"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai".
Manusia cenderung berusaha untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Segala usaha, daya dan upaya dikerahkan, demi mendapatkan hal yang diharapkan. Segera setelah mendapatkan, ia akan merasa memiliki.
Muncullah kemelekatan. Semua yang kita miliki, cenderung melekat dalam diri. Tidak sadar bahwa segala sesuatu hanyalah titipan. Kita tidak belajar untuk melepaskan, justru berusaha mati-matian untuk mempertahankan.
Dari sini rasa sakit dan kesedihan dimulai. Saat manusia kehilangan dan harus melepas sesuatu  yang telah dimiliki. Rasa kecewa dan marah, karena kehilangan. Padahal hakikatnya manusia hanya dititipi oleh Yang Maha Memiliki. Sangat banyak jenis kehilangan bisa terjadi dalam kehidupan keseharian.
Ada yang kehilangan orang terkasih, karena meninggal dunia. Ada yang kehilangan pasangan karena perceraian. Ada yang kehilangan pacar karena tidak setia. Ada yang kehilangan harta benda karena kecurian atau penipuan. Ada yang kehilangan jabatan. Ada yang kehilangan kesempatan. Masih sangat banyak jenis kehilangan bisa terjadi dalam kehidupan manusia.
Sayang, kita tidak belajar melepaskan. Kita baru belajar untuk mendapatkan dan mempertahankan. Belum belajar untuk melepaskan. Maka belajar melepaskan adalah bagian dari kebijaksanaan dalam kehidupan.
Proses Belajar Melepaskan
Islam telah banyak memberikan kesempatan kepada kita untuk belajar melepaskan. Saat membayar zakat, kita sedang belajar melepas apa yang sudah susah payah kita usahakan. Saat memberikan infak dan sedekah, kita tengah belajar melepas sebagian harta yang selama ini kita miliki.
Saat membantu yatim piatu, fakir miskin dan kelompok rentan di tengah masyarakat, kita sedang belajar kebijaksanaan. Saat memberikan kontribusi, kita dilatih untuk melepaskan sesuatu yang kita cintai. Bukan memberi ala kadarnya. Bukan melepas sesuatu yang sudah tidak kita sukai.
Allah telah berfirman,