Utbah segera mengutarakan dengan panjang lebar segala tawarannya. Ketika Utbah selesai bicara, Nabi saw kembali bertanya, "Sudah selesaikah wahai Abul Walid?"
"Sudah," jawab Utbah.
"Sekarang dengarkanlah kata-kataku," ungkap Nabi saw.
Beliau membacakan beberapa ayat dari surat Fushilat. Sampai pada ayat 37, yaitu sajadah, dan beliau bersujud.
Ternyata sikap santun Nabi saw yang betah mendengarkan pembicaraan Utbah, menjadi daya tarik yang luar biasa. Utbah sangat terpesona dengan gaya komunikasi beliau saw. Orang-orang Quraesy menyatakan Utbah telah tersihir oleh ucapan Muhammad saw.
Nabi saw Betah Mendengarkan Obrolan Istri
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah kisah dari 'Aisyah. Kisah ini sangat panjang, disampaikan oleh Aisyah kepada Nabi saw. Perhatikan, betapa panjang cerita Aisyah, dan betapa betah Nabi saw mendengarkan cerita Aisyah dengan seksama.
Sebelas wanita duduk-duduk kemudian berjanji sesama mereka untuk tidak mnyembunyikan sedikitpun seluk-beluk suami mereka. Wanita pertama berkata, "Suamiku adalah daging unta yang kurus, berada di puncak gunung yang sulit, tidak mudah didaki, dan tidak gemuk sehingga mudah diangkat."
Wanita kedua berkata, "Suamiku? Aku tidak akan menyebarkan seluk-beluk tentang dirinya. Aku takut tidak bisa meninggalkannya jika aku menyebutnya, aku menyebutkan kebaikan dan keburukannya sekaligus."
Wanita ketiga berkata, "Suamiku jangkung. Jika aku berkata, ia menceraikanku. Jika aku diam, ia menggantungkan (urusanku)."
Wanita keempat berkata, "Suamiku sedang, seperti cuaca gunung Tihamah. Ia tidak panas, dingin, menakutkan, dan membosankan."