Hmmmm.... Saya menghela nafas panjang. Wanita muda, cantik, terdidik, sayang berkelakuan tidak sopan. Seakan ia tidak tahu atau tidak melihat ada antrian. Andai ia saudara atau karib sang kasir, mestinya kasir bisa menjelaskan. Nyatanya kasir juga tidak menjelaskan apapun. Ia duduk seperti robot yang kelelahan melayani pelanggan. Saya pun tidak melihat adanya perbincangan khusus yang menunjukkan mereka berdua sudah saling mengenal apalagi akrab.
Beginilah kondisi banyak masyarakat kita. Betapa sulit tertib. Betapa sulit antri. Betapa rendah budaya malu di antara kita. Bahkan di lingkungan masyarakat yang terdidik sekalipun. Masih suka berperilaku tidak tertib dalam antrian. Ini bukan bab wawasan dan ilmu pengetahuan. Ini bukan bab tinggi rendahnya pendidikan. Ini adalah bab kepribadian, bab jati diri, bab karakter.
Saya sendiri sudah memaafkan wanita tersebut. Bukan karena ia muda dan cantik, namun karena sudah terlalu sering mendapat perlakuan demikian dalam berbagai kesempatan antrian. Saya masih sangat ingat kejadian-kejadian lain, bagaimana orang dengan cuek dan tanpa merasa bersalah tiba-tiba berdiri di depan kita, menerobos atau memotong antrian, tanpa mengucapkan sepatah katapun, atau memberi isyarat sesuatu untuk meminta kerelaan orang lain.
Peristiwa antrian di pintu masuk bandara yang tengah penuh sesak, antrian depan konter check ini yang tengah berjubel, antrian di konter bank saat akan transaksi, antrian di warung gudeg, antrian di loket pembayaran, dan lain sebagainya. Saya hanya bisa menghela nafas panjang. Saya berusaha tidak marah, namun sangat sedih. Bagaimana bangsa kita yang konon terkenal religius dan penuh tata krama, namun masih sangat banyak yang tidak mengenal etika.
Padahal ini menyangkut karakter bangsa. Menyangkut nilai dan jati diri bangsa Indonesia di mata dunia. Sebuah bangsa yang sulit untuk tertub teratur. Sulit antri. Bukankah antri itu peristiwa sangat sederhana, bahkan mestinya tidak perlu ada pelajaran khusus untuk mengajari tertib antri. Sayang sekali, nilai karakter kita masih merah. Termasuk saya.
Lagi-lagi saya hanya menghela nafas panjang. Cantik, terdidik, namun tidak sopan. Sayang, sungguh sayang.....
ilustrasi : www.republika.co.idÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H