Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lepas Anakmu Pergi Jauh, Agar Menjadi Manusia Tangguh

4 November 2020   20:32 Diperbarui: 4 November 2020   20:39 2541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika orangtua bersikap bijak, anak akan tetap tenang. Wajar jika anak menangis dan sedih, namun orangtua tidak boleh baper. Ketenangan dan kebijakan sikap orangtua, akan membuat anak menjadi lebih dewasa dan bisa tegar menghadapi kehidupan Pesantren.

Kisah Azzam, seorang santri di Pondok Pesantren Darul Quran Mulia, adalah salah satu contohnya. Awal masuk Pesantren, adalah hal yang berat bagi kedua orangtua, adik-adik, dan Azzam sendiri. Apalagi saat kunjungan pertama.

Saya cuplikkan kisah yang ditulis sang ibu, Endang SP Usman, dalam buku Azzam Penggenggam Quran (2020). Kisah saat keluarga pertama kali menjenguk Azzam di Pesantren. Berikut kisahnya.

Menjenguk Azzam

Hari itu terasa istimewa. Setelah kami berpisah selama dua pekan menahan rindu. Kebahagiaan begitu terasa. Alhamdulillah ya Rabb.

Setelah shalat berjamaah, kami makan bersama. Menu yang dipesan berbeda-beda. Ada yang maunya ikan, ada yang ayam goreng. Tidak ketinggalan tahu dan tempe goreng. Semua menikmati makanan yang disediakan. Ada keceriaan di wajah anak-anak.

Setelah selesai makan dan cukup istirahat, satu per satu anak-anak masuk ke mobil. Tapi ada satu anak yang tak ingin berpisah. Suara tangis pun pecah. Kubelai rambut yang ada di pangkuanku. Ya, Azzam tidak mau bangun. Masih tiduran di pangkuanku, masih ingin melepas rindu tampaknya.

"Mas... Mas kenapa? Mas enggak betah? Atau ada masalah? Coba cerita ke Ummi, Sayang?" Aku membujuknya supaya mau cerita.

Masih tetap bergeming.

Aku peluk dan kucium keningnya sambil kubisikkan, "Mas, kamu anak hebat. Kita semua sayang sama kamu. Ummi abi juga sedih. Tiap hari ingat kamu".

"Tapi, berpisahnya kita untuk kebaikan. Insya Allah nanti kamu akan jadi anak yang hebat, Mas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun