Aku mengikuti dan menunggu di shaf belakang sang kakek. Ternyata sang kakek meneruskan shalat tahajud hingga 11 rakaat, hingga menjelang adzan Subuh berkumandang.
Saat sang kakek usai shalat malam dan berdoa, aku beranikan diri mendekatinya. Aku perhatikan, sang kakek mengenakan jaket kulit warna hitam yang sudah usang dan sobek di beberapa bagiannya.
Dalam hatiku, muncul rasa iba dan kasihan dengan kondisinya. Aku sangat ingin memberi hadiah kepada kakek yang salih ini.
Pelan-pelan aku menyapa, "Syaikh laqad fasad sitrak min ra'yi, sa ahdhir laka hasanatan ba'da shalah. Kakek, aku lihat jaket kakek sudah rusak. Boleh aku belikan yang baru setelah shalat Subuh nanti?"
Lagi-lagi aku terhenyak. Jawaban sang kakek sungguh tak terduga.
Sambil tersenyum, kakek menjawab. "Nak, istriku wafat sekitar 20 tahun lalu. Ia sangat suka jaket ini, lalu ia belikan untukku. Ia menghadiahkan jaket ini kepadaku..." Sang kakek menghela napas dalam-dalam.
"Aku selalu memakai jaket ini pergi ke Masjid Nabawi untuk shalat dan ibadah lain, agar pahalanya Allah kirimkan kepadanya...." sambung sang kakek.
"Di setiap langkah kakiku, ada pahala mengalir untuknya..."
Matanya teduh. Menerawang ke masa-masa indah saat masih bersama istri tercinta. Terbayang wajah sang istri yang sangat setia.
Kini istri tercinta telah tiada. Tinggal kakek Hasan hidup sendiri, karena anak-anak telah dewasa dan menjalani kehidupan mereka masing-masing.