Saat mertua beracun mulai berulah, jangan ikut berulah. Jika mertua mencaci, jangan ikut mencaci. Jika mertua marah-marah dan emosi, jangan ikut marah-marah dan emosi. Jaga kehormatan diri Anda.
Permusuhan yang ia berikan, tidak akan menghilangkan kewibawaan Anda. Namun jika Anda terlibat dan melayani permusuhannya, Anda justru sama saja kondisinya dengan dia. Jangan mengorbankan martabat Anda demi melayani tindakan negatif mertua.
6. Tetapkan batasan
"Don't give her free reign and make her feel that she can do whatever she wants to do, just because you have married her son" (Mykh, 2021).
Menurut Mykh, Anda perlu menetapkan batasan. Dalam interaksi dengan mertua beracun, Anda harus membatasi diri. Sebab, jika terlalu banyak berinteraksi, hanya akan membuat Anda terpapar keburukannya. Terlebih bagi anak-anak Anda.
Kapan Anda datang ke rumah mertua, berapa kali dalam sebulan atau setahun, berapa sering menelpon, semua perlu dibuat batasan. Satu sisi tetap menjaga hubungan, sisi lain membatasi pengaruh buruk dari interaksi dengan mertua beracun.
7. Hadapi bersama pasangan Anda
"Your spouse can play a huge part in keeping your mother-in-law's toxicity in check. He needs to be on your team, and not play along with his mother's games" (Mykh, 2021).
Pasangan Anda memiliki peran besar dalam menjaga kebaikan hubungan dengan mertua. Hendaknya persoalan dengan mertua, dibicarakan baik-baik dengan pasangan. Jadikan hal ini sebagai masalah bersama, bukan masalah pribadi Anda.
Anda dan pasangan harus berada di posisi yang sama. Dengan kesamaan posisi, Anda bersama pasangan memiliki tekad "kita hadapi bersama". Bagaimana menghadapi mertua, bagaimana cara 'menaklukkan' hati mertua, dan lain sebagainya. Semua dirumuskan dan direncanakan bersama pasangan.
8. Berdamai dengan realitas