Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jaket Sobek Hadiah Istri, Episode Kesetiaan Laki-laki

17 November 2022   08:14 Diperbarui: 17 November 2022   08:29 1528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan Laki-laki (10)

Ketika engkau mencintai seseorang, semua hal yang terkait dengannya, akan selalu menjadi kenangan indah saat ia sudah tiada. Warna kesukaannya, makanan dan minuman kegemarannya, benda-benda yang lekat dengannya, semua menjadi kenangan yang mengesankan.

Pun tentang kakek yang satu ini. Kakek yang tinggal di daerah Al-Usayfirin, sekitar dua kilometer arah barat dari pintu 318 Masjid Nabawi, Madinah Al-Munawarah.

Usianya sudah mendekati 70 tahun, namun ia memilih hidup sendiri. Kesedihan 20 tahun lalu saat sang istri dipanggil menghadap Ilahi, membuatnya tak ingin menikah lagi. Ia habiskan waktu untuk ibadah melakukan kebaikan setiap hari.

Namanya Hasan. Menjelang Subuh, ia sudah tiba di Masjid Nabawi dengan berjalan kaki. Menunaikan shalat malam, sembari menunggu shalat Subuh berjamaah, hingga syuruq tiba.

Pagi yang gelap, dengan bertelekan pada tongkat, ia tiba di pelataran Masjid Nabawi. Tak sengaja aku melihatnya yang melintas di pelataran masjid. Secara reflek aku bergegas menghampiri kakek untuk membantunya memasuki Masjid Nabawi.

Aku merasa mungkin saja sang kakek akan kesulitan dan memerlukan bantuan. Namun dengan cepat sang kakek menolak tawaranku. "Laa... khalas ya akhi, Allahu ma'i.. insyaallah aqwa minka walau yashghuruni bis sanawat..." ujar sang kakek.

Ia tidak mau dibantu. Ia sudah rutin setiap pagi melakukannya sendiri. Berjalan dari rumahnya menuju Masjid Nabawi. "Tidak perlu kamu bantu Nak. Ada Allah bersamaku. Insyaallah aku lebih kuat dari kamu walau kamu bertahun tahun lebih muda dariku," ujarnya sambil tersenyum.

Aku sungguh terhenyak mendengar jawaban itu. Subhanallah, kakek yang amat salih. Meski mengenakan tongkat, kaki dan badannya masih kuat untuk berjalan 2 km menuju Masjid Nabawi.

Didorong rasa penasaran, akupun mengikuti sang kakek, berjalan di belakangnya. Setiba di dalam Masjid, ia menunaikan shalat sunnah dua rakaat.

foto: @arafahkube
foto: @arafahkube

Aku mengikuti dan menunggu di shaf belakang sang kakek. Ternyata sang kakek meneruskan shalat tahajud hingga 11 rakaat, hingga menjelang adzan Subuh berkumandang.

Saat sang kakek usai shalat malam dan berdoa, aku beranikan diri mendekatinya. Aku perhatikan, sang kakek mengenakan jaket kulit warna hitam yang sudah usang dan sobek di beberapa bagiannya.

Dalam hatiku, muncul rasa iba dan kasihan dengan kondisinya. Aku sangat ingin memberi hadiah kepada kakek yang salih ini.

Pelan-pelan aku menyapa, "Syaikh laqad fasad sitrak min ra'yi, sa ahdhir laka hasanatan ba'da shalah. Kakek, aku lihat jaket kakek sudah rusak. Boleh aku belikan yang baru setelah shalat Subuh nanti?"

Lagi-lagi aku terhenyak. Jawaban sang kakek sungguh tak terduga.

Sambil tersenyum, kakek menjawab. "Nak, istriku wafat sekitar 20 tahun lalu. Ia sangat suka jaket ini, lalu ia belikan untukku. Ia menghadiahkan jaket ini kepadaku..." Sang kakek menghela napas dalam-dalam.

"Aku selalu memakai jaket ini pergi ke Masjid Nabawi untuk shalat dan ibadah lain, agar pahalanya Allah kirimkan kepadanya...." sambung sang kakek.

"Di setiap langkah kakiku, ada pahala mengalir untuknya..."

Matanya teduh. Menerawang ke masa-masa indah saat masih bersama istri tercinta. Terbayang wajah sang istri yang sangat setia.

Kini istri tercinta telah tiada. Tinggal kakek Hasan hidup sendiri, karena anak-anak telah dewasa dan menjalani kehidupan mereka masing-masing.

Jaket usang dan sobek di beberapa bagiannya, selalu menemani ke manapun ia pergi. Terutama saat berjalan kaki menuju Masjid Nabawi.

Kakek Hasan selalu menyimpan rindu untuk mengunjungi rumah Nabi. Setiap pagi sebelum Subuh ia telah berjalan kaki dua kilometer dari rumahnya untuk sujud menyungkur di haribaan Ilahi. Memohonkan ampun untuk sang istri. Menangis dan berharap kelak ia dan istri bisa menjadi tetangga Nabi di surga Firdaus yang sangat tinggi.

Jaket usang dan sobek di beberapa bagiannya, adalah cinta dan rindunya, adalah kesetiaannya. Jaket itu selalu menghangatkan jiwanya --bukan sekedar tubuhnya. Terasa dekapan hangat istri tercinta yang menemani di sepanjang perjalanan menuju Masjid Nabawi.

Hingga kelak Allah pertemukan mereka kembali di surgaNya yang abadi.

******

Kisah di atas diceritakan oleh Al-Ustadz Muhammad Arafah Kube di akun instagram beliau @arafahkube. Saya tulis kembali dengan berbagai perubahan redaksi, tanpa mengubah isi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun