Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

5 Hal Sensitif dalam Pernikahan

28 Mei 2018   06:26 Diperbarui: 28 Mei 2018   16:11 4452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : www.pinterest.com

Manajemen hidup berumah tangga melibatkan keduanya, perlu ilmu yang memadai, sekaligus perlu seni dalam menjalani. Mengelola sangat banyak hal , sejak yang pokok sampai yang teknis, memerlukan kemampuan untuk berseni-seni agar bisa dijalankan dengan kelegaan hati. Prinsipnya adalah, jangan sampai ada kezaliman dalam pengelolaan kehidupan berumah tangga.

Beberapa pertanyaan berikut ini bisa menjadi bahan diskusi dengan pasangan. Bagaimana pembagian peran kerumahtanggaan antara suami dan istri? Bagaimana pembagian peran dalam menyelesaikan hal teknis dan praktis dalam rumah tangga? Jika suami dan istri keduanya bekerja, siapa yang mengurus hal teknis dan praktis dalam rumah tangga? Perlukah asisten rumah tangga? Apa saja pekerjaan ASN ? Siapa dan bagaimana mendampingi serta membimbing anak-anak? Jika istri tidak bekerja, bagaimana pembagian peran kerumahtanggaan antara suami dan istri?

Kelima, terkait pengambilan keputusan

Bagaimana mengambil keputusan dalam hidup berumah tangga, menjadi salah satu tema sensitif dan krusial. Oleh karena itu, perlu kesepakatan teknis dalam tema ini.

Kenyataannya, sering ditemukan konflik suami istri yang bermula dari konteks pengambilan keputusan.

Sebagai contoh, suami yang dituduh otoriter karena semua hal diputuskan sendiri tanpa melibatkan istri, atau sebaliknya, suami yang tidak bisa mengambil keputusan sehingga semua hal tergantung istri.

Kenyataannya pula, tidak semua keluarga mampu mengembangkan tradisi musayawarah yang baik dalam mengambil keputusan.

Beberapa pertanyaan berikut ini bisa menjadi bahan diskusi duami dan istri. Bagaimana cara mengambil keputusan dalam keluarga? Hal apa saja yang memerlukan musyawarah antara suami dan istri? Hal apa saja dan kondisi seperti apa yang suami bisa mengambil keputusan sendiri? Hal apa saja dan kondisi seperti apa yang istri bisa mengambil keputusan sendiri? Ketika musyawarah dan mengalami kebuntuan, tidak bisa mengambil keputusan, langkah apa yang akan mereka ambil? Kapan dan bagaimana musyawarah keluarga?

Itu semua adalah contoh hal sensitif dalam kehidupan pernikahan. Bicarakan baik-baik, dan buatlah kesepakatan yang melegakan dan membuat nyaman bagi keduanya.

Jangan mendiamkan hal-hal sensitif tersebut tanpa pembicaraan, yang menyebabkan muncul situasi chaos.

Suami dan istri terlibat konflik berkepanjangan disebabkan tidak ada kesepakatan yang bisa dijadikan pegangan dalam menghadapi hal-hal sensitif tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun