Tafsir Ash-Shaghir oleh Fayiz bin Sayyaf As-Sariih menyatakan, "(Di kota itu) di kota batu itu (ada sembilan orang laki-laki) laki-laki dari anak para pemuka mereka {yang berbuat kerusakan di bumi dan tidak melakukan perbaikan.
Tafsir As-Sa'di oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di menjelaskan, "Dan pada saat itu di kota itu," maksudnya, di kota di mana Shalih berada, yaitu kota tempat mayoritas kaumnya. "Ada sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan," maksudnya, tabi'at mereka adalah melakukan pengrusakan di bumi. Mereka tidak mempunyai tujuan dan perbuatan untuk perbaikan. Mereka bersiap-siap untuk menentang Shalih, melecehkan agamanya, dan mengajak kaumnya untuk melakukan hal demikian.
An-Nafahat Al-Makkiyah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi menerangkan, "Allah mengabarkan bahwa Shalih bertempat di kota hijr yaitu sebuah kota yang terdapat Sembilan laki-laki yang merusak bumi dan sabotase, dan tidak ada sedikitpun di antara mereka yang menginginkan kebaikan selamanya".
Dalam Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an oleh Ustadz Marwan Hadidi bin Musa dijelaskan, "Menurut ahli tafsir yang dimaksud dengan kota ini ialah kota kaum Tsamud Yaitu kota Al Hijr. Dengan perbuatan maksiat. Sifat mereka mengadakan kerusakan di bumi, dan tidak ada maksud untuk mengadakan perbaikan. Mereka telah siap memusuhi Saleh dan mencela agamanya serta mengajak kaumnya agar bersikap sama seperti mereka".
Dalam Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI dinyatakan, "Pada ayat-ayat berikut ini diceritakan tentang negeri kaum Tsamud yang senantiasa bermaksiat. Negeri tersebut ialah Al-Hijr, yang terletak di selatan Madinah. Dan di kota itu ada sembilan orang laki-laki yang dari waktu ke waktu selalu berbuat kerusakan di bumi, yaitu segala macam kemaksiatan. Mereka tidak melakukan perbaikan terhadap diri mereka sendiri dengan beriman dan bertakwa".
"Mereka, sembilan orang tersebut, berkata kepada teman-temannya tentang niat jahat mereka, 'bersumpahlah kamu dengan nama Allah, bahwa kita pasti akan menyerang dia yaitu nabi saleh bersama keluarganya secara tiba-tiba pada malam hari, dan membunuhi mereka, kemudian untuk menutupi kasus ini, kita akan mengatakan kepada ahli warisnya bahwa kita tidak menyaksikan kebinasaan keluarganya itu, apalagi menyaksikan terbunuhnya saleh. Dan sungguh, kita orang yang benar'.
"Demikianlah perilaku orang jahat. Mereka melakukan tipu daya dalam melaksanakan kejahatan, kemudian mereka lepas tangan terhadap apa yang telah mereka lakukan secara licik, agar terkesan mereka adalah orang baik-baik".
Di bulan Ramadan ini, kesempatan sangat tepat untuk mengakhiri perbuatan buruk, dan menambah perbuayan baik. Jangan sampai kita meniru perilaku sembilan lelaki perusak negeri Al-Hijr ini.
Bahan Bacaan
Aunur Rafiq Saleh, https://aunurrafiq18.wixsite.com
Muhammad Abduh Tuasikal, www.rumaysho.com