Tanda telah memaafkan adalah tidak mengungkit persoalan yang telah berlalu. Terkadang satu konflik sudah terselesaikan dengan solusi yang baik. Namun masih ada residu yang mengganggu, karena masih sering diungkit dalam kehidupa keseharian.
"Dulu kami memperlakukan aku dengan buruk", kalimat seperti ini jika dituruti tidak akan ada habisnya. Selalu menggunakan kata "dulu", seakan tidak pernah terhapuskan. Jika memang sudah mampu memaafkan, semestinya tidak lagi mengungkit hal-hal yang telah berlalu.
Bersikaplah tawadhu (rendah hati) terhadap yang lain. Setelah memaafkan, jangan lagi mengungkit-ungkit hal yang telah berlalu. Barangsiapa yang mampu memaafkan dan bersifat rendah hati, kemuliaan akan didapatkannya, dunia dan akhirat.
Nabi saw bersabda, "Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin membuatnya mulia. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu' (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya" (HR. Muslim).
- Membangun Hubungan yang Lebih Baik
Setelah selesai dari satu konflil, berikutnya mertua dan menantu harus berusaha membangun hubungan yang lebih baik. Belajar dari pengalaman yang pernah terjadi, mereka bisa menjauhi sebab-sebab konflik berulang. Mereka bisa mengembangkan kesabaran yang lebih lapang.
Masing-masing pihak semakin pandai memilih kata-kata dan kalimat yang tidak menyakitkan. Masing-masing pihak belajar untuk memperlakukan pihak lain dengan cara yang lebih tepat. Jangan sampai konflik telah berlalu, namun hubungan tidak kunjung membaik.
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar" (QS. Fushilat: 34-35).
- Masing-masing Melakukan Evaluasi
Belajar dari konflik yang pernah terjadi, hendaknya masing-masing dari menantu dan mertua saling melakukan evaluasi diri. Ambil pelajaran terbaik agar tidak terjadi kasus yang berulang. Mungkin ada sikap atau perbuatan yang menyinggung pihak lain. Mungkin ada asumsi berlebihan yang memicu kebencian.
Evaluasi dilakukan ke dalam diri sendiri. Tidak perlu mengevaluasi pihak lain, karena akan semakin banyak menemukan kekurangan pihak lain. Lebih baik mengevaluasi diri sendiri agar semakin banyak menemukan kekurangan diri, untuk diperbaiki. Ini adalah sikap mulia, beradab dan bermartabat.
Seorang ulama besar, Al-Fudhail bin 'Iyadh menyatakan, "Orang beriman itu rajin menghisab (mengevaluasi) dirinya dan ia mengetahui bahwa ia akan berada di hadapan Allah kelak. Sedangkan orang munafik adalah orang yang lalai terhadap dirinya sendiri. Semoga Allah merahmati seorang hamba yang terus mengoreksi dirinya sebelum datang malaikat maut menjemputnya."
Bahan Bacaan