Hari ini, 19 November, adalah International Men's Day (IMD) alias Hari Laki-laki Internasional. Apa istimewanya laki-laki? Tentu ada sangat banyak jawaban, tergantung perspektif yang kita gunakan.
Apakah harus seragam cara memahami laki-laki? Jika kita mengharuskan keseragaman dalam cara memahami sesuatu, mungkin perlu diusulkan adanya Hari Keseragaman Internasional (HKI). Supaya tak ada beda penafsiran dan pemahaman tentang segala sesuatu.
Mumpung belum ditetapkan HKI, saya berikan makna atas kelelakian seorang laki-laki. Semua dari kita juga berhak mengajukan makna, sesuai perspektif yang kita gunakan.
Memahami Kelelakian Laki-laki
Dalam tinjauan agama, laki-laki adalah pemimpin bagi keluarga. "Ar rijalu qawwamuna 'alan nisa". Laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan, demikian teks ayat yang mulia.
Menjadi laki-laki adalah bab menjadi pemimpin. Dalam konteks kepemimpan keluarga, memimpin harus dilakukan dengan penuh kebijakan dan kelembutan. Sebab Nabi Saw memerintahkan kepada kaum laki-laki, "Urfuq bil qawarir, bersikap lembutlah kepada kaca-kaca" (HR. Bukhari, Muslim dan An-Nasa'i).
Al Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari menjelaskan, "Al-Qawarir adalah bentuk jamak dari kata tunggal qarurah yang artinya kaca. Perempuan disamakan dengan kaca karena begitu cepatnya mereka berubah dari ridha menjadi tidak ridha, dan tidak tetapnya mereka (mudah berubah sikap dan pikiran) sebagaimana dengan kaca yang mudah untuk pecah dan tidak menerima kekerasan".
Memimpin perempuan yang "tidak bisa menerima kekerasan sikap" sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar, haruslah sangat bijak dan berhati-hati. Tidak boleh berlaku kasar, tidak boleh kaku, tidak boleh galak, tidak boleh cuek. Perempuan mudah sakit hati jika dicuekin, digalakin dan dikasarin.
Di sini, muncul tuntutan sikap yang 'dilematis'. Satu sisi, pemimpin harus berani, tegas, berwibawa dan siap menghadapi tantangan. Di sisi lain, pemimpin harus lembut dan bijaksana. Memadukan dua sisi yang harus tepat proporsinya.
Maka, menjadi laki-laki yang mengerti makna kepemimpinan, tidaklah mudah. Menurut mbak Intan Savitri, "menjadi laki-laki yang baik, laki-laki yang mengerti makna kepemimpinan memang tidak mudah. Mungkin masih lebih mudah meraih gelar Ph.D di bidang fisika nuklir, sejarah, pebisnis atau pemimpin politik".
Kunci pertama adalah pada edukasi. Bagaimana mendidik anak laki-laki, dengan cara laki-laki, agar mereka bisa menjadi laki-laki.
Intan Savitri mengajukan tujuh poin untuk mendidik anak laki-laki dengan cara laki-laki. Berikut saya kutipkan poin-poin pentingnya, namun dengan penjelasan dari perspektif pengalaman saya sendiri.
- Biasakan anak-anak terutama anak laki-laki menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah
Sejak kecil, anak-anak laki-laki harus diajari untuk menjadi solusi. Bukan menjadi masalah dalam kehidupan. Maka ajak anak menemukan solusi atas masalah dirinya, sekaligus mengajak mencarikan solusi atas masalah lain yang ada di sekitarnya. Ada banyak masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, ajak anak memikirkan solusi.
- Biasakan mengerti kesulitan orangtua dan memberikan pendapat
Tidak ada orangtua yang bebas masalah. Tidak ada orangtua sempurna. Maka biasakan anak laki-laki memahami beberapa kesulitan orangtua, dan minta mereka memberi pendapat. Sejak dari masalah hubungan dengan tetangga, sampai pengembangan bisnis. Biar mereka mengerti bahwa ada sangat banyak kesulitan dalam kehidupan, namun selalu ada solusi.
- Biasakan menghadapi masalah
Menghindarkan anak dari masalah, akan membuat mereka menjadi lemah. Ajari anak-anak laki-laki untuk menghadapi masalah, agar mereka tidak mudah menyerah. Sejak masalah PR sekolah, masalah pergaulan dengan teman-teman dan lingkungan. Bahkan masalah rutin dalam kehidupan di dalam rumah sendiri. Ajak mereka bersikap positif dan bertanggung jawab atas masalah apapun yang dihadapi.
- Biasakan melindungi yang lemah
Pemimpin itu melindungi, maka didik anak laki-laki agar terbiasa melindungi pihak yang lemah. Pembiasaan bisa dilakukan dengan menyayangi binatang piaraan yang ada di rumah. Lebih lanjut lagi, ajak anak laki-laki memikirkan dan menolong tetangga dan saudara yang sedang dalam kesulitan. Ajak mereka dalam berbagai kegiatan charity untuk menolong tetangga yang terdampak ekonomi akibat pandemi.
- Biasakan mendahulukan orang lain daripada diri sendiri
Anak-anak laki-laki harus dibiasakan untuk mementingkan dan mendahulukan orang lain. Sebagai pemimpin mereka tidak boleh egois. Harus rela mendahulukan orang lain. Sejak aktivitas sehari-hari bersama saudara di rumah sendiri. Termasuk pembiasaan di sekolah dan lingkungan pergaulan.
- Biasakan merasa gagah dengan kesulitan yang dihadapi
Anak laki-laki boleh saja menangis. Tapi ajari dirinya untuk tetap mereasa gagah dengan kesulitan yang dihadapi. Tidak merasa lemah dan tak mampu mandiri. Ajak anak laki-laki mengerti berbagai perjuangan para tokoh dunia, agar bisa merasa gagah dengan berbagai peran dan kesulitan yang dihadapi.
- Biasakan mengenali emosi dirinya dan bagaimana mengelolanya dengan baik
Semua manusia memiliki emosi positif dan emosi negatif. Ajari anak laki-laki mengenali emosi dirinya dengan baik. Selanjutnya, arahkan agar bisa mengelola emosi dengan tepat.
Selamat menjadi laki-laki. Selamat Hari laki-Laki.
Bahan Bacaan
Cahyadi Takariawan, Kehebatan Suami Adalah Ketika Mampu Memuliakan Istri, www.kompasiana.com, 15 November 2020
S. Intan Savitri, Didiklah Anak Laki-laki Dengan Cara Laki-Laki, www.ruangkeluarga.id, 19 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H