Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Agenda Keluarga Muslim di Akhir Ramadan

27 Mei 2019   08:26 Diperbarui: 27 Mei 2019   08:46 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lailatul qadar adalah hadiah Allah bagi orang-orang beriman yang berjaga dan berusaha untuk mendapatkannya. Adanya pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Nabi Saw bersabda:

"Aku pernah melakukan i'tikaf pada sepuluh hari Ramadhan yang pertama. Aku berkeinginan mencari malam lailatul qadar pada malam tersebut. Kemudian aku beri'tikaf di pertengahan bulan, aku datang dan ada yang mengatakan padaku bahwa lailatul qadar itu di sepuluh hari yang terakhir. Siapa saja yang ingin beri'tikaf di antara kalian, maka beri'tikaflah." Lalu di antara para sahabat ada yang beri'tikaf bersama beliau. (HR. Bukhari, no. 2018; Muslim, no. 1167).

Sedangkan yang dimaksudkan dengan menghidupkan lailatul qadar adalah menghidupkan sebagian besar malam dengan ibadah, dan tidak harus pada seluruh malam. Bahkan Imam Asy Syafi'i dalam pendapat terdahulu mengatakan, "Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' dan shalat Shubuh di malam qadar, ia berarti telah dinilai menghidupkan malam tersebut". Menghidupkan malam lailatul qadar bisa dilakukan dengan dengan shalat, dzikir, doa dan tilawah Al Qur'an.

Jika seorang meraih lailatul qadar dengan i'tikaf, itu lebih utama. Akan tetapi i'tikaf bukanlah syarat untuk mendapatkan malam kemuliaan tersebut. Begitu pula berada di masjid bukan syarat untuk mendapatkan lailatul qadar. 

Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhahak, "Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya tidak lalai dalam dzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?"

Adh Dhahak menjawab, "Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut." Jawaban ini menunjukkan, siapapun orang beriman yang berusaha mendapatkan lailatul qadar dengan ibadah malam, berpeluang untuk mendapatkannya. Namun i'tikaf lebih utama.

Demikianlah beberapa agenda keluarga muslim di akhir-akhir Ramadhan. Semoga Allah mudahkan kita semua untuk mendapatkan keutamaan Ramadhan ---terlebih kemuliaan lailatul qadar.

Bandara Balikpapan, 27 Mei 2019


Sumber : web rumaysho.com, di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun