Tidak terasa, tinggal beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Bagi umat Islam, ini merupakan bulan istimewa yang selalu dirindukan kehadirannya, karena saking banyaknya keutamaan yang ada di dalamnya. Menurut perhitungan hisab yang dilakukan PP Muhammadiyah, 1 Ramadhan tahun 2017 ini jatuh pada hari Sabtu tanggal 27 Mei 2017. Sedangkan 1 Syawal jatuh pada hari Ahad tanggal 25 Juni 2017. Puasa Ramadhan tahun ini ‘hanya’ 29 hari.
Mencermati hasil perhitungan hisab tersebut, kemungkinan besar tidak akan terjadi perbedaan dalam mengawali dan mengakhiri Ramadhan di Indonesia, dari dua ormas besar, NU dan Muhammadiyah. Hal itu karena hilal (rembulan) sudah wujud, sehingga bisa dilihat saat ru'yatul hilal tanggal 26 Mei dan 24 Juni 2017. Kecuali jika semua wilayah di Indonesia mendung sehingga menghalangi pandangan mata saat ru'yatul hilal dilakukan. Namun warga negara Indonesia tetap akan menunggu keputusan resmi Pemerintah melalui Kementrian Agama RI untuk mengawali dan mengakhiri puasa Ramadhan.
Menyiapkan Keluarga Memasuki Bulan Mulia
Mumpung masih ada beberapa hari sebelum memasuki Ramadhan, sangat baik jika kita menyiapkan semua anggota keluarga untuk bisa menyambut bulan suci dengan kesiapan yang memadai. Salah satu cara untuk menyiapkan keluarga adalah dengan membuat pertemuan semua anggota keluarga, untuk bersama-sama kembali mempelajari Fikih Ramadhan.
Pada dasarnya tidak ditemukan keterangan di zaman kenabian, tatacara tertentu untuk menyambut Ramadhan. Namun sangat baik apabila setiap keluarga mengajak semua anggota keluarga untuk kembali mempelajari berbagai hukum terkait ibadah Ramadhan, agar bisa semakin mengoptimalkan keutamaannya. Hal ini sekaligus bisa menjadi sarana untuk meningkatkan kehangatan dan kebersamaan dalam keluarga.
Ramadhan adalah sarana pembinaan diri yang sangat efektif untuk menguatkan ketaqwaan kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana tujuan utama dari ibadah puasa Ramadhan:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (QS. Al Baqarah :183).
Dengan menunaikan puasa serta berbagai ibadah lainnya yang dianjurkan selama Ramadhan, semua anggota keluarga akan semakin meningkat nilai ketaqwaan mereka. Taqwa adalah faktor penumbuh resiliensi yang sangat kuat, maka orang bertaqwa akan menjadi pribadi yang resilien. Jika semua anggota keluarga memiliki resiliensi yang kuat, maka keluarga akan tumbuh menjadi keluarga yang resilien pula. Menjadi keluarga tangguh, yang mudah menyelesaikan berbagai macam persoalan kehidupan.
Membentuk Keluarga Taqwa
Jika semua anggota keluarga berhasil meningkat katqwaan mereka, akan terbentuk sebuah keluarga taqwa. Keluarga yang berdiri di atas landasan taqwa, mereka berhak mendapatkan berbagai keutamaan taqwa sebagaimana telah dijanjikan Allah dalam Al Qur’an. Hal ini menjadi modalitas utama untuk mewujudkan kebahagiaan keluarga, bukan hanya di dunia, namun hingga berkumpul kembali di dalam surga.
Dalam kenyataan hidup sehari-hari, apalagi dalam era cyber saat ini, berbagai permasalahan dan tantangan sedemikian kuat mengemuka. Masuk dalam berbagai sisi kehidupan kita, termasuk di relung keluarga. Namun kita tidak perlutakut menghadapi masalah, karena hidup tak bisa dipisahkan dari masalah; dan karena masalah tidak untuk ditakuti, tapi untuk dihadapi serta dicarikan solusi. Yang harus kita takutkan adalah kalau kita tidak termasuk orang yang bertaqwa.
Selama kita bertaqwa, semua masalah selalu ada jalan keluar dengan mudah. Inilah janji Allah untuk orang yang bertaqwa:
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka” (QS. Ath Thalaq : 2 – 3).
“Dan barang -siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya” (QS. Ath Thalaq : 4).
Masalah apapun yang muncul dalam hidup berumah tangga selalu ada jalan keluar dengan mudah, selama kita bertaqwa. Inilah yang harus kita wujudkan bersama semua anggota keluarga. Mengusahakan untuk menjadi pribadi taqwa, dan keluarga taqwa. Niscaya selalu mudah hidup kita.
Bersama Keluarga Hingga ke Surga
Keluarga taqwa bukan hanya sehidup semati. Kalau sehidup semati, artinya mereka hanya berpikir tentang kehidupan dunia saja. Bagi keluarga taqwa, jargon mereka adalah bahagia bersama di dunia hingga ke surga. Jadi orientasinya lebih panjang. Memasukkan dimensi akhirat dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Inilah VISI SURGA yang menjadi ciri keluarga taqwa. Kita bukan hanya ingin hidup bahagia di dunia, namun bahagia sampai di surga bersama keluarga. Kita bukan hanya ingin mendapat surga dunia, namun berharap mendapat surga Allah kelak di akhirat sana.
Sebagaimana kita ketahui, suami dan istri yang beriman kepada Allah dengan benar, mereka akan bersatu kembali di surga Allah kelak, bersama anak keturunan mereka. Hal ini dinyatakan dalam firman Allah Ta’ala:
“Dan orang-orang beriman, berserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga) dan kami tidak mengurangi sedkitpun pahala amal (kebajikan) mereka” (QS. Ath Thur: 21).
Demikian pula firman Allah yang menceritakan doa malaikat pemikul ‘Arsy:
“Ya Rabb kami masukanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang shalih diantara nenek moyang mereka, istri-istri dan anak keturunan mereka. Sungguh Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ghafir: 8).
Mengenai hal ini, Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya memberikan penjelasan, “Allah Ta’ala akan mengumpulkan mereka berserta anak keturunannya agar menyejukkan pandangan mereka karena berkumpul pada satu kedudukan yang berdekatan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, ‘Dan orang-orang beriman, berserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga) dan kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal (kebajikan) mereka’. Artinya, akan Kami samakan mereka pada satu kedudukan agar mereka merasa tenang. Bukan dengan mengurangi kedudukan mereka yang lebih tinggi, sehingga bisa setara dengan mereka yang rendah kedudukannya, namun dengan Kami angkat derajat orang yang amalnya kurang, sehingga Kami samakan dia dengan derajat orang yang banyak amalnya. Sebagai bentuk karunia dan kenikmatan yang Kami berikan”.
Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir dinukilkan satu riwayat dari Said bin Jubair, “Tatkala seorang mukmin memasuki surga maka ia akan menanyakan tentang bapaknya, anak-anaknya dan saudara-saudaranya dimanakah mereka? Maka dikatakan kepadanya bahwa mereka semua tidak sampai pada derajatmu di surga. Maka orang mukmin tersebut menjawab : Sesungguhnya pahala amal kebaikanku ini untukku dan untuk mereka.’ Maka mereka (keluarganya) dipertemukan pada satu kedudukan dengannya”.
Keluarga yang bertaqwa, kelak mereka akan tetap bersatu dengan keluarga di surga. Tidak terceraiberaikan. Tetap bahagia hingga di surga.
Daftar Bacaan
- www.muhammadiyah.or.id
- Tafsir Ibnu Katsir, PT Insan Kamil, 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H