Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Harapan Pasca Wabah yang Mencekam

11 April 2020   12:17 Diperbarui: 11 April 2020   12:31 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
picture: amazone.com

Di tengah pandemi Corona, marak beredar analisa dan berita yang menyeramkan dan mengerikan. Setiap hari masyarakat disuguhi dengan informasi dan analisa yang semakin meredupkan semangat untuk menjalani kehidupan. Tentang jumlah warga terinfeksi corona, tentang korban meninggal dunia, tentang dunia usaha yang colaps, tentang industri yang mati, tentang pengelola negara yang tidak berdaya, dan lain sebagainya. Seakan hidup akan segera berakhir, bahkan kehidupan akan segera punah, dan Indonesia menjadi negara terjajah.

Jika dampak dari berseliwerannya informasi dan analisa tersebut membangun kesadaran dan semangat hidup masyarakat, tentu menjadi positif. Namun jika melahirkan kepanikan massal, ketakutan yang berlebihan, kecemasan yang mematikan akal sehat, maka jelas negatif. Bahwa kita harus hati-hati, waspada dan selalu bersiap siaga, tentu memang harus begitu. Jangan sembrono, jangan lalai, jangan terlena. Namun juga jangan menebar teror yang menyebabkan masyarakat kehilangan kecerdasan.

Berpikir adalah bagian sangat penting dalam kehidupan manusia, karena aktivitas ini yang membedakan manusia dari hewan dan tumbuhan. Menurut para ahli, setiap hari manusia berpikir sekitar 60.000 kali, atau 42 kali tiap menitnya. Ini menunjukkan bahwa aktivitas berpikir adalah hal yang sangat dominan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam satu menit, puluhan kali manusia berpikir.

Sayangnya, sebagian besar dari isi pemikiran manusia, adalah tentang hal-hal negatif. Penelitian dari Fakultas Kedokteran di San Fransisco (1986) membuktikan hal tersebut, bahwa 80% pikiran manusia cenderung mengarah kepada keburukan atau hal-hal negatif. Itu sebabnya banyak manusia bersedih, berduka sepanjang hidupnya, tidak bisa ceria, gundah gulana, galau, stres, dan kondisi buruk lainnya.

Proses berpikir itu sebenarnya sederhana dan hanya butuh waktu sekejap saja untuk melakukannya. Namun, pemikiran manusia memiliki pesan yang kuat dan memberi energi serta kekuatan yang luar biasa dalam kehidupan. Jika manusia selalu berpikiran negatif, maka akan berdampak negatif dalam kehidupannya. Pun ketika manusia selalu berpikiran positif, akan berdampak posisitif pula dalam kehidupannya.

Mudahnya Manusia Berpikiran Negatif

Dalam buku "Terapi Berpikir Positif", Dr. Ibrahim Elfiky berkisah tentang Tamir, anak lelaki berusia lima tahun. Tamir sangat malas bangun pagi dan berangkat sekolah. Sang ibu mengadukan masalah tersebut kepada pihak sekolah dengan harapan akan mendapat bantuan untuk memotivasi Tamir. Sang guru menyanggupi.

Di sekolah, guru menyampaikan pentingnya bersikap disiplin dan rajin dalam kehidupan. Guru mengatakan, bahwa anak yang biasa bangun pagi bisa mencapai cita-cita lebih cepat dibandingkan yang tidak biasa bangun pagi. Guru menceritakan kisah burung yang selalu bangun pagi. Karena ia rajin dan disiplin selalu bangun pagi, maka Allah cepat memberinya makanan berupa ulat-ulat. Si burung bisa memenuhi perutnya setiap hari karena selalu bangun pagi.

Setelah bercerita, guru mendekati Tamir, dan bertanya, "Tamir, apa pendapatmu tentang kisah ini?" Dengan cepat Tamir menjawab, "Ulat-ulat itu mati, karena ia bangun terlalu pagi".

Beginilah kecenderungan manusia dalam berpikir. Delapan puluh persen cenderung memikirkan hal buruk dan negatif. Bukan berpikir tentang hal-hal baik dan positif. Tamir tidak melihat bagaimana burung itu mudah mendapatkan rezeki karena bangun pagi-pagi. Justru ia melihat sisi nahasnya sang ulat yang mati dimakan burung karena bangun pagi-pagi.

Sekarang, apa yang anda pikirkan tentang wabah corona? Hal positif atau hal negatif? Pemikiran Anda, membentuk kepribadian Anda. Maka, mari selalu membangun harapan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang, dengan berpikir positif.

Membangun Harapan dengan Tujuh Prinsip Terapi Berpikir Positif

Di tengah pandemi corona, banyak orang mengalami kegagalan dalam menemukan sisi-sisi kebaikan dari wabah yang tengah melanda. Salah satu sebabnya adalah, karena manusia cenderung melihat musibah secara negatif, atau melihat sisi negatif dari musibah yang sedang terjadi. Karena yang dilihat selalu sisi negatifnya, maka akan membentuk kesedihan, kedukaan, kemurungan, kegelisahan, kemarahan, ketertekanan, dan serangkaian emosi negatif lainnya.

Muwafik Saleh (2012) menyatakan, bahwa berpikir positif adalah pikiran yang mengarahkan seseorang untuk melihat sesuatu secara positif atau melihat sesuatu dari segi positifnya. Hal ini sejalan dengan prinsip terapi yang dikemukakan oleh Dr. Ibrahim Elfiky, yang merumuskan "7 Prinsip Terapi Berpikir Positif", sebagai berikut.

Masalah dan kesengsaraan hanya ada dalam persepsi

Wabah corona yang sekarang tengah melanda dunia adalah nyata, namun yang membuatnya menjadi beban masalah dalam diri Anda adalah persepsi Anda sendiri. Menurut Elfiky, "Jika ingin mengubah kenyataan hidup Anda, mulailah dengan mengubah persepsi Anda". Ini juga sering disebut sebagai "memberi makna ulang atas peristiwa yang sudah terjadi".

Berikan makna ulang yang positif atas wabah yang tengah melanda dunia, termasuk negara kita. Menurut Elfiky, "Akal manusia hanya bisa fokus pada satu informasi dalam satu waktu". Jika Anda mengubah persepsi Anda tentang musibah, memikirkannya sebagai hadiah terindah dari Allah, menerimanya sebagai pernyataan cinta dari Allah, maka Anda akan menemukan cahaya di hadapan Anda.

Coba anda bangun persepsi baru: bahwa Allah tengah menguji keimanan dan kualitas diri Anda dengan musibah ini. Bahwa Allah menghendaki kualitas kebaikan, kedewasaan, kematangan dan kebijaksanaan Anda meningkat melalui musibah ini. Bahwa Allah menghendaki anda menjadi orang yang lebih kuat dan lebih tangguh dalam menghadapi persoalan lain di masa yang akan datang. Bahwa Allah tengah menyatakan cintaNya kepada anda melalui musibah ini, sebagaimana sabda Nabi, "Sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Ia menguji mereka" (HR. Ath-Thabrani dalam Mu'jamul Ausath).

Coba Anda bangun persepsi baru : bahwa Allah berkenan menghapuskan dosa-dosa Anda melalui wabah ini. Nabi saw telah bersabda, "Tidaklah sesuatu yang menimpa muslim, baik penyakit biasa maupun menahun, kegundahan dan kesedihan, sampaipun duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapus kesalahannya dengan semua derita yang dialaminya." (HR. Bukhari).

Coba Anda bangun persepsi baru : bahwa Allah berkenan mengampuni Anda melalui wabah ini. Nabi saw telah bersabda, "Barangsiapa yang ditimpa musibah pada hartanya atau dirinya, lalu dia menyembunyikannya dengan tidak mengeluh kepada manusia, maka haq atas Allah untuk mengampuninya". (HR. Ath-Thabrani).

Coba Anda bangun persepsi baru : bahwa Allah tengah memberikan nikmat yang agung kepada Anda. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan, "Musibah dijadikan oleh Allah sebagai sebab penghapus dosa dan kesalahan. Bahkan ini termasuk nikmat yang paling agung. 

Maka seluruh musibah pada hakikatnya merupakan rahmat dan nikmat bagi keseluruhan makhluk, kecuali apabila musibah itu menyebabkan orang yang tertimpa musibah menjadi terjerumus dalam kemaksiatan yang lebih besar daripada maksiat yang dilakukannya sebelum tertimpa".

Masalah tidak akan membiarkan Anda dalam kondisi yang ada: ia akan membawa Anda pada kondisi yang lebih buruk atau yang lebih baik

Berlakunya musibah pada diri manusia, atau suatu komunitas kecil, atau bahkan dalam skala besar seperti wabah corona yang menimpa masyarakat dunia akhir-akhir ini, adalah jenis kejadian yang bisa saja sama, dan berlaku pada semua jenis manusia, apakah ia beriman ataupun tidak beriman, apakah ia salih ataupun tidak salih.

Yang membedakan adalah bagaimana manusia mendapatkan makna dari musibah yang menimpa dirinya. Bagaimana musibah memberikan kebaikan dalam kehidupan manusia, dunia maupun akhirat. Bagi sebagian manusia, musibah adalah peristiwa yang benar-benar menyengsarakan dirinya, benar-benar menghancurkan kepribadiannya. Namun bagi sebagian manusia lainnya, musibah justru memberikan penguatan, kebaikan dan kebahagiaan dalam kehidupannya. Ini terkait dengan bagaimana manusia bersikap dan memberikan makna atas musibah yang tengah menimpa.

Wabah corona yang sekarang tengah melanda, bisa mengubah hidup seseorang, menuju kondisi lebih baik atau menuju kondisi lebih buruk. Ini adalah pilihan, dan tentu saja Anda harus memilih yang baik. Gunakan cara berpikir baru untuk membangun harapan baru yang lebih baik. Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya'rawi menyatakan, "Anda tidak akan mampu menyelesaikan masalah dengan pikiran Anda yang sudah ada tentangnya. Sebab pikiran ini adalah penyebab lahirnya masalah itu. Untuk menyelesaikannya, Anda harus berpikir dengan cara yang lain."

Orang yang berkepribadian positif akan memusatkan perhatian pada upaya mencari solusi dengan cara yang rasional dan perasaan yang tenang. Maka ia mempelajari apa yang bisa dilakukan di masa lockdown dan #StayAtHome dan selalu memperbaiki sikapnya hingga dapat berperilaku positif. Baginya masalah justru menghantarkan kepada kondisi yang lebih baik.

Setelah berlalunya wabah ini nanti, Anda harus menjadi lebih baik daripada sebelum datangnya wabah. Karena Anda telah menjalani masa karantina yang bermakna 'kawah candradimuka' bagi Anda, selama beberapa bulan. Sebagaimana saat puasa Ramadhan meningkatkan kualitas taqwa, maka usai wabah corona harus meningkatkan kualitas kehidupan Anda.

Jangan menjadi masalah. Pisahkan dirimu dari masalah

Jangan membiarkan diri Anda berkubang dalam masalah, karena Anda pasti bisa mengatasi masalah yang tengah Anda hadapi. Menurut Voltaire, "Tidak ada masalah yang solusinya tidak dapat dipikirkan oleh akal manusia". Sejak awal, Islam telah mengajarkan, "Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama ini suatu kesulitan" (QS. Al-Hajj: 78), "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" (QS. Al-Baqarah: 286), "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" (QS. Al-Baqarah: 185).

Ketika saat ini Anda diuji dengan wabah, dan wabah inilah yang menjadi masalah besar dalam kehidupan Anda, maka pisahkan diri anda dari masalah tersebut. Elfiky menyatakan, masalah adalah romantika hidup yang dapat kita pelajari agar lebih bijaksana, lebih ahli, dan lebih berpengalaman. Dengan cara pandang seperti ini, Anda akan mudah menghadapi masalah.

Jika kita larut dalam relung masalah wabah, maka Anda akan terkungkung dan tidak bisa keluar darinya. Anda terjebak dalam memikirkan wabah terus menerus secara negatif, tanpa bisa keluar dari jebakan pikiran tentang wabah tersebut. Tiap hari Anda menghitung kematian akibat Covid-19. Tiap hari Anda menghitung kerugian yang ditimbulkan akibat wabah. Tiap hari Anda sibuk mengurung pikiran Anda tentang resiko tertular corona dari orang-orang di sekitar Anda.

Tiba-tiba Anda telah menjadi masalah itu sendiri, karena tak mampu memisahkan diri dari masalah. Maka pisahkan diri Anda dari masalah, agar bisa berpikir jernih dan rasional. Agar Anda tidak berkubang dalam pikiran negatif dan emosi negatif tentang wabah. Enyahkan semua informasi sampah yang mengotori pikiran dan jiwa Anda. Bersikap tenanglah, dan berpikirlah secara positif.

Belajarlah dari masa lalu, hiduplah pada masa kini, dan rencanakanlah masa depan

Banyak orang mengeluhkan masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan. Keduanya tidak ada saat ini. Masa lalu dan segala peristiwa yang ada di dalamnya telah berlalu sebagai pengalaman. Anda dapat membersihkan masa lalu dengan selalu bertanya pada diri sendiri, "Pelajaran apa yang bisa aku petik dari masa lalu?" Sedangkan masa depan belumlah terjadi, maka tidak perlu dikhawatirkan.

Maka hiduplah pada saat sekarang, tanpa membawa beban masa lalu maupun masa yang akan datang. Memang wabah tengah melanda, namun ada sangat banyak aktivitas positif yang bisa Anda lakukan. Bukan hanya untuk diri Anda sendiri, namun juga untuk keluarga, orang-orang tercinta di sekitar Anda, masyarakat, bangsa, negara bahkan peradaban dunia. Di tengah wabah corona, Anda bisa menjalani kehidupan penuh makna, memberikan kemanfaatan bagi sesama, saling berbagi dan saling berkontribusi. Semua menjadi indah karena Anda jalani hidup dengan pikiran terbuka, dan menebar manfaat pada sesama.

Menurut Elfiky, masa lalu adalah mimpi, masa depan adalah proyeksi. Jika hidup Anda saat ini yang diwarnai cinta mendalam pada Allah, membuat masa lalu Anda menjadi mimpi yang indah dan masa depan Anda penuh harapan. Tentang masa kini, hadapilah dengan segenap makna positif. Hadapilah dengan cinta pada Allah. Jangan sampai hidup Anda dihantui perasaan negatif atas wabah yang tenagh terjadi. Jangan pula terlena menunggu masa depan yang belum datang.

Setiap masalah ada solusi spiritualnya

Bagi manusia beriman, setiap masalah selalu ada solusi spiritual yang membersamainya. Allah telah berfirman, "Barang siapa bertakwa pada Allah niscaya Dia akan menyediakan jalan keluar untuknya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak terduga" (QS. Ath-Thalaq : 2 -- 3).

Segala musibah dalam kehidupan di dunia ini adalah anugerah Allah untuk menjadikan Anda semakin dekat kepada Allah. Dengan demikian Anda tahu dan menyadari bahwa selalu ada penyelesaian secara spiritual bagi setiap masalah. "Sesungguhnya pada setiap kesulitan selalu ada kemudahan" (QS. Al-Insyirah : 5 -- 6).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, "Musibah itulah yang melahirkan sikap kembali taat dan merendahkan diri di hadapan Allah Ta'ala serta memalingkan ketergantungan hatinya dari sesama makhluk, dan berbagai maslahat agung lainnya yang muncul karenanya. Musibah itu sendiri terjadi sesuai dengan ketetapan Rabb 'azza wa jalla sekaligus sebagai rahmat untuk manusia, dan Allah Maha terpuji karena perbuatan-Nya tersebut".

"Barang siapa yang diuji dengan suatu musibah lantas diberikan karunia kesabaran oleh Allah maka sabar itulah nikmat bagi agamanya. Setelah dosanya terhapus karenanya maka muncullah sesudahnya rahmat (kasih sayang) Allah. Dan apabila dia memuji Tuhan atas musibah yang menimpanya niscaya dia juga akan memperoleh pujian-Nya, "Mereka itulah orang-orang yang diberikan pujian (shalawat) dari Tuhan mereka dan memperoleh curahan rahmat." (QS. Al-Baqarah: 157)

"Ampunan dari Allah atas dosa-dosanya juga akan didapatkan, begitu pula derajatnya pun akan terangkat. Barang siapa yang merealisasikan sabar yang hukumnya wajib ini niscaya dia akan memperoleh balasan-balasan tersebut," demikian penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (lihat: Fathul Majid).

Mengubah pikiran berarti mengubah kenyataan, pikiran baru menciptakan kenyataan baru

Jika Anda ingin melakukan perubahan positif dalam hidup, pertama kali Anda harus mengubah pikiran Anda. Gantilah pikiran negatif dengan pikiran positif. Sebab pikiran baru melahirkan kenyataan baru. Karena itu, jika Anda benar-benar ingin menciptakan perubahan positif dalam hidup, mulailah mengubah bagian dalam diri anda. Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri" (QS. Ar-Ra'du : 11).

Pada awalnya, Anda perlu mengubah pikiran negatif Anda dengan pikiran yang positif. Pikiran baru yang Anda ciptakan tentang wabah Covid-19, akan benar-benar mengubah hidup Anda di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Bandingkan saja, jika hari-hari ini Anda dilanda frustrasi, bersikap lemah, menyerah dan tidak berdaya, maka Anda tidak melakukan sesuatu apapun untuk kebaikan diri sendiri, keluarga, dan orang-orang lain di sekitar Anda.

Padahal Allah ingin melihat usaha hamba-Nya, Allah ingin mendengar suara hamba-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan, "Allah berfirman kepada malaikat-malaikat-Nya: Pergilah kepada hambaKu, lalu timpakanlah bermacam-macam ujian karena Aku ingin mendengar suaranya." (H.R. Thabrani). Allah ingin mendengar rintihan hamba-Nya, Allah ingon mendengar permintaan hamba-Nya. Lalu mengapa Anda tidak meminta dan berharap kebaikan kepada-Nya?

Dalam situasa tubuh yang sangat lemah menjelang melahirkan, Allah memerintahkan kepada Maryam untuk menggoyangkan pangkal pohon kurma, agar bisa menjatuhkan buahnya. Allah berfirman, "Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu" (QS. Maryam : 26)

Yang bisa dilakukan oleh Maryam, tentu sangat lemah. Dalam situasi sakit menjelang melahirkan, tak ada teman yang membersamai dan membantu persalinanya, ia tetap harus melakukan usaha yang membuat kurma terjatuh dari pohonnya. Allah tidak ingin memberikan kurma segar langsung di hadapan Maryam, namun harus disertai usaha kemanusiaan untuk membuat buah kurma terjatuh dari pohonnya.

Di sisi lain, Maryam tak ingin pasrah total, tanpa melakukan sesuatu apapun. Ia harus melakukan usaha kemanusiaan, agar bisa menjadi "alasan" bagi Allah untuk menolongnya. Bahwa ia memang benar-benar layak ditolong oleh Allah. Maka ia pun menggoyangkan pohon kurma itu. Padahal, andai lima orang lelaki dewasa dan sehat menggoyang pohon kurma, belum tentu bisa menjatuhkan buahnya.

Ketika Allah menutup satu pintu, pasti Dia membuka pintu yang lain yang lebih baik

Menurut Elfiky, kadang kala Allah menutup pintu yang ada di depan kita, tapi Dia membuka pintu lain yang lebih baik. Namun, kebanyakan manusia menyia-nyiakan waktu, konsentrasi, dan tenaga untuk memandang pintu yang tertutup dari pada menyambut pintu lain yang terbuka di hadapannya. Inilah cara pandang yang membuat orang selalu terpenjara oleh masalah dan persoalan dalam kehidupan.

Anda menghendaki hidup bahagia dalam situasi yang normal, tak ada wabah, tak ada corona dan penyakit berbahaya lainnya, bisa bekerja, berbisnis, berusaha, dan terus menerus berkembang usahanya. Namun ketika kondisi itu tidak kita Anda dapatkan, masih banyak pintu kebahagiaan lain yang bisa Anda dapatkan. Sangat banyak pintu yang terbuka menyambut peran Anda, lalu mengapa fokus melihat pintu-pintu yang sedang tertutup itu?

Atas pintu yang tengah Allah tutup itu, mungkin saja Anda tidak menyukainya, padahal bisa jadi justru itu yang terbaik bagi Anda. Allah telah berfirman, "Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216).

Cobalah mengubah cara pandang dan persepsi anda atas wabah corona yang tengah melanda Indonesia. Anda akan mampu berdamai dengan kondisi yang harus Anda hadapi saat ini dan berbahagia dengan kehidupan yang akan datang. Allah tengah membuka sangat banyak pintu kebaikan yang bisa Anda manfaatkan di tengah #WorkFromHome dan #StayAtHome. Anda memiliki lebih banyak waktu untuk ibadah, untuk tilawah, untuk dzikir, untuk puasa sunnah, dan ibadah lainnya. Anda memiliki kesempatan untuk melakukan pendekatan kepada Allah melalui banyak amalan.

Anda bisa menggunakan kesempatan sebaik mungkin untuk menikmati family time dan menguatkan bonding dengan semua anggota keluarga. Anda memiliki waktu lebih banyak untuk berpikir tentang rencana-rencana masa depan, yang selama ini kurang Anda perhatikan karena Anda terhalang kesibukan. Sangat banyak kebaikan tengah Allah bukakan pintunya untuk Anda, sayang kalau Anda tidak pernah melihatnya, karena fokus melihat kepada pintu yang tengah Allah tutup untuk Anda.

Daftar Bacaan
Cahyadi Takariawan, Bergembiralah, Musibah Adalah Nikmat Allah, dalam : www.ruangkeluarga.id, 9 April 2020
Cahyadi Takariawan, Wa Huzzi Ilaiki, dalam : www.ruangkeluarga.id, 8 April 2020
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, Penerbit Zaman, Jakarta, 2008
Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani, Erlangga, Jakarta, 2012

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun