"Kita ini bukan orang pacaran, Ayu. Kita ini suami istri. Untuk apa aku mengatakan kata cinta? Kamu kan bisa melihat sendiri bagaimana aku mencintaimu selama ini," jawab Bagus tidak mau mengalah.
"Kamu kan juga sangat jarang membuatkan teh untukku. Bahkan lebih sering aku harus membuatnya sendiri", sekarang gantian Bagus yang menyerang Ayu. "Coba kamu tanya ke tetangga, adakah istri yang tidak pernah membuatkan teh untuk suami? Pasti hanya kamu saja", lanjut Bagus.
"Tapi aku kan setiap hari menyatakan cintaku kepadamu. Kamu ingat kan, tiap kamu berangkat kerja aku selalu mengucapkan I love you. Kamu? Tidak pernah melakukan itu kepadaku", sanggah Ayu.
Cintai Pasangan Sebagaimana yang Ia Inginkan
Pertengkaran demi pertengkaran kerap melanda kehidupan mereka, dan mereka tidak mengetahui mengapa selalu ada pertengkaran padahal mereka saling mencinta. Itulah pertengkaran yang terjadi apabila saling tidak mengetahui tipe bahasa cinta dominan dari pasangan. Bagus tidak tahu, bahwa bahasa cinta Ayu yang dominan adalah kata-kata afirmasi, sebagaimana Ayu tidak tahu bahwa bahasa cinta Bagus adalah pelayanan. Masing-masing dari mereka menyatakan cinta dengan cara dan pikiran mereka sendiri, bukan dengan cara yang diinginkan oleh pasangan.
Andai Bagus mengetahui bahwa bahasa cinta Ayu adalah kata-kata afirmasi, maka ia menjadi mengerti bahwa yang perlu sering ia lakukan adalah mengucapkan kata-kata mesra dan pujian untuk Ayu. Bagus harus belajar mengucapkan "I love you, aku sayang kamu, aku rindu kamu, kamu sangat berarti bagiku, kamu cantik sekali hari ini, aku bangga menjadi suamimu", bahkan perlu menghafal puisi-puisi romantis Sapardi Djoko Damono. Ternyata Bagus menggelontori Ayu dengan banyak hadiah. Setiap ada momentum istimewa, selalu ada perayaan dan hadiah. Padahal hadiah yang diberikan Bagus termasuk berharga mahal.
Sebaliknya, jika Ayu mengerti bahwa bahasa cinta Bagus adalah pelayanan, maka ia tidak akan terlalu memaksa Bagus untuk menyatakan cinta lewat kata-kata verbal. Ayu justru akan lebih banyak memberikan pelayanan kepada Bagus, dengan membuatkan teh, menyiapkan sarapan, dan berbagai bentuk pelayanan lainnya. Tidak banyak manfaatnya bagi Ayu untuk mengucapkan kata I love you setiap hari kepada Bagus, karena tipe bahasa cintanya bukan kata-kata afirmasi. Membuatkan teh akan lebih diterima oleh Bagus sebagai tanda cinta, sementara kata-kata I love you hanya ditiangkap sebagai basa-basi saja.
Ini sangat berbeda dengan keluarga Gagah dan Indah. Setiap hari Gagah mengucapkan kata-kata cinta, membuat dan mengirim puisi cinta, serta gelontoran ucapan pujian untuk Indah sang istri. "Kamu perempuan tercantik yang pernah aku temui di muka bumi ini. Beruntung aku memilikimu. Aku sangat bangga menjadi suamimu", kata-kata seperti ini rutin diungkapkan Gagah kepada Indah. Berapa puluh puisi ia tulis dan ia kirim untuk sang istri selama ini. Namun itu semua tidak membuat Indah merasa heppy.
"Aku gak suka kamu ngegombal kayak gitu tiap hari. Lebih baik kamu bantu aku membersihkan dapur dan mengepel lantai, daripada kamu baca puisi dan deklamasi tiap hari", ujar Indah.
Tentu Gagah tersinggung dikatakan ngegombal. Ia benar-benar mempraktekkan romantisme cinta dalam keluarga, sebagaimana film-film atau novel percintaan, dengan harapan bisa membahagiakan Indah. Sayangnya Gagah tidak tahu, bahwa bahasa cinta yang dominan pada diri Indah bukanlah kata-kata afirmasi, tetapi yang dominan adalah pelayanan.Â
Maka Indah merasa dicintai apabila Gagah rajin membantu dirinya menyelesaikan berbagai tugas-tugas kerumahtanggaan. Puisi dan kata-kata cinta tidak membuat pekerjaan rumah tangga cepat selesai. Maka Indah justru merasa sebal oleh perbuatan Gagah yang cuma pandai bicara namun tidak mengerti tanggang jawab dalam keluarga.