Menikah adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang tak boleh dibatasi oleh waktu. Menikah menjadi tidak sah apabila ada pernyataan batasan waktu, misalnya "Aku menikahimu dalam waktu satu tahun saja", atau semacamnya. Pernikahan 'kontrak' seperti ini, tak dikenal dalam tradisi ahlus sunnah wal jama'ah.
Maka ketika seseorang memutuskan untuk melaksanakan akad nikah, ia harus sadar akan menjalani kehidupan dalam keterikatan dengan pasangan di sepanjang usia kehidupan. Menikah itu untuk selamanya, bukan untuk sementara atau dibatasi masa. Siapkah Anda terikat dalam waktu 'selamanya'?
Apakah Selamanya Itu Lama?
Sesungguhnya hitungan waktu sangatlah relatif. Kita merasa waktu berjalan sangat lambat saat mengalami kebosanan dan ketidaksukaan. Misalnya menunggu lampu merah di tarffict light, waktu terasa berjalan sangat lambat. Kita ingin segera berjalan, dan takingin berlama-lama di perempatan jalan.
Namun waktu terasa berlalu sangat cepat saat kita merasakan keasyikan dan kebahagiaan. Seperti melalui Ramadan, tanpa terasa sudah tiba di bagian akhirnya. Ramadan akan segera berlalu, dan kita merasa belum selesai menuntaskan rindu.
Maka jika ditanyakan, "Apakah selamanya itu waktu yang lama?" Jawabannya sangatlah beragam. Tergantung bagaimana kita melewatinya bersama pasangan. Hidup bersama dalam ikatan pernikahan dengan seseorang yang dicintai, waktu tidaklah terasa. Tahu-tahu sudah sama-sama tua. Melewati hari dengan asyik saja.
Namun jika hidup bersama dalam ikatan pernikahan dengan seseorang yang tidak dicintai, waktu terasa berhenti. Setiap hari terasa menyiksa, seakan menjalani hukuman yang tiada akhirnya.
Oleh karena itu, bersiap menikah artinya Anda bersedia untuk terikat dengan si dia dalam ikatan pernikahan, sampai akhir usia. Terikat selamanya, karena tak boleh diniatkan untuk terikat sementara. Harus ada persiapan yang matang. Harus ada perencanaan yang detail. Harus ada desain kehidupan yang rasional.
Anda akan menjalani kehidupan dalam ikatan pernikahan, selamanya. Bukan sementara. Siapkah Anda saling terikat selamanya? Tidak bosankah Anda menjalaninya?
Belajar dari Susannah dan Tristan