Sebaliknya, sang mertua juga tidak akan mau dijadikan satu bangsal dengan menantu. Rasa sakit hati dan permusuhan yang terbangun, membuat mereka tak akan bisa bersatu dalam satu bangsal perawatan. Mungkin diam-diam mertua akan mencabut selang infus dan oksigen menantu saat ia tidur.
Jika jenis menantu kedua diminta perawatan satu bangsal dengan mertua, ia akan bersedia. Baginya, itu adalah kewajiban normatif, dimana ia bisa berharap pahala dari tindakan itu. Ia akan berusaha berbuat dan bersikap baik selama berada dalam satu bangsal perawatan dengan mertua.
Dari sisi mertua, ia juga akan bisa menerima kehadiran sang menantu di bangsalnya. Mereka berinteraksi secara seperlunya, dan melakukan aktivitas di bangsal dengan minim interaksi.
Jika jenis menantu ketiga diminta perawatan satu bangsal dengan mertua, ia akan bersyukur. Ia berharap berkah melimpah dari peristiwa itu. Ia berharap dapat membantu percepatan penyembuhan mertua dengan kehadiran dirinya dalam satu bangsal.
Sang mertua juga merasa nyaman karena ditunggui menantu. Dirinya merasa bahagia karena menantu bersedia menemani dirinya berada dalam bangsal perawatan yang sama. Mereka saling memotivasi dan saling mendoakan agar segera bisa mendapat kesembuhan.
Satu pekan kami bertiga dirawat dalam bangsal yang sama, istri saya paling cepat sehat dan sembuh. Berikutnya dokter menyatakan mertua sudah pulih dan sehat. Boleh pulang duluan. Tapi kami bersepakat, pulangnya juga harus bersamaan. Sebagaimana masuk bangsal bareng, keluar bangsal juga bareng.
Ibu mertua saya tetap menemani saya hingga akhirnya tepat hari kedelapan di rumah sakit, saya dinyatakan sembuh. Hasil test PCR menunjukkan negatif. Kami bertiga pulang ke rumah bersama-sama.
Alhamdulillah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H