Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak mendapatkan keberkahan dan rahmat dari Allah Ta'ala. Bukankah musibah adalah tanda bahwa Allah tengah mengucurkan keberkahan dan rahmat bagi hamba yang beriman?
"Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.' Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 155-157).
Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak mendapatkan cinta dari Allah Ta'ala. Bukankah musibah adalah pernyataan cinta dari Allah bagi hamba yang beriman?Â
"Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji" (HR. Ath-Thabrani).
Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak mendapatkan kebaikan setelahnya. Bukankah musibah adalah tanda bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba yang beriman?
"Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia" (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim).
Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak mendapatkan ridha dari Allah Ta'ala. Bukankah musibah adalah kesempatan mendapat ridha dari Allah?
"Barangsiapa yang ridha (dengan ujian), maka ia yang akan meraih ridha Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka." (HR. Ibnu Majah).
Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak mendapatkan petunjuk dari Allah. Bukankah musibah adalah tanda bahwa Allah memberikan hidayah bagi hamba yang beriman?
"Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah; barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya". (QS. At-Taghabun :11)
Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak menghapuskan dosa-dosa kita. Bukankah musibah adalah tanda bahwa Allah menghendaki penghapusan dosa bagi hamba yang beriman?
"Tidaklah sesuatu yang menimpa muslim, baik penyakit biasa maupun menahun, kegundahan dan kesedihan, sampaipun duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapus kesalahannya dengan semua derita yang dialaminya." (HR. Bukhari).
Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak mendapat pengampunan dari Allah. Bukankah musibah adalah tanda bahwa Allah berkenan memberikan ampunan bagi hamba yang beriman?
"Barangsiapa yang ditimpa musibah pada harta atau dirinya, lalu dia menyembunyikan dengan tidak mengeluh kepada manusia, maka haq atas Allah untuk mengampuninya". (HR. Ath-Thabrani).
Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak melihatnya sebagai nikmat dari Allah. Bukankah musibah adalah tanda bahwa Allah memberikan nikmat yang agung bagi hamba yang beriman?
"Musibah dijadikan oleh Allah sebagai sebab penghapus dosa dan kesalahan. Bahkan ini termasuk nikmat yang paling agung. Maka seluruh musibah pada hakikatnya merupakan rahmat dan nikmat bagi keseluruhan makhluk, kecuali apabila musibah itu menyebabkan orang yang tertimpa musibah menjadi terjerumus dalam kemaksiatan yang lebih besar daripada maksiat yang dilakukannya sebelum tertimpa". (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah)
Alangkah ruginya, kita mendapatkan musibah berupa wabah, namun tidak bergembira menyambutnya. Bukankah musibah adalah tanda bahwa Allah mempercayai hamba yang beriman? Maka para Nabi menyambut ujian dengan kegembiraan.
"Sungguh para nabi dan orang salih itu lebih gembira dengan ujian yang dideritanya, melebihi kegembiraan kalian ketika mendapat rezeki." (HR. Abu Ya'la, Al-Baihaqi, Al-Hakim).
Semoga kita termasuk hamba beriman, yang menyambut wabah dengan sepenuh keimanan, keikhlasan, kesabaran, kerelaan, tawakal, dan pengharapan yang penuh kepada Allah semata.
Namun kita wajib berusaha menjauhi, mencegah dan melawan corona dengan berbagai cara yang kita bisa. #WorkFromHome, #StayAtHome, lawan corona bersama-sama. Insyaallah, kita pasti bisa.
Yogyakarta, 13 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H