Menantu Tipe 2 : Samah binti Muhalhil
Palang pintu rumah itupun akhirnya diganti. Istri kedua Ismail bernama Samah binti Muhalhil bin Sa'ad. Ia adalah istri salihah, yang pandai bersyukur lagi qana'ah.
Samah bisa menerima keadaan Ismail apa adanya. Ia mensyukuri makanan berupa daging --karena saat itu belum ada biji-bijian, dan karena pekerjaan Ismail adalah berburu binatang.
Samah mensyukuri minuman berupa air. Ia bisa menceritakan tentang kehidupan dengan Ismail yang serba berkecukupan. Tentu saja ada kekurangan dalam kehidupan keluarga mereka, namun Samah pandai bersyukur dan qana'ah. Ia tidak mengeluh, justru ia memuji Allah atas nikmat dan karunia yang diterima.
Samah menyebut Nabi Ibrahim dengan laki-laki tua yang "berperawakan dan berwajah bagus, dan berbau wangi". Ini menunjukkan penghormatan kepada orang tua. Kendati ia tidak mengetahui bahwa lelaki tersebut adalah Ibrahim a.s. --Nabi Allah, kekasih Allah, sekaligus mertuanya.
Melalui menantu kedua ini, Ibrahim berpesan agar Ismail "mempertahankan palang pintu rumahnya". Ini adalah isyarat agar Ismail menjaga dan mempertahankan sang istri. Dengan ketajaman mata batinnya, Ibrahim a.s. melihat Samah adalah istri salihah yang sangat baik untuk Ismail.
Anda 'Amarah atau Samah?
Para menantu zaman now, hendaknya belajar dari keluarga Nabi Ibrahim. Meskipun Nabi Ibrahim harus sering bepergian jauh dan lama, karena melaksanakan perintah Allah, namun tidak mengabaikan kondisi anaknya terkasih.
Nabi Ibrahim sesekali waktu mengunjungi rumah Ismail, untuk mengetahui kondisi keluarga anaknya itu. Rupanya Nabi Ibrahim menemukan istri Ismail dalam keadaan yang 'curhat' tentang beratnya kehidupan --padahal ia tidak tahu siapa yang datang. Dia adalah 'Amarah, yang akhirnya dipesankan oleh Ibrahim agar dicerai.
Pada saat Ibrahim hadir kembali, ia menjumpai Samah. Tutur kata penuh qana'ah dan syukur, membuat Ibrahim yakin akan kebaikan menantu ini. Maka ia berpesan agar Ismail menjaga dan mempertahankan sang istri.
Apa perbedaan 'Amarah dan Samah? Tentu sangat banyak. 'Amarah tidak bisa qana'ah, Samah bersikap qana'ah. 'Amarah tidak pandai bersyukur, Samah pandai bersyukur. 'Amarah suka curhat tentang kesulitan hidup, sedangkan Samah bisa menjaga kehormatan suami.