Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Intimacy Suami Istri, Membuat Anda Lengket Tanpa Henti

6 Agustus 2022   11:43 Diperbarui: 6 Agustus 2022   12:00 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Couples who know each other intimately [and] are well versed in each other's likes, dislikes, personality quirks, hopes, and dreams are couples who make it" --John M. Gottman.

Pasangan suami istri, harus selalu lengket dalam kehidupan sehari-hari. Ini yang disebut oleh Robert Stenberg sebagai intimacy, yang menjadi salah satu unsur penting dari cinta. Tanpa intimacy, cinta Anda kering tak bertenaga.

Namun jangan membayangkan, intimacy menuntut suami istri untuk selalu berduaan kemana-mana. Makan bareng, tidur bareng, gowes bareng, mandi bareng, pakai baju sendiri-sendiri.... Kalau suami istri kebanyakan togetherness dan kurang separateness, akan mudah memunculkan kebosanan dan kejenuhan.

Intimacy bisa terjadi dalam banyak dimensi, misalnya intimacy secara spiritual. Ketika suami dan istri selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah, menjalankan kewajiban, meninggalkan larangan, menjalani kehidupan sesuai tuntunan, niscaya akan memunculkan kelekatan satu dengan yang lain.

Meskipun secara fisik sedang LDR, namun secara spiritual mereka selalu lengket dan tersambung. Mereka saling mendoakan untuk kebaikan diri dan pasangan. Sama-sama mampu menjaga diri. Sama-sama menjaga ketaatan dalam menjalani kehidupan. Muncul saling percaya, tidak saling curiga.

Ini salah satu perangkat intimacy yang bisa digunakan untuk menjaga kehangatan dengan pasangan. Intimacy spiritual menjadi sangat penting mengingat realitas dalam kehidupan sehari-hari, tidak mungkin suami istri akan terus menerus bisa bersama dalam semua kegiatan.

Suami bekerja, istri bekerja, di instansi yang berbeda. Jika tidak memiliki intimacy spiritual, memudahkan mereka saling curiga. Suami tidak setia, istri tidak setia, mereka membangun kelekatan dengan orang lain yang bukan pasangan hidupnya.

John M. Gottman menyatakan, "Pasangan yang saling mengenal secara intim [dan] sangat memahami kesukaan, ketidaksukaan, keunikan pribadi, harapan, dan impian satu sama lain --adalah pasangan yang berhasil".

Namun intimacy bukan given. Bukan turun dari langit. Intimacy harus diupayakan bersama oleh suami dan istri. Setelah menikah, mereka berdua memiliki agenda untuk menguatkan kelekatan satu dengan yang lainnya. Terus menerus, tidak letih, suami istri merajut dan merenda kelekatan.

"Intimacy is not something freely given. It requires your attention, willingness, and intentional effort. To be truly intimate means to be present for all the shades of life: the light, the shadow, and the in-between" --Gottman Institute.

Studi yang dilakukan oleh Gottman Institute menyatakan, "keintiman bukanlah sesuatu yang diberikan secara cuma-cuma (given). Keintiman membutuhkan perhatian, kemauan, dan usaha yang disengaja. Menjadi benar-benar intim berarti hadir untuk semua nuansa kehidupan: cahaya, bayangan, dan di antara keduanya".

"Through mindfulness, you enhance your capacity to show up, to get close, and to tune in to the transpersonal. It fuels the love in our human connections" --Gottman Institute.

Intimacy bukan kondisi sim-salabim dan adakadabra. Ini bukan sulap dan sihir, namun harus dirasakan secara nyata. Kesediaan suami istri untuk betah berusaha saling mengerti, saling memahami, saling mengisi, saling memberi, saling memaklumi, saling memaafkan, menjadi penentu keberhasilan membangun intimacy.

"Melalui perhatian penuh, Anda meningkatkan kapasitas untuk hadir, mendekat, dan melekat antar jiwa. Ini memicu cinta dalam hubungan kemanusiaan kita", ujar John Gottman.

Anda sudah siap membangun dan menghadirkan intimacy? Segera lakukan sekarang juga.

Bahan Bacaan

Ahmad Sainul, Konsep Keluarga Harmonis dalam Islam, Jurnal Al-Maqasid Vol 4 No 1, Januari -- Juni 2018, http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id

Gillian F. Sanger, How to Enhance Intimacy with Intentional Practices, https://www.gottman.com

Lucy Fry, Intimacy and Space, https://www.gottman.com

Luis Congdon, The One Thing Any Couple Can Do for Better Connection and Intimacy, https://www.gottman.com

Rahmat Aziz & Retno Mangestuti, Membangun Keluarga Harmonis Melalui Cinta dan Spiritualitas, Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, 14(2), 129-139. https://doi.org/10.24156/jikk.2021.14.2.129

Terry Gaspard, 10 Ways to Rekindle the Passion in Your Marriage, https://www.gottman.com

Yunita Sari, Membangun Komunikasi Intim Pasangan Muslim Nikah Muda dalam Pendekatan Psikologi Perkembangan dan Agama, Psympathic Jurnal ilmiah Psikologi, Februari 2018, DOI: 10.15575/psy.v1i1.2115, dalam: https://www.researchgate.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun