Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengenal Empat Jenis Kebuntuan dalam Menulis

16 April 2020   12:13 Diperbarui: 17 April 2020   00:42 1765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, solusi untuk buntuk karena kehabisan ide, tentu saja adalah dengan mencari ide. Tapi, bagaimana cara mencari ide? Sangat banyak caranya.

  • Baca buku karya orang yang ahli di bidangnya, untuk mendapatkan ide guna meneruskan tulisan Anda
  • Baca artikel yang temanya sama dengan yang tengah Anda tulis, bisa Anda dapatkan di web atau blog, atau di majalah dan koran
  • Mengobrol dengan teman, minta pendapat, minta masukan

Cara-cara di atas, bukan untuk menjadikan bacaan tersebut sebagai referensi, tetapi sebagai cara memunculkan ide setelah buntu. Jadi, membaca buku atau artikel untuk mendapatkan inspirasi, mendapatkan ide yang bisa dituliskan berikutnya.

Kedua, Buntu karena Kehabisan Bahan

Jenis buntu yang kedua adalah karena kehabisan bahan atau referensi. Ide masih banyak banget, tapi tidak punya bahan atau data atau referensi. 

Misalnya, menulis tentang "Pendidikan Anak dalam Islam", lalu sampai pada bagian yang mengulas tentang Pola Asuh Anak. Anda merasa harus merujuk kepada pendapat ahli, apa saja yang menjadi pola asuh anak, karena Anda tidak punya bahannya.

Karena Anda tidak tahu apa saja Pola Asuh Anak secara akademis, maka menjadi buntu. Anda tidak bisa meneruskan menulis, kecuali Anda sudah mendapatkan referensinya. Tidak mungkin tema seperti itu dikarang sendiri, karena jelas sudah banyak rujukan teorinya.

Solusinya, jika buntu karena kehabisan bahan, berhentilah menulis untuk mencari referensi atau bahan. Caranya sangat banyak dan variatif, tergantung bahan atau referensi apa yang Anda perlukan.

  • Datang ke perpustakaan, cari data atau buku atau referensi yang dibutuhkan, sesuai tema yang sedang Anda tulis
  • Lakukan browsing menggunakan mesin pencari, untuk mencari data yang Anda perlukan. Pastikan Anda hanya mengakses dan mengambil data dari lembaga, instansi yang kredibel. Jangan mengambil dari sembarangan web.
  • Menghubungi secara langsung pihak terkait, yang memiliki akses data, seperti BPS, Pemda, atau lembaga-lembaga terkait.

Ketiga, Buntu karena Terjebak Mengedit Saat Menulis

Proses menghasilkan karya tulis, secara umum terbagi menjadi tiga bagian. Pertama adalah proses kreatif menuangkan ide ke dalam tulisan. Ini yang disebut sebagai menulis. 

Kedua, proses mengedit tulisan, agar tidak ada isi yang salah, atau agar sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PU EBI). Ketiga, proses kreatif menghias tulisan, membuat agar keseluruhan tulisan menjadi lebih baik dan menarik.

Nah, yang mudah membuat buntu ---bagi penulis pemula--- adalah ketika ketiga proses itu dicampur aduk. Baru menulis tiga paragraf, lalu mengedit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun