Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersiap Melepas Anak Perempuan, Seperti Apa Rasanya?

15 Juli 2022   11:31 Diperbarui: 15 Juli 2022   11:33 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang lelaki bertanya kepadaku, ketika ia mengetahui sebentar lagi aku akan menikahkan putri keduaku. Lelaki ini adalah seorang ayah, yang memiliki putri. Ia sedang belajar dan bersiap diri, bahwa pada saatnya nanti ia juga akan menikahkan putrinya. Entah kapan, namun ia harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya.

"Apa yang tengah Pak Cah persiapkan untuk menikahkan putrinya nanti?" demikian pertanyaan lelaki tersebut.

Tentu sangat banyak persiapan untuk menikahkan putriku. Jawabannya akan memerlukan waktu berhari-hari untuk mengurai. Tak mungkin aku menjawab hanya dalam beberapa menit.

"Aku sedang mempersiapkan diri, agar saat menikahkan putriku dengan calon suaminya nanti, aku tidak menangis", demikian jawabku.

"Oh ya? Bukankah itu mudah, Pak Cah? Mengapa harus dipersiapkan?" tanyanya.

"Saat aku mengucapkan kalimat ijab, lalu mempelai lelaki mengucapkan kalimat qabul, kemudian para saksi menyatakan 'sah', mulai detik aku telah melepas putriku. Bukankah ini berat, bagi seorang ayah?" jawabku.

Sebagai ayah, aku bertanggung jawab atas kehidupan, pendidikan, dan keselamatannya. Sebagai orangtua, kami menjaga dia dengan sebaik-baiknya, dengan  cara dan usaha yang kami mampu melakukannya. Kami selalu mendoakannya, kami selalu mengarahkannya. Kami bekerja mencari nafkah, demi kehidupan dan masa depannya.

 Kami telah menemani dan membersamainya lebih dari duapuluh tahun. Lalu seorang lelaki asing --yang kami tidak mengenal sebelumnya, mengambil putriku untuk dijadikan istri. Lelaki itu kelak akan menjadi menantuku, ia telah mengambil tanggung jawab yang semula tanggung jawabku.

Ia telah mengambil salah satu permata hati kami, yang sangat kami jaga dan kami cintai. Bukankah itu berat bagi kami?

Maka aku terus belajar untuk tidak menangis untuk peristiwa ini. Aku tidak ingin menangis saat melepas putriku nanti.

Aku ingin putriku tahu bahwa aku bahagia dengan pernikahannya. Aku bersyukur kepada Allah atas karunia luar biasa, hadirnya lelaki salih meminang dan menikahi putri kami. Betapa Allah sangat sayang kepada keluarga kami.

Sebagai ayah, aku tidak mungkin untuk terus menerus membersamainya. Secara umum, orangtua akan meninggalkan anaknya. Maka orangtua harus memastikan bahwa anak-anak mereka akan baik-baik saja kehidupan sepeninggal dirinya nanti.

Saat datang lelaki salih meminang dan menikahi putriku, aku bersyukur kepada Allah yang telah memilih dan mendatangkannya ke rumah kami. Kami tidak mengenal sebelumnya, maka kami yakin Allah yang memilih dan mendatangkan dirinya menjadi menantu kami.

Di titik ini pula aku menangis. Aku hanya berdoa meminta diberikan jodoh terbaik bagi putriku, terbaik untuk dunia dan akhiratnya. Tentu aku tidak menyebut nama. Ternyata Allah yang memilihkan dirinya menjadi jodoh bagi putri kami. Luar biasa kasih sayang Allah kepada keluarga kami.

Rasa syukur, haru, bahagia, namun juga sedih, bercampur aduk dalam diri kami sebagai orangtua. Maka aku menguatkan hati, untuk tidak menangis saat memimpin ijab qabul di hari pernikahan putri kami nanti. Aku harus kuat dan tegar melepasnya. Bahwa ia adalah putri dewasa yang telah mampu memilih yang terbaik untuk dunia dan akhiratnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun