"Lalu untuk tujuan apa Anda datang ke ruang konseling ini?" tanya konselor.
"Saya lega telah bisa bercerita leluasa di sini. Saya tidak bisa cerita kepada siapa-siapa. Saya hanya perlu melepaskan beban ini dengan bercerita kepada orang yang tepat", jawabnya.
*******
Alkisah, tersebutlah seorang ulama besar, Abu Muhammad bin Abi Zaid Al-Qairawani (310 -- 386 M). Beliau adalah seorang ulama yang sangat terkenal dengan ilmu dan adabnya. Beliau dihormati masyarakat karena ketinggian ilmunya, dan memiliki banyak murid.
Abu Bakar bin Abdurrahman bercerita tentang keluarga dan kehidupan beliau.
"Istri Abu Muhammad Al-Qairawani adalah perempuan yang berperangai buruk. Ia tidak menjalankan kewajiban sebagai istri, dan selalu menyakiti suami dengan lidahnya. Orang-orang heran dan tidak rela atas sikap sabar Syaikh Abu Muhammad terhadap perbuatan sang istri."
Ketika beberapa orang meminta kepada Abu Muhammad untuk menceraikan istrinya, beliau berkata,
.
"Aku adalah orang yang telah diberikan oleh Allah berbagai macam nikmat berupa kesehatan badan, ilmu, dan dikaruniakan kepadaku budak-budak. Mungkin sikap jelek istriku adalah hukuman Allah atas kekurangan agamaku. Aku hanya takut jika ia aku ceraikan, akan turun hukuman kepadaku lebih berat dari itu".
Kisah di atas ditulis oleh Ibnul Arabi dalam kitab Ahkam Al-Qur'an. Ibnul Arabi menyampaikan bahwa telah menceritakan kepadanya Abul Qasim bin Abu Hubaib, dari Abul Qasim As-Suyuri, dari Abu Bakar bin 'Abdurrahman, tentang Syaikh Abu Muhammad bin Abu Zaid Al-Qairawani.
Ulama besar sekaliber Syaikh Abu Muhammad, mendapat ujian dari Allah berupa istri yang memiliki adab buruk kepada suami. Namun beliau menerima hal itu sebagai wujud 'hukuman' yang ditimpakan Allah di dunia. Jika ia bersabar, berharap akan bisa menghapus dosa-dosanya.