Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik Anak Laki-laki untuk Menjadi Laki-laki

19 November 2020   13:42 Diperbarui: 26 April 2021   16:13 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, 19 November, adalah International Men's Day (IMD) alias Hari Laki-laki Internasional. Apa istimewanya laki-laki? Tentu ada sangat banyak jawaban, tergantung perspektif yang kita gunakan.

Apakah harus seragam cara memahami laki-laki? Jika kita mengharuskan keseragaman dalam cara memahami sesuatu, mungkin perlu diusulkan adanya Hari Keseragaman Internasional (HKI). Supaya tak ada beda penafsiran dan pemahaman tentang segala sesuatu.

Mumpung belum ditetapkan HKI, saya berikan makna atas kelelakian seorang laki-laki. Semua dari kita juga berhak mengajukan makna, sesuai perspektif yang kita gunakan.

Memahami Kelelakian Laki-laki

Dalam tinjauan agama, laki-laki adalah pemimpin bagi keluarga. "Ar rijalu qawwamuna 'alan nisa". Laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan, demikian teks ayat yang mulia.

Menjadi laki-laki adalah bab menjadi pemimpin. Dalam konteks kepemimpan keluarga, memimpin harus dilakukan dengan penuh kebijakan dan kelembutan. Sebab Nabi Saw memerintahkan kepada kaum laki-laki, "Urfuq bil qawarir, bersikap lembutlah kepada kaca-kaca" (HR. Bukhari, Muslim dan An-Nasa'i).

Al Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari menjelaskan, "Al-Qawarir adalah bentuk jamak dari kata tunggal qarurah yang artinya kaca. Perempuan disamakan dengan kaca karena begitu cepatnya mereka berubah dari ridha menjadi tidak ridha, dan tidak tetapnya mereka (mudah berubah sikap dan pikiran) sebagaimana dengan kaca yang mudah untuk pecah dan tidak menerima kekerasan".

Memimpin perempuan yang "tidak bisa menerima kekerasan sikap" sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar, haruslah sangat bijak dan berhati-hati. Tidak boleh berlaku kasar, tidak boleh kaku, tidak boleh galak, tidak boleh cuek. Perempuan mudah sakit hati jika dicuekin, digalakin dan dikasarin.

Di sini, muncul tuntutan sikap yang 'dilematis'. Satu sisi, pemimpin harus berani, tegas, berwibawa dan siap menghadapi tantangan. Di sisi lain, pemimpin harus lembut dan bijaksana. Memadukan dua sisi yang harus tepat proporsinya.

Maka, menjadi laki-laki yang mengerti makna kepemimpinan, tidaklah mudah. Menurut mbak Intan Savitri, "menjadi laki-laki yang baik, laki-laki yang mengerti makna kepemimpinan memang tidak mudah. Mungkin masih lebih mudah meraih gelar Ph.D di bidang fisika nuklir, sejarah, pebisnis atau pemimpin politik".

Kunci pertama adalah pada edukasi. Bagaimana mendidik anak laki-laki, dengan cara laki-laki, agar mereka bisa menjadi laki-laki.

Ilustrasi orangtua dan anak laki-laki (dokumen pribadi)
Ilustrasi orangtua dan anak laki-laki (dokumen pribadi)
Mendididik Anak Laki-laki untuk Menjadi Laki-laki

Intan Savitri mengajukan tujuh poin untuk mendidik anak laki-laki dengan cara laki-laki. Berikut saya kutipkan poin-poin pentingnya, namun dengan penjelasan dari perspektif pengalaman saya sendiri.

  • Biasakan anak-anak terutama anak laki-laki menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah

Sejak kecil, anak-anak laki-laki harus diajari untuk menjadi solusi. Bukan menjadi masalah dalam kehidupan. Maka ajak anak menemukan solusi atas masalah dirinya, sekaligus mengajak mencarikan solusi atas masalah lain yang ada di sekitarnya. Ada banyak masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, ajak anak memikirkan solusi.

  • Biasakan mengerti kesulitan orangtua dan memberikan pendapat

Tidak ada orangtua yang bebas masalah. Tidak ada orangtua sempurna. Maka biasakan anak laki-laki memahami beberapa kesulitan orangtua, dan minta mereka memberi pendapat. Sejak dari masalah hubungan dengan tetangga, sampai pengembangan bisnis. Biar mereka mengerti bahwa ada sangat banyak kesulitan dalam kehidupan, namun selalu ada solusi.

  • Biasakan menghadapi masalah

Menghindarkan anak dari masalah, akan membuat mereka menjadi lemah. Ajari anak-anak laki-laki untuk menghadapi masalah, agar mereka tidak mudah menyerah. Sejak masalah PR sekolah, masalah pergaulan dengan teman-teman dan lingkungan. Bahkan masalah rutin dalam kehidupan di dalam rumah sendiri. Ajak mereka bersikap positif dan bertanggung jawab atas masalah apapun yang dihadapi.

  • Biasakan melindungi yang lemah

Pemimpin itu melindungi, maka didik anak laki-laki agar terbiasa melindungi pihak yang lemah. Pembiasaan bisa dilakukan dengan menyayangi binatang piaraan yang ada di rumah. Lebih lanjut lagi, ajak anak laki-laki memikirkan dan menolong tetangga dan saudara yang sedang dalam kesulitan. Ajak mereka dalam berbagai kegiatan charity untuk menolong tetangga yang terdampak ekonomi akibat pandemi.

  • Biasakan mendahulukan orang lain daripada diri sendiri

Anak-anak laki-laki harus dibiasakan untuk mementingkan dan mendahulukan orang lain. Sebagai pemimpin mereka tidak boleh egois. Harus rela mendahulukan orang lain. Sejak aktivitas sehari-hari bersama saudara di rumah sendiri. Termasuk pembiasaan di sekolah dan lingkungan pergaulan.

  • Biasakan merasa gagah dengan kesulitan yang dihadapi

Anak laki-laki boleh saja menangis. Tapi ajari dirinya untuk tetap mereasa gagah dengan kesulitan yang dihadapi. Tidak merasa lemah dan tak mampu mandiri. Ajak anak laki-laki mengerti berbagai perjuangan para tokoh dunia, agar bisa merasa gagah dengan berbagai peran dan kesulitan yang dihadapi.

  • Biasakan mengenali emosi dirinya dan bagaimana mengelolanya dengan baik

Semua manusia memiliki emosi positif dan emosi negatif. Ajari anak laki-laki mengenali emosi dirinya dengan baik. Selanjutnya, arahkan agar bisa mengelola emosi dengan tepat.

Selamat menjadi laki-laki. Selamat Hari laki-Laki.

Bahan Bacaan

Cahyadi Takariawan, Kehebatan Suami Adalah Ketika Mampu Memuliakan Istri, www.kompasiana.com, 15 November 2020

S. Intan Savitri, Didiklah Anak Laki-laki Dengan Cara Laki-Laki, www.ruangkeluarga.id, 19 November 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun