Kerjasama dengan Pihak SekolahÂ
Orang tua tidak bisa sendirian dalam mendidik anak, maka harus ada kerjasama dengan pihak sekolah dan lingkungan sekitar dalam mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas.Â
Orang tua dan guru di sekolah harus saling mendukung upaya mewujudkan "good digital citizens", sebab pihak sekolah kerap memiliki pelajaran dan tugas terhadap siswa yang menggunakan perangkat gadget serta koneksi internet.Â
Kadang dengan alasan mengerjakan tugas sekolah, anak minta dibelikan fasiltas gadget canggih, padahal tuntutan pihak sekolah tidak sampai ke tingkat itu. Hal-hal seperti inilah yang harus terus menerus dikomunikasikan dan disepakati antara orang tua dengan pihak sekolah.
Nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dengan di sekolah, hendaknya saling sinergi dan tidak berbenturan. Pada dasarnya, semua menghendaki lahirnya anak-anak yang salih salihah, takwa, cerdas, trampil, sehat, kuat, kreatif, inovatif, dan berbagai karakter positif lainnya.Â
Hanya saja, terkadang dijumpai tidak sinkron antara aturan dan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dengan di sekolah. Dampaknya anak akan mengalami keterpecahan, harus percaya kepada siapa. Harus mengikuti siapa. Tentu situasi ini membingunkan bagi anak. Maka sangat penting kerjasama serta sinergi orang tua dengan sekolah agar semua tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan optimal.
Ciptakan Lingkungan Pembelajaran
Lingkungan masyarakat juga harus mendapatkan edukasi dan diajak membuat kesepakatan positif untuk menciptakan suasana kondusif dalam pembelajaran anak.
Jika suasana di rumah, sekolah dan lingkungan sekitar sudah kondusif, akan memudahkan untuk mengarahkan anak-anak menuju kebaikan karakter mereka.Â
Kita ingat kejadian lama, saat masyarakat tengah dihadapkan pada realitas anak-anak yang kecanduan dengan televisi. Muncullah formula JBM alias Jam Belajar Masyarakat, dimana masyarakat diminta mematikan televisi pada jam 18.00 -- 20.00 karena itumerupakan jam mengaji dan belajar bagi anak.
Formula itu menjadi sangat menarik, bukan soal angka jam yang dipersoalkan, akan tetapi pada keterlibatan masyarakat dalam menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran bagi anak-anak. Inilah yang dimaksudkan sebagai lingkungan pembelajaran, karena anak-anak Indonesia tumbuh berkembang di tengah kehidupan masyarakat.Â
Jika di rumah TV dimatikan, seorang anak bisa keluar untuk menonton TV di rumah tetangga. Jika tetangga terdekat TV-nya juga dimatikan, ia bisa numpang nonton di rumah tetangga sebelahnya lagi. Maka begitu masyarakat semuanya kompak mematikan TV, anak-anak tidak lagi memiliki alternatif.
Di zaman sekarang ide JBM itu masih tetap relevan. Bisa diberlakukan untuk jam mematikan gadget bagi seluruh anggota keluarga, guna mendukung anak-anak untuk belajar dengan sebaik-baiknya, dalam suasana yang kondusif.Â