Menurutnya, jika Anda besar di dalam keluarga yang kuat, akan lebih mudah bagi Anda untuk membentuk keluarga yang kuat di masa dewasa.
Anak yang tumbuh dalam keluarga yang kuat, akan lebih mudah bagi mereka untuk membentuk keluarga yang kuat pula kelak ketika mereka sudah hidup berumah tangga. Meskipun mereka bisa banyak belajar tentang hidup berumah tangga dari banyak referensi, namun sumber inspirasi utama mereka untuk membangun keluarga adalah kondisi keluarga orangtuanya. Meskipun demikian, anak yang besar di keluarga yang bermasalah, masih dapat mengembangkan keluarga yang kuat di masa dewasa.
Pengaruh Ketidakharmonisan Keluarga Terhadap Perkembangan Anak
Menurut Elizabeth Hurlock, pasangan harmonis adalah suami istri yang mendapatkan kebahagiaan bersama dan mampu menghasilkan keputusan yang diperoleh dari peran-peran yang mereka laksanakan, mempunyai cinta yang matang, dapat melakukan penyesuaian (adaptasi) dengan baik, serta dapat menjalankan peran sebagai orang tua.
Studi telah banyak mengungkapkan, keharmonisan keluarga menjadi faktor penting untuk keberhasilan anak.Â
Hasil penelitian Eni Sulastri (2009) menunjukkan, keharmonisan keluarga merupakan faktor penentu dalam keberhasilan siswa dalam belajar. Ketika keluarga tidak harmonis, membuat siswa mengalami kesulitan dan hambatan dalam belajar.
Demikian pula dari sisi perilaku. Studi yang dilakukan oleh Nurul Arfani (2016) menunjukkan, semakin harmonis keluarga, semakin baik dan terjaga akhlak anak-anak. Ketika keluarga tidak harmonis, akan memberikan pengaruh terhadap sikap dan perilaku anak.
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh ketidakharmonisan keluarga bagi perkembangan anak, saya akan menyampaikan hasil studi yang dilakukan oleh Pangestu Tri Wulan Ndari dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta pada bulan September 2016 lalu. Ini salah satu potret yang perlu kita pahami, bagaimana ketidakharmonisan keluarga memberi pengaruh terhadap kejiwaan anak.
Pangestu melakukan riset terhadap tiga orang subyek. Yang pertama adalah AP, (perempuan, Islam, 14 tahun, kelas VII). Terdapat dua bentuk broken home yang terjadi pada keluarga AP, yaitu perpisahan yang disebabkan oleh perselingkuhan, dan perceraian yang disebabkan oleh masalah ekonomi. Â
Peristiwa perceraian dan perpisahan menyebabkan AP memiliki persepsi yang buruk mengenai keluarga dan orang tua, serta merasakan trauma akan pernikahan serta ketidaknyaman ketika di rumah. AP beberapa kali terlibat konflik dengan ibu dan teman-temannya.