Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kehebatan Suami adalah Ketika Mampu Memuliakan Istri

15 November 2020   18:59 Diperbarui: 26 April 2021   14:54 15716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kehebatan Suami adalah Ketika Mampu Memuliakan Istri (dokumen pribadi)

Memuliakan istri adalah perbuatan mulia. Lelaki yang paling pandai memuliakan istri, adalah orang yang paling mulia. Dialah Nabi Muhammad Saw, teladan umat manusia. Beliau bersabda:

"Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap istriku" (HR. At-Tirmidzi no 3895, Ibnu Majah no 1977. Disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Sahihah no 285).

Beliau juga bersabda, "Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istrinya" (HR. At-Tirmidzi no 1162, Ibnu Majah no 1987. Disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 284).

Memuliakan Istri

Dua hadits di atas mengarahkan para suami agar memuliakan istri dengan akhlak yang baik. Syaikh Abdul Malik Ramadhani dalam kitab Al-Mau'izhah Al-Hasanah menyatakan kondisi paradoks yang sering terjadi dalam kehidupan para suami.

"Betapa banyak kita dapati seseorang tatkala bertemu dengan sahabatnya di tempat kerja maka ia akan bersifat mulia dan lembut, namun jika ia kembali ke rumahnya maka jadilah orang yang pelit, keras, dan menakutkan. Padahal orang yang paling berhak untuk ia lembuti dan ia baiki adalah istrinya".

"Maka kenalilah (hakikat) dirimu di rumahmu. Bagaimana kesabaranmu dalam menghadapi anak-anakmu? Dalam menghadapi istrimu? Bagaimana kesabaranmu menjalankan tanggung jawab rumah tangga? Jika orang tidak bisa mengatur rumah tangganya bagaimana ia bisa memimpin umat?", lanjut beliau.

Al-Mubarakfuri dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi menyatakan, "Karena mereka (para perempuan) merupakan tempat untuk meletakkan kasih sayang disebabkan lembutnya (sifat)  mereka".

Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar menjelaskan, "Pada kedua hadits ini ada peringatan bahwasanya orang yang tingkat kebaikannya tertinggi dan yang paling berhak untuk disifati dengan kebaikan adalah orang yang terbaik bagi istrinya. Karena istri adalah orang yang berhak untuk mendapatkan perlakuan mulia, akhlak yang baik, perbuatan baik, pemberian manfaat dan penolakan terhadap kemudharatan".

Syaikh Ibnu Utsaimin menasehati para suami agar berlaku yang baik terhadap istri, "Sikap engkau terhadap istrimu hendaknya sebagaimana harapan engkau akan sikap suami putrimu sendiri. Maka sikap bagaimanakah yang kau harapkan dari lelaki tersebut untuk menyikapi putrimu?"

"Apakah engkau ridha jika ia menyikapi putrimu dengan kasar dan kaku? Jawabannya tentulah tidak. Jika demikian maka janganlah engkau menyikapi putri orang lain dengan sikap yang engkau tidak ridha jika diarahkan kepada putrimu sendiri. Ini merupakah kaidah yang hendaknya diketahui setiap orang," ungkap beliau.

Bersikap Lembut Kepada Istri

Sudah menjadi pengertian bersama, bahwa perempuan adalah makhluk yang sangat halus dan lembut perasaannya. Mereka mudah tersakiti hatinya oleh kata-kata dan tindakan yang keras serta kasar. Namun mereka juga mudah bahagia oleh kata-kata dan tindakan yang lembut serta halus, yang mengena pada perasaan mereka.

Terhadap kelembutan hati dan perasaan kaum perempuan ini, Nabi Saw sangat mengerti, memahami dan bahkan merawatnya. Beliau Saw menasehati para suami agar selalu menjaga hati dan perasaan istri. Jangan berlaku keras dan kasar, karena itu akan "memecahkan gelas kaca yang rawan".

Jika kaca retak apalagi pecah, akan sangat sulit untuk kembali menjadikannya utuh seperti sedia kala. Maka bersikap lembut dan sabar adalah tuntutan sikap bagi setiap suami agar bisa membahagiakan istri.

Nabi Saw bersabda, "Urfuq bil qawarir, bersikap lembutlah kepada kaca-kaca". Hadits Riwayat Imam Bukhari V/2294 no 5856, Imam Muslim IV/1811 no 2323, An-Nasa'i dalam Sunan Al-Kubra VI/135 no 10326.

Apa yang dimaksud dengan qawarir atau kaca-kaca dalam hadits tersebut? Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari menjelaskan, "Al-Qawarir adalah bentuk jamak dari kata tunggal qarurah yang artinya kaca. Perempuan disamakan dengan kaca karena begitu cepatnya mereka berubah dari ridha menjadi tidak ridha, dan tidak tetapnya mereka (mudah berubah sikap dan pikiran) sebagaimana dengan kaca yang mudah untuk pecah dan tidak menerima kekerasan".

Syaikh Ibnu Utsaimin dalam kitab Asy-Syarhul Mumti' memberikan penjelasan yang sangat menarik tentang hadits ini, mengapa perempuan disebut sebagai qawarir. "Sebuah kata yang engkau ucapkan bisa menjadikannya menjauh darimu sejauh bintang di langit, dan dengan sebuah kata yang engkau ucapkan bisa menjadikannya dekat hingga tepat di sisimu".

Maka pandai-pandailah merawat hati dan perasaan istri. Jangan dikasari, jangan dibentak, jangan diejek, jangan dicemooh, jangan dilecehkan, jangan dibandingkan, jangan dimarahi, jangan dipukul, jangan disakiti, jangan ditinggalkan, jangan diabaikan, jangan ditelantarkan, jangan dilukai, jangan dijelek-jelekkan. Berlaku lembutlah sebagaimana telah diperintahkan oleh Nabi Saw. Berlaku lembutlah sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Saw.

Contoh Tindakan Memuliakan Istri

Nabi Saw memberikan contoh nyata tindakan memuliakan istri. Suatu ketika beliau menjadikan lutut beliau sebagai pijakan bagi Shafiyah, istri beliau, untuk naik ke onta tunggangan.

Anas bin Malik berkata, "Aku melihat Nabi Saw mempersiapkan kelambu di atas onta untuk Shafiyah, lalu beliau Saw duduk di dekat onta lalu meletakan lutut beliau. Shafiyah menginjakkan kakinya di atas lutut beliau untuk naik di atas onta". HR. Bukhari II/778 no 2120, III/1059 no 2736.

Kendaraan kita di zaman sekarang adalah sepeda kayuh, sepeda motor atau mobil. Sikap romantis bisa ditunjukkan dengan membukakan pintu mobil untuk istri. Bisa juga dengan membantu istri untuk membonceng sepeda atau motor suami.

Nabi Saw memuliakan istri sesuai dengan umur mereka. A'isyah yang masih muda belia, dimuliakan dengan kemanjaan. Nabi rela menemani bermain-main dengan A'isyah.

A'isyah berkata, "Maka akupun berlomba dengannya dan aku mengalahkannya". Pada kesempatan yang lain, A'isyah kembali bersafar bersama beliau Saw, dan kembali berlomba lari.

A'isyah berkata, "Maka akupun berlomba dengannya lalu Rasulullah Saw mendahuluiku. Beliau tertawa dan berkata, "Ini untuk kekalahanku yang dulu" (Syaikh Al-Albani mensahihkan hadits ini).

Contoh tindakan-tindakan sederhana seperti itu jangan dianggap lebay. Itu sunnah Nabi. Itu adalah contoh nyata bagaimana seorang suami memuliakan istri. Dan itu adalah tindakan yang menyebabkan suami berpredikat sebaik-baik manusia.

Mari muliakan istri. Jangan pernah mengasari.

Sumber Bacaan

Istifadah ilmu dari Al Ustadz Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja dalam web beliau www.firanda.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun