Tidak terasa, waktu berjalan demikian cepat. Hari ini, Senin 27 Mei 2019, kita telah memasuki hari ke 22 di bulan Ramadhan 1440 H. Artinya, tinggal tersisa delapan hari lagi untuk menikmati bulan suci. Masih sangat banyak di antara kita yang belum mengoptimalkan Ramadhan yang sudah hampir tiba di penghujungnya.Â
Masih banyak di antara kita yang belum memperbanyak amal kebaikan di bulan penuh ampunan ini. Kita masih sangat sibuk bekerja seperti biasanya, dan tidak banyak beribadah ---seperti biasanya.
Mumpung masih ada beberapa hari di bulan suci ini, mari kita susun agenda bersama keluarga, untuk memperbanyak amal kebaikan. Jangan sampai Ramadhan berlalu, dan kita masih saja seperti dulu. Tak ada nilai kebaikan yang bisa kita raih, padahal masih menunggu setahun lagi untuk berjumpa bulan mulia, itupun jika kita masih diberi usia.
Berikut beberapa agenda bersama keluarga, di akhir-akhir Ramadhan 1440 H, agar bisa meraih rahmat dan ampunan Allah yang begitu luas dan lapang.
Lebih Bersemangat Ibadah
Telah dicontohkan oleh Nabi Saw, bahwa beliau sangat bersungguh-sungguh dalam amal ibadah terutama pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Beliau Saw lebih rajin dan lebih banyak ibadah di akhir-akhir Ramadhan ---lebih dari hari-hari lainnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
- -
"Rasulullah Saw sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya." (HR. Muslim no. 1175)
Menjauhi Hubungan Suami Istri
Hubungan seksual suami dan istri di malam hari bulan Ramadhan tidaklah dilarang. Akan tetapi, saking khusyu' ibadah dengan i'tikaf di masjid, Nabi Saw pada sepuluh hari terakhir Ramadhan "mengencangkan ikat pinggangnya" ---yaitu menjauhi hubungan seksual dengan istri. Maka, bagi yang menjalankan i'tikaf, tidak diperbolehkan melakukan hubungan seksual selama masa i'tikaf.
'Aisyah Ra mengatakan:
-- --
"Apabila Nabi Saw memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya ---yaitu menjauhi para istri beliau dari jima', menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya." (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).
Mengajak Keluarga
Sebagaimana hadits riwayat Imam Bukhari nomer 2024 dan Imam Muslim nomer 1174 di atas, Nabi Saw mengajak keluarga beliau untuk memperbanyak amal ibadah di akhir-akhir Ramadhan.Â
Hendaknya kita mencontoh beliau Saw, dengan mengkondisikan dan mengajak semua anggota keluarga untuk semakin konsentrasi ibadah di bagian akhir Ramadhan.
Menghidupkan Malam Ramadhan dengan Ibadah
Karena Ramadhan menjelang berakhir, maka dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, terlebih pada waktu malam harinya. Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Disunnahkan untuk memperbanyak ibadah di akhir Ramadhan dan disunnahkan pula untuk menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah."
Dalam kitab Latha'if Al Ma'arif dikisahkan, Sufyan Ats Tsauri berkata, "Aku sangat senang jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan untuk bertahajud di malam hari dan giat ibadah pada malam-malam tersebut." Sufyan pun mengajak keluarga dan anak-anaknya untuk melaksanakan shalat jika mereka mampu.
Hal ini berlaku untuk seluruh malam, tidak hanya pada malam-malam ganjil saja di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Bersemangat Mengharap Lailatul Qadar
Lailatul qadar adalah hadiah Allah bagi orang-orang beriman yang berjaga dan berusaha untuk mendapatkannya. Adanya pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Nabi Saw bersabda:
"Aku pernah melakukan i'tikaf pada sepuluh hari Ramadhan yang pertama. Aku berkeinginan mencari malam lailatul qadar pada malam tersebut. Kemudian aku beri'tikaf di pertengahan bulan, aku datang dan ada yang mengatakan padaku bahwa lailatul qadar itu di sepuluh hari yang terakhir. Siapa saja yang ingin beri'tikaf di antara kalian, maka beri'tikaflah." Lalu di antara para sahabat ada yang beri'tikaf bersama beliau. (HR. Bukhari, no. 2018; Muslim, no. 1167).
Sedangkan yang dimaksudkan dengan menghidupkan lailatul qadar adalah menghidupkan sebagian besar malam dengan ibadah, dan tidak harus pada seluruh malam. Bahkan Imam Asy Syafi'i dalam pendapat terdahulu mengatakan, "Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' dan shalat Shubuh di malam qadar, ia berarti telah dinilai menghidupkan malam tersebut". Menghidupkan malam lailatul qadar bisa dilakukan dengan dengan shalat, dzikir, doa dan tilawah Al Qur'an.
Jika seorang meraih lailatul qadar dengan i'tikaf, itu lebih utama. Akan tetapi i'tikaf bukanlah syarat untuk mendapatkan malam kemuliaan tersebut. Begitu pula berada di masjid bukan syarat untuk mendapatkan lailatul qadar.Â
Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhahak, "Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya tidak lalai dalam dzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?"
Adh Dhahak menjawab, "Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut." Jawaban ini menunjukkan, siapapun orang beriman yang berusaha mendapatkan lailatul qadar dengan ibadah malam, berpeluang untuk mendapatkannya. Namun i'tikaf lebih utama.
Demikianlah beberapa agenda keluarga muslim di akhir-akhir Ramadhan. Semoga Allah mudahkan kita semua untuk mendapatkan keutamaan Ramadhan ---terlebih kemuliaan lailatul qadar.
Bandara Balikpapan, 27 Mei 2019
Sumber : web rumaysho.com, di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H