Laki-laki hanya mampu mendengarkan tiga dari banyak suara tersebut, sehingga laki-laki sering kehilangan alur cerita pada waktu mendengarkan perempuan berbicara.
Karena berbagai perbedaan karakter tersebut bercorak akademis, hendaknya suami dan istri selalu belajar mengerti dan memahami, agar lebih nyaman dalam berkomunikasi dan berinteraksi sehari-hari.
Ketiga, Karakter Bentukan Keluarga
Setiap orang memiliki keluarga tempat dimana mereka dilahirkan, dididik, dibesarkan dan ditumbuhkembangkan. Seperti apa cork keluarga orang tua kita dalam kehidupan kesehariannya, akan sangat berpengaruh dalam kehidupan kita selanjutnya.Â
Apabila orang tua terbiasa banyak mengobrol di rumah, terbiasa dengan keterbukaan, bercanda, berdiskusi dengan anak-anak, akan membuat anak-anak memiliki ketrampilan komunikasi yang baik.
Namun apabila orang tua termasuk tipe pendiam, tidak banyak bicara, tidak terbiasa mengobrol bebas, tidak terbiasa musyawarah dalam keluarga, akan menyebabkan anak-anak tidak memiliki contoh atau model dalam ketrampilan berkomunikasi.Â
Ada tipe "rumah yang sepi", dimana suami, isteri dan anak-anak tidak banyak berbicara dan berkomunikasi. Mereka duduk bersama menonton televisi, namun saling diam. Mereka duduk di meja makan menyantap sarapan bersama, namun dengan saling diam.
Diamnya mereka bukan karena bermusuhan, namun karena malas berbicara. Seperti tidak ada bahan untuk diomongkan. Akhirnya mereka menikmati kesunyian.Â
Anak-anak yang ditumbuhkan dalam kultur "rumah sepi" seperti ini, akan menjadikannya sebagai model kelak ketika mereka membentuk keluarga. Bagi mereka, rumah tangga itu tidak perlu banyak bicara. Karena itulah contoh yang mereka dapatkan dari orang tua.
Ketika seorang perempuan berasal dari tipe "rumah ramai" dimana orang tua dan semua anggota keluarga hobi berbicara dan mengobrol, menikah dengan seorang lelaki yang berasal dari tipe "rumah sepi", akan banyak mengalami penyesuaian kultural dalam kehidupan rumah tangga yang mereka bentuk.Â
Harus ada ruang penyesuaian yang memadai di antara mereka berdua agar terjadi titik temu yang melegakan, untuk mengkonstruski rumah baru, yang tidak sepi namun tidak terlalu ramai.