Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cantik, Terdidik, Sayang Tidak Sopan

10 Juli 2016   08:52 Diperbarui: 10 Juli 2016   09:29 6647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.republika.co.id

Hmmmm.... Saya menghela nafas panjang. Wanita muda, cantik, terdidik, sayang berkelakuan tidak sopan. Seakan ia tidak tahu atau tidak melihat ada antrian. Andai ia saudara atau karib sang kasir, mestinya kasir bisa menjelaskan. Nyatanya kasir juga tidak menjelaskan apapun. Ia duduk seperti robot yang kelelahan melayani pelanggan. Saya pun tidak melihat adanya perbincangan khusus yang menunjukkan mereka berdua sudah saling mengenal apalagi akrab.

Beginilah kondisi banyak masyarakat kita. Betapa sulit tertib. Betapa sulit antri. Betapa rendah budaya malu di antara kita. Bahkan di lingkungan masyarakat yang terdidik sekalipun. Masih suka berperilaku tidak tertib dalam antrian. Ini bukan bab wawasan dan ilmu pengetahuan. Ini bukan bab tinggi rendahnya pendidikan. Ini adalah bab kepribadian, bab jati diri, bab karakter.

Saya sendiri sudah memaafkan wanita tersebut. Bukan karena ia muda dan cantik, namun karena sudah terlalu sering mendapat perlakuan demikian dalam berbagai kesempatan antrian. Saya masih sangat ingat kejadian-kejadian lain, bagaimana orang dengan cuek dan tanpa merasa bersalah tiba-tiba berdiri di depan kita, menerobos atau memotong antrian, tanpa mengucapkan sepatah katapun, atau memberi isyarat sesuatu untuk meminta kerelaan orang lain.

Peristiwa antrian di pintu masuk bandara yang tengah penuh sesak, antrian depan konter check ini yang tengah berjubel, antrian di konter bank saat akan transaksi, antrian di warung gudeg, antrian di loket pembayaran, dan lain sebagainya. Saya hanya bisa menghela nafas panjang. Saya berusaha tidak marah, namun sangat sedih. Bagaimana bangsa kita yang konon terkenal religius dan penuh tata krama, namun masih sangat banyak yang tidak mengenal etika.

Padahal ini menyangkut karakter bangsa. Menyangkut nilai dan jati diri bangsa Indonesia di mata dunia. Sebuah bangsa yang sulit untuk tertub teratur. Sulit antri. Bukankah antri itu peristiwa sangat sederhana, bahkan mestinya tidak perlu ada pelajaran khusus untuk mengajari tertib antri. Sayang sekali, nilai karakter kita masih merah. Termasuk saya.

Lagi-lagi saya hanya menghela nafas panjang. Cantik, terdidik, namun tidak sopan. Sayang, sungguh sayang.....

ilustrasi : www.republika.co.id 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun