Belajarlah dari masa lalu, hiduplah pada masa kini, dan rencanakanlah masa depan
Banyak orang mengeluhkan masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan. Keduanya tidak ada saat ini. Masa lalu dan segala peristiwa yang ada di dalamnya telah berlalu sebagai pengalaman. Anda dapat membersihkan masa lalu dengan selalu bertanya pada diri sendiri, "Pelajaran apa yang bisa aku petik dari masa lalu?" Sedangkan masa depan belumlah terjadi, maka tidak perlu dikhawatirkan.
Maka hiduplah pada saat sekarang, tanpa membawa beban masa lalu maupun masa yang akan datang. Memang wabah tengah melanda, namun ada sangat banyak aktivitas positif yang bisa Anda lakukan. Bukan hanya untuk diri Anda sendiri, namun juga untuk keluarga, orang-orang tercinta di sekitar Anda, masyarakat, bangsa, negara bahkan peradaban dunia. Di tengah wabah corona, Anda bisa menjalani kehidupan penuh makna, memberikan kemanfaatan bagi sesama, saling berbagi dan saling berkontribusi. Semua menjadi indah karena Anda jalani hidup dengan pikiran terbuka, dan menebar manfaat pada sesama.
Menurut Elfiky, masa lalu adalah mimpi, masa depan adalah proyeksi. Jika hidup Anda saat ini yang diwarnai cinta mendalam pada Allah, membuat masa lalu Anda menjadi mimpi yang indah dan masa depan Anda penuh harapan. Tentang masa kini, hadapilah dengan segenap makna positif. Hadapilah dengan cinta pada Allah. Jangan sampai hidup Anda dihantui perasaan negatif atas wabah yang tenagh terjadi. Jangan pula terlena menunggu masa depan yang belum datang.
Setiap masalah ada solusi spiritualnya
Bagi manusia beriman, setiap masalah selalu ada solusi spiritual yang membersamainya. Allah telah berfirman, "Barang siapa bertakwa pada Allah niscaya Dia akan menyediakan jalan keluar untuknya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak terduga" (QS. Ath-Thalaq : 2 -- 3).
Segala musibah dalam kehidupan di dunia ini adalah anugerah Allah untuk menjadikan Anda semakin dekat kepada Allah. Dengan demikian Anda tahu dan menyadari bahwa selalu ada penyelesaian secara spiritual bagi setiap masalah. "Sesungguhnya pada setiap kesulitan selalu ada kemudahan" (QS. Al-Insyirah : 5 -- 6).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, "Musibah itulah yang melahirkan sikap kembali taat dan merendahkan diri di hadapan Allah Ta'ala serta memalingkan ketergantungan hatinya dari sesama makhluk, dan berbagai maslahat agung lainnya yang muncul karenanya. Musibah itu sendiri terjadi sesuai dengan ketetapan Rabb 'azza wa jalla sekaligus sebagai rahmat untuk manusia, dan Allah Maha terpuji karena perbuatan-Nya tersebut".
"Barang siapa yang diuji dengan suatu musibah lantas diberikan karunia kesabaran oleh Allah maka sabar itulah nikmat bagi agamanya. Setelah dosanya terhapus karenanya maka muncullah sesudahnya rahmat (kasih sayang) Allah. Dan apabila dia memuji Tuhan atas musibah yang menimpanya niscaya dia juga akan memperoleh pujian-Nya, "Mereka itulah orang-orang yang diberikan pujian (shalawat) dari Tuhan mereka dan memperoleh curahan rahmat." (QS. Al-Baqarah: 157)
"Ampunan dari Allah atas dosa-dosanya juga akan didapatkan, begitu pula derajatnya pun akan terangkat. Barang siapa yang merealisasikan sabar yang hukumnya wajib ini niscaya dia akan memperoleh balasan-balasan tersebut," demikian penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (lihat: Fathul Majid).
Mengubah pikiran berarti mengubah kenyataan, pikiran baru menciptakan kenyataan baru