"Ingat dari awal kita kan sudah berkomitmen. Di luar sana sangat berbahaya, Nak. Kamu lebih aman di pondok insya Allah."
Kembali aku meyakinkan Azzam.
"Mas, ada masalah?" Aku bertanya lagi.
Azzam menggelengkan kepala.
"Ada yang susah?" tanyaku penasaran.
Azzam kembali menggelengkan kepala.
"Masih kangen sama Ummi?" Airmataku pun jatuh.
Kupeluk erat tubuh mungilnya.
"Rabbi, kuatkan kami." Aku berteriak dalam hati.
"Kalau kamu mau nangis, gak apa-apa nangis aja. Puaskan di sini."
Yang terjadi, hanya sesenggukan. Mungkin karena laki-laki berbeda dengan perempuan yang menangis menjerit.