Tidak bijak untuk menutup diri sama sekali dari teknologi, sebagaimana juga tidak bijak untuk membuka akses terhadap teknologi tanpa ada batasan sama sekali. Yang diperlukan adalah tindakan yang positif dan konstruktif dalam mendidik, mengasuh, mendampingi, mengarahkan dan membina anak-anak kita, baik di rumah, di sekolah, maupun pada lingkungan sekitarnya. Hendaknya anak-anak tetap menjadi asuhan dan didikan orang tua serta guru, bukan asuhan internet dan gadget. Di zaman atau era apapun mereka hidup dan berkembang.
Orang tua tidak perlu dibuat bingung dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, karena teknologi akan terus berkembang dengan sangat cepat. Bahkan melebihi kemampuan kita untuk mempelajarinya.Â
Di zaman kakek moyang kita, mungkin mereka sibuk menasehati anak agar tidak terus menerus duduk di dekat radio untuk mendengarkan siaran.Â
Di zaman orang tua kita, mereka sibuk menasehati anak-anak agar tidak kecanduan tayangan televisi.Â
Di zaman kita, semua sibuk mengkondisikan anak agar tidak kecanduan gadget. Lima tahun dari sekarang, persoalan sudah berganti lagi.
Seperti apapun perkembangan zaman dan perkembangan teknologi, selalu ada garis lurus yang bisa diikuti. Yang membuat kita tidak menjadi bingung dan galau.Â
Berikut 8 pedoman untuk mendidik anak di era digital saat ini, yang harus diaplikasikan secara kolektif oleh semua komponen anak bangsa, dimulai dari keluarga. Hendaknya ayah dan ibu berusaha untuk menerapkan delapan pedoman berikut ini dalam mendidik anak-anak sejak di rumah.
Ambil Tanggung JawabÂ
Hendaknya orang tua mengambil tanggung jawab sepenuhnya dalam mendidik anak, karena inilah hakikat tugas utama orang tua. Pihak lain seperti sekolah, madrasah, pesantren hanyalah membantu orang tua dalam mendidik anak-anak.Â
Orang tua penuh dengan keterbatasan, tidak mampu untuk mengajarkan segala hal kepada anak-anak, maka mereka memerlukan mitra untuk mendidik anak berupa guru, ustaz, sekolah, madrasah atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Namun, tanggung jawab utama pendidikan anak tetap ada pada orang tua.
Hadits Nabi SAW dengan jelas dan tegas menyatakan hal tersebut, "Setiap manusia dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi," Hadits Riwayat Muslim.Â
Dengan jelas Nabi SAW menyatakan, orang tuanya yang menyebabkan anak keluar dari fitrah itu, padahal sejak kelahirannya Allah telah menjadikan manusia berada dalam fitrah. Nabi tidak menyatakan "gurunya", atau "sekolahnya", atau "masyarakatnya", atau "pemerintahnya", atau "gadgetnya".Â
Namun yang disebutkan adalah orang tua. Ini menandakan, orang tua harus mengambil tanggung jawab pendidikan anak secara sepenuhnya, walaupun secara teknis bisa meminta bantuan kepada sekolah, madrasah, pesantren, kampus, dan lain sebagainya.