Seorang peserta Kelas Menulis Online (KMO) "Alineaku" Batch 29 / 2020, menyampaikan pertanyaan kepada saya, sebagai berikut:
"Saya sering dapat ide untuk menulis sesuatu dan sudah mulai saya tulis, tapi sering saya mengalami kebuntuan di tengah-tengah menulis itu yang akhirnya membuat saya menghapus semua tulisan saya dan membatalkan menulis. Bagaimana mengatasai kebuntuan saat menulis tersebut?" (Siti Nurhayati, Batch 29 / 2020).
Mengapa Menulis Bisa Buntu?
Peristiwa yang diceritakan mbak Siti Nurhayati di atas, sangat banyak dialami oleh para penulis pemula. Sudah membuka laptop, sudah menentukan tema, sudah memulai menulis, namun baru mendapatkan beberapa paragraf, mendadak buntu. Tidak bisa meneruskan lagi tulisannya. Akhirnya memilih menutup laptop.
Kondisi ini yang membuat seseorang tidak pernah menghasilkan karya tulis seumur hidupnya, karena tulisannya tidak pernah selesai. Alasannya, karena buntu di tengah proses menulis, sehingga tidak bisa meneruskan menulis. Tiap menulis, tidak pernah selesai, selalu buntu.
Bagaimana mengatasi kebuntuan dalam menulis? Yang sangat penting adalah, kenali tipe kebuntuan Anda, agar bisa menemukan solusi yang tepat. Mari kita bedah jenis-jenis kebuntuan dalam menulis.
Empat Jenis Kebuntuan dalam Menulis
Dari pengalaman membimbing menulis kepada para peserta KMO Alineaku selama ini, saya menemukan ada empat jenis kebuntuan dalam menulis.
Pertama, Buntu karena Kehabisan Ide
Ini jenis pertama dari kebuntuan menulis. Buntu, karena kehabisan ide. Tidak tahu lagi akan menulis apa, karena ide yang ada sudah dituliskan semua.Â
Misalnya, punya ide untuk menulis tentang "Pendidikan Anak dalam Islam", kemudian mulai menuangkan ide ke dalam tulisan. Di tengah menulis, buntu, karena tidak tahu lagi sisi apa yang harus ditulis.
Nah, solusi untuk buntuk karena kehabisan ide, tentu saja adalah dengan mencari ide. Tapi, bagaimana cara mencari ide? Sangat banyak caranya.
- Baca buku karya orang yang ahli di bidangnya, untuk mendapatkan ide guna meneruskan tulisan Anda
- Baca artikel yang temanya sama dengan yang tengah Anda tulis, bisa Anda dapatkan di web atau blog, atau di majalah dan koran
- Mengobrol dengan teman, minta pendapat, minta masukan
Cara-cara di atas, bukan untuk menjadikan bacaan tersebut sebagai referensi, tetapi sebagai cara memunculkan ide setelah buntu. Jadi, membaca buku atau artikel untuk mendapatkan inspirasi, mendapatkan ide yang bisa dituliskan berikutnya.
Kedua, Buntu karena Kehabisan Bahan
Jenis buntu yang kedua adalah karena kehabisan bahan atau referensi. Ide masih banyak banget, tapi tidak punya bahan atau data atau referensi.Â
Misalnya, menulis tentang "Pendidikan Anak dalam Islam", lalu sampai pada bagian yang mengulas tentang Pola Asuh Anak. Anda merasa harus merujuk kepada pendapat ahli, apa saja yang menjadi pola asuh anak, karena Anda tidak punya bahannya.
Karena Anda tidak tahu apa saja Pola Asuh Anak secara akademis, maka menjadi buntu. Anda tidak bisa meneruskan menulis, kecuali Anda sudah mendapatkan referensinya. Tidak mungkin tema seperti itu dikarang sendiri, karena jelas sudah banyak rujukan teorinya.
Solusinya, jika buntu karena kehabisan bahan, berhentilah menulis untuk mencari referensi atau bahan. Caranya sangat banyak dan variatif, tergantung bahan atau referensi apa yang Anda perlukan.
- Datang ke perpustakaan, cari data atau buku atau referensi yang dibutuhkan, sesuai tema yang sedang Anda tulis
- Lakukan browsing menggunakan mesin pencari, untuk mencari data yang Anda perlukan. Pastikan Anda hanya mengakses dan mengambil data dari lembaga, instansi yang kredibel. Jangan mengambil dari sembarangan web.
- Menghubungi secara langsung pihak terkait, yang memiliki akses data, seperti BPS, Pemda, atau lembaga-lembaga terkait.
Ketiga, Buntu karena Terjebak Mengedit Saat Menulis
Proses menghasilkan karya tulis, secara umum terbagi menjadi tiga bagian. Pertama adalah proses kreatif menuangkan ide ke dalam tulisan. Ini yang disebut sebagai menulis.Â
Kedua, proses mengedit tulisan, agar tidak ada isi yang salah, atau agar sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PU EBI). Ketiga, proses kreatif menghias tulisan, membuat agar keseluruhan tulisan menjadi lebih baik dan menarik.
Nah, yang mudah membuat buntu ---bagi penulis pemula--- adalah ketika ketiga proses itu dicampur aduk. Baru menulis tiga paragraf, lalu mengedit.Â
Merasa tulisannya kurang bagus, lalu bingung bagaimana cara memperbaiki tulisan. Ini tiga proses dilakukan sekaligus, yaitu menulis, mengedit dan menghias tulisan. Akhirnya buntu dan tidak melanjutkan menulis.
Bagaimana solusinya? Jika buntu karena terjebak mengedit saat menulis, berhentilah mengedit, dan selesaikan menulis. Pisahkan aktivas menulis dengan mengedit dan menghias tulisan.Â
Selesaikan dulu tulisan Anda, baru Anda melakukan proses editing, dan nantinya menghias tulisan agar lebih bagus, sebelum diposting.
Keempat, Buntu karena Kejenuhan
Kadang, seseorang menulis sudah dalam siatuasi lelah. Baik lelah karena terlalu lama menulis, ataupun menulis dilakukan pada kondisi fisik dan mental yang sudah sangat lelah.Â
Dalam situasi kelelahan seperti ini, muncullah kejenuhan. Dan jika kejenuhan sudah muncul, maka akan muncul kebuntuan. Buntu, tidak bisa meneruskan menulis lagi, saking lelahnya.
Solusi untuk mengatasi buntu karena kejenuhan ini tidak ada yang lain, kecuali istirahat. Bisa istirahat sejenak, dengan minum, makan cemilan, mendengarkan murottal, shalat sunnah, mendengarkan musik, refreshing keluar ruang, atau olah raga.Â
Namun untuk kejenuhan yang sudah dosis tinggi, tidak ada cara lain, kecuali dengan tidur. Besok pagi tulisan dilanjutkan lagi dalam keadaan sudah fresh.
Selamat menulis, dan selamat mengatasi kebuntuan.
StayAtHome, WorkFromHome, Mertosanan Kulon, Yogyakarta, 16 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H