"Mengapa engkau begitu bersemangat menulis, Edward?" tanya Susan Morrow kepada Edward Sheffield, mantan suaminya.
"Agar hidup menjadi lebih menarik", jawab Edward. "Mengabadikan sesuatu yang pasti akan mati", lanjutnya.
"Begitu aku menuliskannya, ia akan selalu hidup. Tak pernah mati", lanjut Edward.
Susan terpukau oleh jawaban ini. Ia mendapat kiriman naskah novel karya Edward, yang ditulis untuk dirinya. Bahkan judul novel itu -- Nocturnal Animals, adalah panggilan Edward untuknya. Susan sangat yakin, seluruh isi kisah dalam novel itu adalah tentang dirinya.
Menerima novel itu, membuat Susan melongok masa lalu saat masih bersama Edward. Dulu ia memilih bercerai, selain karena pengaruh ibunya, juga karena tergoda oleh pengusaha tampan dan kaya raya. Susan tidak setia.
Realitasnya, kini Susan tengah terpuruk kehidupannya. Suami yang tampan dan kaya tidak membuatnya lebih bahagia. Ternyata sang suami selingkuh, anaknya kabur entah kemana, dan karir Susan sebagai kurator makin meredup saja.
Kehadiran Edward dalam kehidupannya, setelah 19 tahun berpisah dan tak saling sapa, membuat Susan memiliki harapan baru. Novel Nocturnal Animals membuatnya menyimpan harapan untuk kehidupan yang lebih baik bersama sang mantan.
Di sisi Edward, ia sempat mengalami masa keterpurukan panjang. Karier sebagai penulis dulu kerap dilecehkan oleh Susan dan ibu mertuanya. Saat ia belum mampu menghasilkan karya berkualitas. Hidupnya terbuang, apalagi ketika Susan memutuskan bercerai karena menemukan lelaki ganteng dan kaya raya.
Hancur. Sisi kelelakian Edward berkeping-keping. Merasa tak bermakna. Ia terluka.
Sembilan belas tahun bercerai, membuat Edward berjuang keras untuk menciptakan karya. Sembari mengumpulkan kepingan jiwanya yang telah hancur lebur, ia ciptakan simbolisasi melalui fiksi. Kisah hidup saat masih bahagia bersama Susan, tragedi pengkhianatan Susan, kehancuran dalam kehidupan Edward, semua diramu dalam fiksi.
Susah payah ia lakukan itu semua. Membangun kepercayaan diri, membangun harkat sebagai lelaki, ia pun berhasil merampungkan novel dengan kerja keras luar biasa. Sebelum diterbitkan dalam jumlah besar, naskah novel ia kirimkan kepada Susan. Ia ingin Susan menjadi orang yang pertama membaca karyanya.
Berhasil. Susan memang membaca, dan terpukau oleh karya Edward, yang dulu sering direndahkannya. Lelaki payah, tak punya karier. Itu sebabnya ia meninggalkan Edward. Lari ke pelukan lelaki kaya raya.
"I think you should write about something other than yourself," ujar Susan. Ia tergelitik, mengapa Edward harus menulis simbolisasi kisah hidup mereka.
"Nobody writes about anything but themselves", jawab Edward. Semua orang tak akan menulis apapun --kecuali hal yang terkait dengan diri mereka sendiri.
Jelas. Bahwa novel itu tengah menceritakan kehidupan mereka di masa lalu saat masih bersama. Tony Hastings dan Laura --tokoh rekaan dalam novel Edward, sesungguhnya tengah merepresentasikan Edward dan Susan di masa masih bersama.
Susan memiliki dugaan, bahwa dirinya masih diharapkan oleh Edward. Ia meyakini, Edward masih berharap bisa kembali dengan dirinya. Harapan itupun semakin dibuka, lantaran realitas kehidupan Susan saat ini memang tengah menderita.
Maka tatkala Edward mengajaknya pertemuan empat mata, untuk mendiskusikan isi novel tersebut, hati Susan pun berbunga-bunga. Ia segera memilih tempat pertemuan istimewa. Sebuah restoran yang bisa membuatnya bertemu empat mata.
Susan berdandan untuk hari istimewa itu. Hari dimana ia akan bertemu empat mata dengan mantan suami. Sembilanbelas tahun tidak bertemu, dan kini mereka akan berdiskusi tentang novel yang ditulis untuk dirinya. Di titik ini, Susan kembali tak setia.
Lipstickpun dihapus. Ia tak perlu mengenakan lipstick untuk seseorang yang telah sangat mengenalnya. Iapun bergegas menuju restoran tempat pertemuan.
Susan hadir, duduk di kursi yang telah disediakan. Memesan minuman, sembari menunggu Edward, seperti kesepakatan. Gelas pertama habis, Edward belum datang. Susan gelisah. Kembali ia memesan minuman.
Malam semakin larut. Restoran hampir tutup. Semua pengunjung telah pulang. Tinggal Susan duduk seorang. Yang ditunggu memang tak datang.
Edward berhasil memenangkan 'pertempuran'. Sugguh ia tak rela direndahkan. Ia tak rela dilecehkan. Ia ingin diakui. Ia ingin dihargai.
Novelnya telah terbukti memukau sang mantan istri. Susan mengakui kehebatan Edward. Karya fiksi yang ditulis mantan suami, membuatnya menyesali keputusan cerai.
Sementara Edward memilih tak menikah lagi. Ia gunakan waktu untuk berkarya. Kini Edward diakui. Kini Edward didengarkan. Kini Edward ditunggu. Sakit hati telah terlampiaskan, melalui tulisan.
Susan masih menunggu, di restoran ini. Sampai film selesai. Penonton sudah pulang, gedung bisokop sepi. Susan tetap duduk sendiri. Menanti.
******
Sudah sangat lama saya tidak menonton film ataupun televisi. Namun hari Sabtu 17 Oktober 2020, iseng saya menghidupkan TV di kamar hotel. Awalnya saya sekedar ingin tahu, TV itu kayak apa sih sekarang.
Ternyata saya terpaku pada dialog-dialog berbobot pada sebuah film di channel Fox Movie. Judulnya Nocturnal Animals. Dibintangi oleh Amy Adams dan Jake Gyllenhaal. Saya tidak melihat dari awal, sudah di bagian tengah film. Namun ada dialog yang membuat saya tak meninggalkan channel itu.
Dialog yang dibangun dalam karakter di film itu, tentang novel. Ini yang membuat saya tertarik. Jadinya saya menonton terus sampai film selesai.
Saya mendapat pelajaran dari film tersebut. Sebuah sakit hati yang diubah menjadi energi untuk berkarya. Sebuah 'revenge' yang halus tak terasa. Sebuah kemenangan yang sangat memuaskan jiwa, tanpa harus mempermalukan mantan istrinya.
Inilah yang sering saya ceritakan, menonton film 'sebagai penulis'. Jadinya, setelah nonton, lalu dituliskan. Selamat berkarya, sahabat semua.
Bahan Bacaan
Niken, Penjelasan Film Nocturnal Animals, www.nikenbicarafilm.blogspot.com, 28 Maret 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H