Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menikah tapi Tetap Sendiri

13 September 2016   14:49 Diperbarui: 13 September 2016   20:57 5700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat melaksanakan akad nikah dengan Bang Toyib enam belas tahun lalu, Romlah tentu hanya memiliki bayangan tentang keindahan. Ia telah memilih suami yang diyakini baik dan bertanggung jawab.

Di hadapan orang tua kedua belah pihak, saksi, petugas KUA, dan semua tetamu yang hadir, Bang Toyib dengan lantang mengucap janji shighat taklik. Foto-foto pengantin pun bertabur keindahan. Bulan madu juga menjadi kenyataan. Bahagia rasanya, apalagi setelah memiliki dua anak, Ayu dan Bagus yang cantik dan tampan. Bertambah lengkap kebahagiaan itu.

Tidak pernah terbayangkan bahwa akhirnya Romlah harus menjalani kehidupan sendiri selama sepuluh tahun terakhir ini. Kondisi ini tentu tidak pernah direncanakan. Bang Toyib yang niat awalnya pergi ke luar negeri untuk mengubah nasib kehidupan menjadi lebih baik, ternyata justru sebaliknya.

Bukannya mendapatkan tambahan kebahagiaan dari hasil kerja selama di negeri jiran, justru akhirnya semua menjadi semakin tidak ada kejelasan. Romlah harus menelan pil pahit kenyataan yang tidak pernah dibayangkan seumur hidupnya.

Menikah itu mestinya hidup bahagia bersama pasangan dan anak-anak, buah cinta mereka. Nyatanya, hidup bersama suami itu hanya dirasakan enam tahun pertama. Sepuluh tahun berikutnya, harus melewati hidup sendiri. Sudah menikah, namun tetap hidup sendiri. Seperti orang-orang yang masih lajang, atau seperti perempuan janda yang bercerai atau ditinggal mati suaminya. Hanya saja bedanya, Romlah masih memiliki suami yang sah. Suami yang terpisah jauh dan tidak jelas sampai kapan. Suami yang tidak berfungsi.

Menyiapkan Semua Kemungkinan

Pada contoh keluarga Bang Toyib dan Romlah, kita mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Bahwa semua kemungkinan dalam kehidupan bisa saja terjadi. Ada berbagai peristiwa yang bisa terjadi dalam sepanjang perjalanan kehidupan yang bisa mengubah segala sesuatu, baik dalam bentuk yang positif maupun negatif. Tidak semua hal dalam kehidupan itu sesuai dengan keinginan, harapan dan rencana kita.

Kita hanya bisa mengusahakan hal terbaik untuk kehidupan pribadi dan keluarga, namun sesungguhnya kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada masa depan kita. Maka, sebagai antisipasi atas segala kemungkinan yang bisa saja datang, kita harus menyiapkan diri sebaik-baiknya untuk bisa menerima semua keadaan.

Apabila menemukan keadaan yang membahagiakan, kita tidak akan mengalami euforia kesenangan berlebihan. Apabila menemukan keadaan yang menyakitkan, kita pun tidak akan mengalami keterpurukan berlebihan.

Romlah adalah contoh perempuan yang tegar, saat harus menjalani hidup sendiri selama sepuluh tahun. Semenjak ditinggal pergi Bang Toyib, ia harus berjuang hidup dengan kedua anaknya yang waktu itu masih balita. Tentu tidak mudah bagi Romlah untuk menjalaninya. Selama enam tahun hidup bersama suami, ia adalah ibu rumah tangga penuh waktu. Mencoba menjadi istri dan ibu yang melayani suami serta mendidik anak-anak dengan baik. Romlah tidak memiliki pengalaman kerja bukan karena tidak mau atau tidak mampu bekerja, namun karena berbagi tugas dengan suami.

Bagaimana Romlah bisa menghadapi kehidupan selama sepuluh tahun belakangan dengan tegar? Nyatanya Romlah “terjun bebas”, harus menyesuaikan diri dengan kerasnya realitas kehidupan. Tanpa memiliki pengalaman kerja dan usaha, sangat berat bagi dia untuk memulai semua dari nol. Bahkan tanpa modal.

Tidak ada seorang pun di antara kita yang mau bernasib sama dengan Romlah, bahkan Romlah pun jika ada pilihan pasti tidak mau mengalami nasib seperti yang tengah dialaminya. Namun kadang suasananya membuat kita tidak bisa memilih. Situasi yang dialami Romlah memaksa dia untuk menghadapi dan menjalani semua dengan cara yang dia bisa.

Karena kemalangan, kesengsaraan, kenelangsaan dalam kehidupan bisa terjadi kepada siapa pun dan kapan pun, maka hendaknya semua dari kita memiliki sejumlah usaha untuk menyiapkan diri. Ada sejumlah hal yang bisa disiapkan dalam kehidupan, bukan karena mengharapkan kejadian buruk menimpa, namun sebagai upaya cerdas menghadapi semua kemungkinan dalam kehidupan.

Berikut beberapa bekalan yang perlu kita miliki dalam kehidupan.

  • Kekuatan Jiwa

Sebagai insan beriman, kita semua memiliki modalitas yang sangat utama, yaitu keimanan kepada Tuhan Yang Mahakuasa, Allah Subhanahu Wata’ala. Keimanan kepada Allah ini menjadi fondasi bagi kekuatan jiwa kita bahwa semua yang terjadi dalam kehidupan adalah bagian dari kehendak-Nya untuk menguji kita. Secara sadar kita mengetahui bahwa hidup adalah lahan ujian, sedangkan akhirat menjadi tempat pembalasan bagi semua kebaikan maupun keburukan.

Jika memiliki kekuatan jiwa, kita akan sanggup menghadapi berbagai macam kondisi dan situasi kehidupan. Saat mendapat ujian berupa kekayaan, kesuksesan, kekuasaan, kemenangan, maka tidak akan membuat sombong dan congkak. Sebaliknya saat mendapat ujian berupa kemelaratan, kemalangan, kekalahan, kebangkrutan, juga tidak menjadi berputus asa apalagi sampai kufur. Kekuatan jiwa seperti ini yang menyebabkan seseorang selalu memiliki spirit dalam kehidupan. Tidak mudah putus asa, tidak mudah mengeluh, tidak mudah menyerah.

Pada contoh Romlah, kita mendapatkan ketegaran dan kekuatan jiwa yang luar biasa. Mampu menjalani hidup dengan kedua anaknya, walau tentu ada kepedihan yang kadang tidak bisa disembunyikan, namun ia tidak bersikap vatalistik. Kemalangan yang menimpa dirinya bisa dihadapi dengan menjalani hidup secara lebih berhati-hati, serta semakin mendekatkan diri kepada Allah melalui serangkaian kegiatan ibadah.

  • Keterampilan Usaha

Tidak kalah pentingnya adalah keterampilan berusaha atau bekerja produktif. Sangat banyak lahan usaha atau kerja, bukan hanya di sektor formal seperti kerja kantoran. Kegiatan produktif bisa dilakukan di mana saja, bukan hanya di sektor formal, namun bisa berbentuk industri dan bisnis rumahan. Bahkan dengan berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi menyebabkan berkembang pula peluang usaha melalui media online. Keterampilan bekerja dan menghasilkan uang diperlukan untuk melatih dan mengasah potensi diri.

Seorang ulama bahkan menasehati kita, “Berniagalah walaupun kalian sudah kaya.” Hal ini karena kekayaan materi itu tidak kekal. Bisa saja sewaktu-waktu hilang dalam waktu sekejap.

Namun keterampilan perniagaan akan menyelamatkan orang dalam situasi yang sulit sekalipun. Sebagai istri, walau sekaya apa pun sang suami, tidak ada jaminan bahwa kekayaan itu bertahan hingga akhir usia. Juga tidak ada jaminan bahwa ia akan hidup selamanya dengan dirinya. Maka memiliki keterampilan usaha menjadi sangat penting untuk berjaga-jaga menghadapi segala risiko kehidupan.

  • Keterampilan Mendidik Anak

Mendidik anak adalah kewajiban orang tua, baik ayah maupun ibu. Mendidik anak bukan hanya kewajiban ayah, bukan hanya kewajiban ibu. Oleh karena itu, keterampilan mendidik anak harus dimiliki oleh suami maupun istri. Dalam contoh kasus kematian salah satu pihak, misalnya istri meninggal terlebih dahulu, maka suami wajib terus mendampingi dan mendidik anak-anak hingga mereka dewasa. Demikian pula dalam contoh perceraian, lalu anak-anak ikut salah satu dari kedua orang tua yang berpisah itu, harus tetap mendapat pendikan terbaik dari orang tua yang mengasuhnya.

Keterampilan mendidik anak diperlukan baik dalam suasana normal, ketika suami dan istri hidup harmonis dan bahagia, maupun dalam suasana yang tidak normal, seperti kejadian keluarga Bang Toyib. Jangan sampai anak terlantar urusan pembinaan dan pendidikannya disebabkan persoalan yang tengah melanda orang tua mereka. Siapa pun yang mengasuhnya, baik ayah saja, ibu saja, atau ayah dan ibu, maka keterampilan mendidik anak sangat diperlukan dalam kehidupan berumah tangga.

  • Keterampilan Praktis Berumah Tangga

Dalam kondisi keluarga yang normal, ada pembagian peran antara suami dan istri. Masing-masing melaksanakan peran sesuai pembagian dan kesepakatan di antara mereka. Namun, dalam situasi yang bercorak khusus, seperti dalam perceraian, kehidupan single parent, atau seperti kisah Romlah, maka keterampilan hidup berumah tangga menjadi sangat penting dimiliki baik oleh suami maupun istri. Ketika harus hidup sendiri, maka semua peran bertumpu kepada dirinya. Tidak ada tempat berbagi.

Contoh keterampilan praktis berumah tangga adalah memasak, mencuci baju, menyeterika, membersihkan rumah, membereskan perlengkapan dapur yang rusak, menjahit pakaian, dan lain sebagainya. Semakin banyak keterampilan praktis dikuasai, semakin banyak pula kemanfaatan yang akan didapatkan.

Kadang dijumpai seorang suami yang bahkan tidak bisa membuat teh sendiri, hanya karena merasa bisa menyuruh sepuluh orang pembantunya. Ada istri yang tidak bisa menyeterika baju, karena tergantung dengan jasa laundry. Meski demikian kondisinya, keterampilan praktis kerumahtanggaan tetap diperlukan,

  • Jiwa Survival

Kisah Romlah adalah contoh nyata jiwa survival. Secara naluri, Romlah telah melakukan berbagai usaha halal untuk menyambung kehidupan diri dan dua anaknya. Ia memiliki jiwa survival yang tangguh. Didikan dan pembiasaan dari kedua orang tuanya sejak kecil, menyebabkan Romlah tahan menderita hingga dewasa.

Baginya, melewati kepahitan hidup itu sudah biasa. Bukan hal yang mengagetkan baginya. Kedua orang tuanya hanya petani miskin di desa, sudah biasa hidup serab apa adanya, bahkan sering kekurangan. Bentukan kehidupan seperti ini secara alami telah menumbuhkan jiwa survival dalam diri Romlah.

Jiwa survival ini membuat seseorang bisa keluar dari kesulitan hidup. Jiwa ini yang mengajarkan ketajaman indera dan analisa, pandai melihat sekecil apa pun peluang, dan tidak malu untuk melakukan sesuatu yang diperlukan bagi upaya menyambung kehidupan. Orang kaya raya karena warisan bisa membahayakan masa depannya, jika tidak diimbangi dengan jiwa survival. Kekayaan warisan bisa habis dalam sekejap, sementara jiwa survival tidak bisa muncul dalam sekejap. Maka harus selalu diasah dan dijaga

  • Keterampilan Sosial

Bangsa Indonesia terkenal memiliki jiwa sosial yang tinggi, apalagi bagi mereka yang tinggal di desa. Tinggal bersama orang-orang yang memiliki jiwa gotong-royong tinggi, saling membantu dan saling peduli, sesungguhnya menjadi modalitas untuk tetap bisa bertahan hidup dalam kondisi sesulit apa pun. Salah satu faktor yang menyebabkan Romlah bisa terus bertahan hidup bersama kedua anaknya adalah sifat sosial ini. Ia tinggal di desa di mana semua orang saling peduli dan saling berbagi.

Namun ini tidak akan terjadi jika ada seseorang yang bersikap antisosial di desa itu. Masyarakat akan enggan untuk menolong dan berbagi dengan tipe orang yang menampilkan perilaku antisosial.

Maka keterampilan sosial menjadi sangat penting agar bisa hidup damai bersama masyarakat yang saling menjaga satu dengan yang lainnya. Romlah dengan mudah mendapatkan bantuan dan uluran tangan jika memerlukan, namun Romlah lebih memilih untuk bersikap mandiri dengan mengoptimalkan semua yang ada pada diri dan lingkungannya.

Tidak seorang pun menghendaki kemalangan dalam kehidupan. Namun semua orang hendaknya menyiapkan diri untuk menghadapi situasi dan kondisi apa pun dalam sepanjang rentang kehidupannya. Dengan memiliki sejumlah kesiapan tersebut, akan membuat semua orang bisa lebih cepat dalam proses penerimaan dan penyesuaian diri, termasuk cepat untuk melenting berdiri bangkit kembali, jika suatu ketika ditimpa kemalangan yang tidak pernah diharapkan. Tanpa teori yang dipelajari, Romlah telah memiliki berbagai sisi kesiapan untuk menghadapi apa pun kejadian dalam kehidupan.

Itu yang membuat Romlah tetap tegar menghadapi kenyataan. Pernikahan yang tidak memberikan kepadanya nuansa kebahagiaan seperti ekspektasi. Menikah, namun tetap sendiri.

*******

Baca postingan kisah Bang Toyib sebelumnya di :

Rumah tangga tidak jelas
Malpraktik berumah tangga
Haruskah istri selalu menunggu suami
Ketika suami melanggar janji
Saat istri harus menggugat cerai
Trauma berumah tangga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun