Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ingin Selalu Bahagia? Terima Pengaruh Pasangan Anda

24 Juli 2017   10:32 Diperbarui: 24 Juli 2017   16:41 2556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena 3: Sang Inspektur dan Sang Pelupa

Hari dan Dewi (bukan nama sebenarnya) adalah pasangan dengan karakter yang sangat jauh berbeda. Hari adalah tipe lelaki yang disiplin dan berusaha untuk selalu mengontrol segaa sesuatudalam kehidupan berumah tangga. Ini hasil pendidikan yang ditempuh Hari, sekaligus menjadi pekerjaan kedinasan yang dilakoninya saat ini. 

Ia bekerja pada bagian yang mengharuskannya untuk melakukan pemeriksaan dengan detail. Sang inspektur yang biasa memeriksa, dilakukan pula 'tugas' ini dalam hidup berumah tangga. Ia selalu mengontrol kegiatan Dewi dan anak-anak setiap hari.

Sementara itu Dewi memiliki sifat pelupa. Dewi sendiri ketika ditanya sudah lupa, sejak kapan dia menjadi pelupa. Maka sangat banyak hal yang terlalaikan karena kelupaan, bukan karena kesengajaan. Misalnya ketika Hari meminta tolong kepada Dewi untuk men-charge HPnya yang sedang lowbat, ternyata Dewi belum mencolokkan charger ke sambungan listrik. 

Setelah beberapa saat Hari membutuhkan HP, dia kaget karena ternyata HP dalam keadaan mati kehabisan daya baterai dan dalam kondisi tergeletak di dekat colokan listrik. Ini hanya contoh kecil, sangat banyak peristiwa kelupaan yang akhirnya berbuntut pertengkaran.

Pertengkaran menjadi lebih sering terjadi dalam rumah tangga Hari dan Dewi, karena kebiasaan Hari yang suka mengotrol segala sesuatu, berdampak memperbanyak hal yang tampak lalai pada diri Dewi. Pada titik tertentu, Dewi merasa selalu disalahkan, padahal ia juga merasa sudah melakukan hal yang baik dan benar untuk suaminya, namun seakan itu tidak pernah dilihat dan dihargai. Yang tampak pada Hari selalu sisi kelemahan Dewi yang sering lupa, tidak tampak usaha Dewi yang sudah melakukan banyak kebaikan untuknya.

Siapakah yang harus berubah? Keduanya harus berubah. Hari dan Dewi harus berusaha menerima pengaruh pasangan, hingga mereka bisa berada dititik keseimbangan yang membuat hidup mereka nyaman dan damai.

Rela Menerima Pengaruh Pasangan

Nah, dari berbagai contoh fenomena hidup berumah tangga yang saya sampaikan di atas, cukup mudah memahami mengapa suami dan istri harus rela menerima pengaruh pasangan. Tujuannya adalah untuk mencapai titik keseimbangan dalam kehidupan berumah tangga, yang bisa dinikmati oleh suami dan istri. 

Bukan hanya suami saja yang berubah menerima pengaruh pasangan, bukan hanya istri saja yang berubah menerima pengaruh pasangan. Keduanya harus rela berubah untuk menerima pengaruh pasangan.

Ketidaksediaan atau ketertutupan diri untuk menerima pengaruh pasangan, adalah sebentuk 'kesombongan' yang harus dihilangkan. Ajaklah pasangan anda berubah dan berproses bersama, menuju kondisi yang lebih baik dan lebih nyaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun