus sehalus kelinci dan harum seharum zarrab."

Wanita kesembilan mengatakan, "Suamiku tinggi tiangnya, panjang bantuannya, besar asapnya, dan rumahnya dengan api."

Wanita kesepuluh mengemukakan, "Suamiku adalah majikan dan tidak ada majikan sebaik dia. Ia mempunyai unta yang banyak sekali dan dekat pengembalaannya. Jika unta-unta tersebut mendengar suara rebana sebagai tanda kedatangan tamu, unta-unta tersebut merasa yakin bahwa mereka akan disembelih."

Wanita kesebelas berkata, "Suamiku adalah Abu Zar'in. Tahukah kamu siapakah Abu Zar'in? Ia menggerak-gerakkan perhiasan kedua telingaku, memenuhi lemak kedua lenganku, dan membahagiakanku hingga jiwaku berbahagia. Ia mendapatiku di tempat pemilik kambing kecil di gunung kemudian membawaku ke pemilik kuda yang banyak, unta yang banyak, penggiling makanan, dan pengusir burung. Di tempatnya, aku berkata dan tidak menjelek-jelekkan, tidur hingga pagi, dan minum hingga puas.

Ibu Abu Zar'in. siapakah ibu Abu Zar'in? Tempat makanannya besar dan rumahnya luas. Anak laki-laki Abu Zar'in. Siapakah anak laki-laki Abu Zar'in? Tempat tidurnya seperti pedang yang diambil dari sarungnya (ringan) dan ia dibuat kenyang dengan lengan kambing yang berusia empat bulan.

Anak perempuan Abu Zar'in. Siapakah anak perempuan Abu Zar'in? Ia patuh kepada ayah ibunya dan membuat marah tetanggganya. Budak wanita Abu Zar'in. Siapakah budak wanita Abu Zar'in? Ia tidak merusak pembicaraan kami, tidak memindahkan warisan kami, dan tidak memenuhi rumah kami dengan kotoran seperti rumput.

Abu Zar'in keluar sedang bejana tempat susu digerak-gerakkan, kemudian ia bertemu dengan seorang wanita bersama dua anaknya seperti anak singa yang sedang bermain di bawah pinggangnya dengan dua buah delima, kemudian Abu Zar'in menceraikanku dan menikahi wanita tersebut.

Sesudahnya aku menikah dengan seorang laki-laki yang mulia, mengendarai dengan cepat, mengambil tombak, mengembalikan hewan ternak kepadaku, dan memberiku bau harum semuanya sepasang. Ia berkata, 'Makanlah hai Ummu Zar'in dan berilah makan keluargamu.' Jika aku kumpulkan semua yang diberikan suami keduaku tersebut, tidak mencapai bejana terkecil Abu Zar'in.

Aisyah berkata; Rasulullah saw bersabda, "Terhadapmu aku seperti Abu Zar'in terhadap Ummu Zar'in."

Dalam riwayat Imam An-Nasa-i, Aisyah berkata "Wahai Rasulullah, bahkan engkau lebih baik kepadaku dari pada Abu Zar'in".

Kisah di atas merupakan obrolan suami istri, yaitu obrolan berdua antara Aisyah dengan Nabi saw. Nabi mendengarkan dengan seksama cerita Aisyah yang panjang. Beliau tidak menyela, beliau tidak meninggalkan Aisyah, dan beliau tidak melarang Aisyah bercerita sedemikian panjangnya.

Betapa bahagia para istri, jika suami betah mendengarkan pembicaraan mereka. Para istri akan lega dan merasa dicintai oleh suami sepenuh jiwa.

Bahan Bacaan

Ilmu Islam, Hadits Bukhari Nomor 4790, https://ilmuislam.id/hadits/13209/hadits-bukhari-nomor-4790

Risalah Muslim, HR. Bukhari: 4790 Bergaul dengan Baik dengan Keluarga, https://risalahmuslim.id/hadits/bukhari-4790/

Hadits.id, Hadits Shahih Al-Bukhari No. 4790, https://www.hadits.id/hadits/bukhari/4790

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun