Jika mertua laki-laki dan perempuan mengambil sikap dan posisi yang berbeda, maka bisa muncul konflik horisontal di antara mereka berdua. Antara mertua laki-laki dan perempuan muncul konflik, akibat ketidakkompakan dalam menghadapi menantu.
Mertua laki-laki: "Kamu yang salah. Menantu kita sudah sangat baik kepada kamu"
Mertua perempuan: "Menantu sudah berbuat kurang ajar kepada aku. Kamu salah kalau tidak membela aku".
Sikap saling menyalahkan seperti ini bisa membawa dampak merenggangkan hubungan mereka sebagai suami dan istri. Dampak lainnya, semakin menjauhkan menantu dengan mertua. Oleh karena itu, sikap seperti ini selayaknya dihindari, karena tidak akan menghasilkan solusi. Justru semakin memperparah keadaan.
Sikap kedua: mertua laki-laki memusuhi menantu, mertua perempuan bersikap baik terhadap menantu
Kadang yang terjadi berkebalikan dari sikap pertama. Mertua laki-laki terlibat konflik seru dengan menantu. Sementara mertua perempuan bersikap sangat baik dengan menantu. Ketika muncul konflik dengan menantu, mertua perempuan cenderung membela menantu.
Mertua perempuan: "Kamu yang salah. Menantu kita sangat baik. Kamulah yang jahat kepada dia."
Mertua laki-laki: "Menantu selalu berbuat kurang ajar kepada aku. Kamu salah kalau membela dia".
Sikap seperti ini tidak menghasilkan solusi. Karena mertua laki-laki dan perempuan mengambil sikap yang berbeda dalam menghadapi menantu. Justru akhirnya muncul konflik di antara mereka sendiri.
Sikap ketiga : mertua laki-laki dan mertua perempuan kompak untuk memusuhi menantu
Ada pula mertua yang kompak berada dalam satu pihak, namun memusuhi dan membenci menantu. Mereka melakukan kolaborasi dan bahkan konspirasi untuk "mengalahkan" menantu. Ini adalah sikap yang tidak tepat sekaligus tidak bermartabat.