Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Khutbah Idul Fitri 1441 untuk Shalat Id di Rumah Bersama Keluarga

22 Mei 2020   19:12 Diperbarui: 22 Mei 2020   19:14 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul : Jangan Sampai Kita Menjadi Manusia Merugi

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar, wilillahil hamd.

Alhamdu lillahi Rabbil 'alamin. Wash shalatu was salamu alal Anbiya-i wal Mursalin. Wa 'ala alihi wa ashabihi ajma'in. Allahumma Shalli ala sayidina Muhammad, wa ala aali Sayidina Muhammad. Amma ba'du. Ya ayyuhalladzina amanut taqullaha haqqa tuqatihi wala tamutunna illa wa antum muslimin.

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah, yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangNya kepada kita semua, sehingga kita senantiasa mendapatkan petunjuk iman dan Islam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad saw, yang dengan penuh cinta dan kasih sayang membimbing umat manusia menuju keridhaan Allah Ta'ala.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Keluargaku yang aku cintai karena Allah,

Baru kali ini di sepanjang hidup kita, melaksanakan shalat Idul Fitri di rumah saja. Semua ini karena situasi pandemi yang belum mereda, sehingga Fatwa MUI Nomer 28 Tahun 2020, juga imbauan Wakil Presiden RI dan Menteri Agama, agar kita shalat Id di rumah saja.

Sebagai warga negara yang baik, kita mentaati fatwa dan imbauan tersebut, semua demi kebaikan bersama. Belum lagi jika mengingat sekian banyak tenaga kesehatan yang berjibaku menyabung nyawa, demi menyelamatkan warga yang tengah terkena Corona. Mereka berpesan agar kita tetap tinggal di rumah sampai wabah benar-benar mereda.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Keluargaku yang aku cintai karena Allah,

Sesungguhnya sebagai isan beriman kita meyakini, bahwa tidak ada yang sia-sia dalam setiap peristiwa yang terjadi pada kita. Semua kejadian di alam semesta, pasti memiliki rahasia yang menjadi kehendakNya. Maka hendaklah kita belajar memahami dan mengambil pelajaran terbaik dari pandemi yang masih menyelimuti bumi ini. Jangan sampai kita menjadi manusia merugi, karena tidak mengambil hikmah terbaik dari pandemi.

Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak mendapatkan keberkahan dan rahmat dari Allah Ta'ala. Bukankah musibah adalah tanda bahwa Allah tengah mengucurkan keberkahan dan rahmat bagi hamba yang beriman?

"Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.' Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 155-157).

Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak mendapatkan cinta dari Allah Ta'ala. Bukankah musibah adalah pernyataan cinta dari Allah bagi hamba yang beriman? 

"Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji" (HR. Ath-Thabrani).

Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak mendapatkan kebaikan setelahnya. Bukankah musibah adalah tanda bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba yang beriman?

"Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia" (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim).

Ini artinya, telah berkurang hukuman kelak di akhirat sana, atau bahkan sudah tidak ada, karena sudah Allah berikan saat kita di dunia.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Keluargaku yang aku cintai karena Allah,

Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak mendapatkan ridha dari Allah Ta'ala. Bukankah musibah adalah kesempatan mendapat ridha dari Allah?

"Barangsiapa yang ridha (dengan ujian), maka ia yang akan meraih ridha Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka." (HR. Ibnu Majah).

Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak mendapatkan petunjuk dari Allah. Bukankah musibah adalah tanda bahwa Allah memberikan hidayah bagi hamba yang beriman?

"Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah; barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya". (QS. At-Taghabun :11)

Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak menghapuskan dosa-dosa kita. Bukankah musibah adalah tanda bahwa Allah menghendaki penghapusan dosa bagi hamba yang beriman?

"Tidaklah sesuatu yang menimpa muslim, baik penyakit biasa maupun menahun, kegundahan dan kesedihan, sampaipun duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapus kesalahannya dengan semua derita yang dialaminya." (HR. Bukhari).

Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak mendapat pengampunan dari Allah. Bukankah musibah adalah tanda bahwa Allah berkenan memberikan ampunan bagi hamba yang beriman?

"Barangsiapa yang ditimpa musibah pada harta atau dirinya, lalu dia menyembunyikan dengan tidak mengeluh kepada manusia, maka haq atas Allah untuk mengampuninya". (HR. Ath-Thabrani).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Keluargaku yang aku cintai karena Allah,

Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak melihatnya sebagai nikmat dari Allah. Bukankah musibah adalah tanda bahwa Allah memberikan nikmat yang agung bagi hamba yang beriman?

"Musibah dijadikan oleh Allah sebagai sebab penghapus dosa dan kesalahan. Bahkan ini termasuk nikmat yang paling agung. Maka seluruh musibah pada hakikatnya merupakan rahmat dan nikmat bagi keseluruhan makhluk, kecuali apabila musibah itu menyebabkan orang yang tertimpa musibah menjadi terjerumus dalam kemaksiatan yang lebih besar daripada maksiat yang dilakukannya sebelum tertimpa". (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah)

Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak bergembira menyambutnya. Bukankah musibah adalah tanda bahwa Allah mempercayai hamba yang beriman? Maka para Nabi menyambut ujian dengan kegembiraan.

"Sungguh para nabi dan orang salih itu lebih gembira dengan ujian yang dideritanya, melebihi kegembiraan kalian ketika mendapat rezeki." (HR. Abu Ya'la, Al-Baihaqi, Al-Hakim).

Semoga kita termasuk hamba beriman, yang menyambut wabah dengan sepenuh keimanan, keikhlasan, kesabaran, kerelaan, tawakal, dan pengharapan yang penuh kepada Allah semata.

Dengan berakhirnya bulan Ramadhan 1441 H kali ini, semoga benar-benar memberikan dampak penguatan dan peningkatan ketakwaan kita kepada Allah. Dengan meningkat takwa kita, meningkat pula kemampuan kita untuk menyelesaikan setiap persoalan dalam kehidupan. Kita menjadi manusia yang cerdas, karena diberikan pengetahuan oleh Allah, sebagaimana janjinya wat-taqullah, wa yu'allikumullah, bertakwalah kamu kepada Allah, maka Allah akan mengajari kamu.

Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, walillahil hamdu.

Keluargaku yang sangat aku cintai karena Allah,

Marilah kita berdoa kepada Allah dengan hati yang tunduk dan khusyuk, semoga Allah Ta'ala berikan ampunan, rahmat dan maghfirah kepada kita semua. Semoga semua amal ibadah kita di bulan Ramadan diterima di sisi Allah sebagai kebaikan yang berlipat-lipat pahalanya.

Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah, penuh kelimpahan berkah dan maghfirah dari Allah. Semoga pandemi Covid-19 segera berakhir, dan berganti kondisi yang jauh lebih baik daripada sebelum pandemi. Aamiin ya Rabbal 'aalamin.

A'udzu billahi minasy syaithanir rajim, bismillahirrahmanirrahim. Allahumma shalli ala sayidina Muhammad wa ala alihi wa ashabihi ajma'in.

Allahummaghfir lil muslimina wal muslimat, wal mu'minina wal mu'minat, al ahya-i minhum wal amwat. Allahumma innaka 'afuwwun, tuhibbul 'afwa fa'fu anna. Rabbana atina fid dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, waqina 'adzabannar. Walhamdulillahi rabbil 'alamin.

Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

-------------------------

Keterangan:

  • Khutbah ini sudah lengkap, memuat takbir sembilan kali, tahmid, shalawat, wasiat takwa, bacaan ayat Al-Qur'an serta doa.
  • Khatib di rumah tinggal membaca
  • Teks khutbah ini saya buat untuk Anda yang belum biasa Khatib, maka saya buat yang ringkas
  • Anda tinggal membaca dari awal sampai akhir. Sudah sah khutbah Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun