Itu hanya contoh sederhana, untuk menggambarkan bahwa kehidupan keluarga itu saling terhubung satu dengan yang lain. Maka segala tindakan dan sikap bisa memiliki dampak yang luas bagi pasangan. Dengan memahami hal seperti ini, sikap merasa tidak bersalah menjadi sulit diterima. Bagaimana ia merasa tidak bersalah? Padahal semua saling terhubung dan saling mempengaruhi. Keduanya selalu memiliki saham kesalahan dalam setiap persoalan hidup berumah tangga. Besar atau kecilnya saham tentu berbeda-beda, namun tidak bisa melepaskan diri dari tanggung jawab.
Oleh karena itulah di saat suami dan istri tengah menghadapi badai permasalahan rumah tangga, mereka berdua hendaknya siap melakukan perbaikan dengan jalan mencari solusi secara bersama-sama. Jangan mencari solusi sendiri-sendiri, yang berdampak mereka semakin terjauhkan satu dengan yang lainnya. Pada situasi mereka menghadapi konflik atau permasalahan, justru harus semakin kuat berpegangan dan bergandengan. Bukan berlepasan dan saling menyalahkan. Apapun yang terjadi dalam rumah tangga kita, adalah akibat dari perbuatan dan sikap kita.
Lebih detail terkait manajemen konflik keluarga, silakan disimak disini.
Saat Memerlukan Bantuan Pihak Lain
Namun kadang ada kondisi dimana keluarga sudah tidak mampu lagi menyelesaikan persoalan internal mereka. Pada situasi seperti itu, diperlukan kehadiran pihak ketiga untuk membantu mencari penyelesaian masalah keluarga. Pihak ketiga ini bisa berasal dari keluarga, atau dari orang-orang dekat yang dipercaya, atau dari tokoh agama dan tokoh masyarakat, atau dari kalangan profesional. Yang dimaksud kalangan profesional, seperti psikolog, psikiater, konselor, mediator dan yang semacam itu.
Pemerintah dan berbagai pihak terkait hendaknya memfasilitasi bimbingan dan konseling keluarga bagi masyarakat yang memerlukan. Pemerintah dan berbagai pihak terkait bisa menyediakan tenaga konselor keluarga maupun relawan yang dibekali untuk melakukan konseling keluarga. Konseling keluarga bertujuan memberikan penguatan setiap keluarga untuk menyelesaikan problematika mereka sendiri.Â
Nah, disini kita melihat, program konseling itu hanya satu bagian kecil dari seluruh aspek pembentuk ketahanan keluarga, namun perannya sangat vital. Jika dilihat dari porsinya, konseling itu hanya sepotong kecil dari seluruh aspek ketahanan keluarga, namun tanpa konseling, semakin banyak persoalan hidup yang tidak terpecahkan. Porsi terbesar pembentuk ketahanan keluarga adalah aspek pembinaan hidup berumah tangga. Karena aspek yang ini bercorak long life education, pembelajaran tiada henti sepanjang hidup manusia, sebagaimana telah disampaikan dalam postingan terdahulu.
Pembinaan hidup berumah tangga tidak terkait dengan ada tidaknya masalah, namun sudah menjadi kewajiban hidup untuk terus menerus belajar menjadi diri dan keluarga yang lebih baik. Sedangkan konseling hanya dilakukan saat sudah menghadapi masalah yang tidak mampu diselesaikan secara mandiri oleh suami dan istri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H