Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Keluarga Kuat akan Melahirkan Keluarga Kuat Berikutnya

26 Mei 2022   08:31 Diperbarui: 5 Juni 2022   21:16 2470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"A family ought to raise children who become autonomous, and it should provide sufficient emotional support for stabilizing the parents' personalities and continuing their emotional maturation. To the extent a family accomplishes these tasks, it can be considered competent; to the extent it fails at one or both tasks, it can be considered less competent or dysfunctional" (Lewis and Looney, 1983).

Beberapa peneliti melakukan pendekatan terhadap keluarga yang sukses dengan mengembangkan model dan perspektif tentang fungsi keluarga. 

Fungsi yang digunakan cenderung bersifat psikologis, bukan fungsi sosial atau ekonomi keluarga. Misalnya, Lewis dan tim, melakukan studi keluarga dengan perspektif klinis, menggunakan teori Parson.

"Sebuah keluarga harus membesarkan anak-anak untuk mandiri. Keluarga harus memberikan dukungan emosional yang cukup untuk menstabilkan kepribadian orang tua dan melanjutkan pematangan emosional mereka. Sejauh keluarga menyelesaikan tugas-tugas ini, mereka dapat dianggap kompeten; namun jika gagal pada satu atau kedua tugas, itu dapat dianggap kurang kompeten atau disfungsional" (Lewis dan Looney , 1983).

Dalam perspektif Lewis, sebuah keluarga dianggap berhasil apabila mampu menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan anak dan orang tua. Inilah dua tugas yang harus sukses diemban oleh setiap keluarga.

Stinnett melihat dari perspektif kekuatan keluarga. Menurutnya, keluarga yang sukses atau kuat "menciptakan rasa identitas keluarga yang positif, mendorong interaksi yang memuaskan dan menyenangkan di antara anggota, mendorong pengembangan keluarga dan anggotanya, serta mampu menghadapi stres" (Stinnett, 1979).

Berbeda dengan perspektif yang dikembangkan Lewis, Stinnett memasukkan unsur kepuasan dalam kehidupan keluarga sebagai indikator kekuatan atau keberhasilan keluarga. Ada perspektif emosional yang masuk dalam indikator kekuatan keluarga.

"Strong family creates a sense of positive family identity, promotes satisfying and fulfilling interaction among members, encourages the development of family group and individual members, and is able to deal with stress" (Stinnett, 1979).

Sedangkan David Olson dan tim menyatakan, keluarga harus dapat (1) mengatasi stres dan masalah dengan cara yang efisien dan efektif; (2) memiliki dan menggunakan sumber daya koping atau cara mengatasi stres, baik dari dalam maupun dari luar keluarga; (3) memiliki kemampuan untuk menjadi lebih kohesif, lebih fleksibel dan lebih puas sebagai hasil dari mengatasi stres dan masalah secara efektif (Olson, 1986).

Definisi yang dikemukakan Olson dan tim tentang keluarga kuat, lebih bergantung kepada interaksi keluarga dibandingkan karakteristik individu.

Karakteristik Umum Keluarga Kuat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun