Apa yang Terjadi pada Budi dan Novie?
Novie dan Budi saling meragukan cinta pasangan. Padahal, Novie merasa sudah melakukan banyak hal yang ---menurutnya--- itu karena cintanya kepada Budi. Demikian pula Budi sudah melakukan banyak hal yang ---menurutnya--- itu dilakukan karena cintanya kepada Novie. Namun keduanya masih saling merasa tidak dicintai sepenuh hati oleh pasangan. Apa yang sesungguhnya terjadi?
Persoalan yang mereka hadapi pada dasarnya adalah pemahaman akan tipe bahasa cinta. Budi dan Novie saling tidak mengerti tipe bahasa cinta pasangannya. Dampaknya, Novie mengekspresikan cinta dengan cara yang ia pahami, demikian pula Budi. Mereka berdua saling mencintai dan sudah berusaha mengekspresikan cinta kepada pasangan dengan sepenuh hati. Namun sayang, cara mengekspresikan cinta yang dilakukan Novie tidak sesuai dengan tipe bahasa cinta Budi, dampaknya Budi merasa kurang dicintai oleh Novie. Demikian pula cara mengekspresikan cinta yang dilakukan Budi tidak sesuai dengan tipe bahasa cinta Novie, dampaknya Novie merasa kurang dicintai oleh Budi.
Demikianlah yang sering kami temui di ruang konseling, baik di Jogja Family Center (JFC) maupun di Rumah Keluarga Indonesia (RKI). Banyak pasangan suami-istri yang merana, merasa tidak dicintai oleh pasangan, padahal saat dikonfirmasi, pasangan menyatakan ia mencintai sepenuh hati. Suami merasa sudah menunjukkan cinta ---dengan caranya; demikian pula istri sudah menunjukkan cinta ---dengan caranya. Ternyata ekspresi cinta mereka tidak sesuai dengan tipe bahasa cinta yang dimiliki pasangan.
Suami yang bahasa cintanya adalah saat-saat berkesan, akan tetap merasa ditelantarkan istri walaupun sang istri seharian sibuk membersihkan rumah dan memasak demi untuk menyenangkan suami. Membersihkan rumah, memasak, menata kamar, membuatkan teh panas, adalah bahasa cinta 'pelayanan'. Jika suami bertipe itu, akan sangat menyenangkan hatinya.
Untuk suami yang bahasa cintanya 'saat-saat berkesan', ia akan lebih senang jika sepulang ke rumah, sang istri langsung duduk di sampingnya, menemaninya, mendengarkan cerita-ceritanya, dan tampak antusias memperhatikan cerita suami. Untuk tipe ini, suami tidak terlalu peduli kondisi rumah yang belum dibersihkan, kamar yang berantakan, atau tidak ada masakan di rumah.
Demikian pula istri yang memiliki bahasa cinta 'sentuhan fisik', ia akan tetap merana walaupun setiap hari diberi hadiah istimewa oleh suami. Bahasa cinta 'sentuhan fisik' lebih membutuhkan kedekatan fisik dengan suami, senang disentuh lembut, dibelai mesra, sering dikecup dan dipeluk hangat. Hal itu jauh lebih membahagiakan istri daripada aneka jenis hadiah.
Pada contoh kasus keluarga Budi dan Novie, kita menjadi mengerti bahwa bahasa cinta Novie adalah kata-kata apresiasi. Ternyata Budi tidak pernah memberikan itu, maka wajar jika Novie meragukan cinta Budi. Walaupun Budi sudah menjalankan kewajiban sebagai suami dengan baik, bahkan masih menambah dengan memberikan banyak hadiah kepada Novie, namun bukan itu tipe bahasa cinta Novie. Tentu Novie senang dengan semua pemberian Budi, namun akan sangat membahagiakan bagi Novie jika Budi sering mengekspresikan kata-kata apresiasi. Karena itulah ekspresi cinta yang diperlukan Novie.
Ternyata bahasa cinta Budi adalah saat berkesan, maka ia merasa tidak medapat perhatian dari Novie, sebanyak apa pun Novie memberikan pelayanan kepada dirinya. Novie sudah lelah setiap hari melakukan pekerjaan rumah tangga. Rumah menjadi bersih dan rapi. Teh panas dan pisang goreng selalu ada di meja setiap Budi pulang dari kerja. Namun, yang lebih diperlukan Budi adalah ditemani Novie. Bagi Budi tidak penting rumah berantakan dan tidak rapi, yang penting ada Novie menemaninya saat di rumah.
Dari sini Anda mulai mengerti mengapa ada suami atau istri yang merasa tidak dicintai oleh pasangannya, padahal pasangan merasa sudah mencintai sepenuh hati. Jawabannya adalah karena ia dicintai dengan bahasa cinta yang bukan miliknya.
Jadi, tahukah Anda, apa bahasa cinta pasangan Anda? Mari coba kita dalami.