Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

MENJADI MANUSIA CERDAS SETELAH RAMADHAN

5 Juli 2016   22:10 Diperbarui: 22 Mei 2020   17:32 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, walillahil hamdu.

Jama’ah shalat Iedul Fithri yang dirahmati Allah,

Pada pagi hari ini, marilah tak putus-putusnya kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Ta’ala, yang telah memberikan nikmat iman dan Islam, memberikan kemampuan dan kekuatan kepada kita hingga bisa menuntaskan rangtkaian ibadah Ramadhan selama sebulan. Semoga seluruh kegiatan ibadah kita selama bulan Ramadhan –sahur kita, puasa kita, berbuka kita, shalat kita, tarawih kita, tilawah kita, doa, dzikir, taubat, infaq, silaturahim, zakat dan semua bentuk amal salih lainnya— diterima dan mendapat pahala melimpah serta keberkahan di sisi Allah.

Semoga Ramadhan kita kali ini mampu memberikan peningkatan taqwa kepada Allah, sebagaimana tujuan puasa itu sendiri, la’allakum tattaqun. Allah mewajibkan kita semua berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita agar kita bertaqwa. Taqwa artinya takut kepada Allah. Taqwa artinya taat, patuh, tunduk, dan mengikuti perintah serta meninggalkan larangan Allah. Taqwa artinya selalu menjaga hak Allah. Taqwa artinya berhati-hati dalam menjalani kehidupan agar selalu berada di jalan Allah.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi akhir zaman, Muhammad Saw, beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya semua yang setia hingga akhir zaman.

Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, walillahil hamdu.

Jama’ah shalat Iedul Fithri yang dirahmati Allah,

Alkisah, pada suatu hari, seorang musafir tengah melintas di sebuah perkampungan yang terpencil dan jauh dari keramaian kota. Ketika memasuki kampung asing tersebut, sang musafir menjumpai warga tengah berkumpul di sebuah tanah lapang. Rupanya mereka tengah mengadakan musyawarah adat, untuk memilih seseorang yang akan dijadikan Kepala Kampung.

Namun anehnya, seluruh warga, baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, tidak ada yang bersedia menjadi Kepala Kampung, pemimpin tertinggi di kampung tersebut. Mereka saling menunjuk, namun semua yang ditunjuk selalu menolak. Hingga akhirnya mereka gagal mendapatkan Kepala Kampung. Tentu saja ini tidak lazim. Biasanya orang-orang justru berebut untuk menduduki posisi pemimpin tertinggi, bahkan rela mengeluarkan uang yang banyak demi mendapatkan posisi penting tersebut. Namun tidak demikian sikap warga kampung asing itu.

Terdorong rasa penasaran dan ingin tahu, sang musafir bertanya kepada salah seorang warga sebab apa mereka tidak ada yang bersedia menjadi kepala kampung. Rupanya, ada peraturan kampung yang sangat menakutkan bagi seluruh warganya. Peraturan itu menyatakan, bahwa siapapun yang menjadi Kepala Kampung, tatkala sudah selesai menjabat selama sepuluh tahun, akan langsung diasingkan ke sebuah lahan gersang nan jauh dan terpencil. Tempat pengasingan ini sangat mengerikan, karena berisi binatang buas serta berbisa yang sangat cepat mematikan manusia.

Selama ini, tidak ada satupun mantan Kepala Kampung yang bisa selamat tinggal di tempat pengasingan tersebut. Mereka semua binasa dengan kondisi tubuh yang mengerikan. Tersayat-sayat, tercabik-cabik, dan hangus oleh bisa serta gigitan dan cakaran binatang buas. Melihat kondisi tempat pengasingan dan kisah sedih seluruh mantan Kepala Kampung itu, tidak ada lagi warga yang bersedia menjadi Kepala Kampung, walau digaji sangat tinggi dan mendapatkan fasilitas sangat mewah.

Setelah mendengar penjelasan tersebut, sang musafir berpikir sejenak. Lalu ia bertanya, bolehkah seorang musafir seperti dirinya mencalonkan diri menjadi Kepala Kampung itu? Karena memang tidak ada satupun warga bersedia menjadi Kepala Kampung, maka mereka mereka dengan senang hati bercampur heran bisa menerima tawaran sang musafir. Tidak ada lagi pemilihan, karena hanya calon tunggal. Akhirnya sang musafir langsung ditetapkan dan dilantik menjadi Kepala Kampung.

Sebagian warga kampung mengejek dan melecehkan sang musafir, serta menganggapnya bodoh. Mereka beranggapan musafir ini belum tahu apa yang akan dihadapi kelak ketika usai menjalankan amanah kepemimpinan di kampung. Namun ternyata dugaan warga itu meleset, sang musafir ternya orang yang sangat cerdas. Setelah dirinya ditetapkan sebagai Kepala Kampung ia segera membuat rencana kerja selama sepuluh tahun dan segera menjalankan rencana tersebut dengan bersungguh-sungguh.

Pada tahun pertama dan kedua kepemimpinannya, ia bekerja keras untuk mengumpulkan dana sebanyak-banyaknya, serta berusaha menjalin hubungan baik dengan semua pihak agar bisa mendukung programnya. Bersyukur ia berhasil melakukan renaca dua tahun tersebut. Terkumpullah dana yang banyak, serta terjalin hubungan positif dengan semua kalangan. Kepemimpinanya disukai banyak orang sehingga seluruh kalangan warga bisa mendukungnya.

Tahun ketiga ia membuat proyek pembuatan jalan pintas menuju lahan tandus tempat pembuangannya kelak ketika sudah selesai menjadi Kepala Kampung. Bersyukur, proyek inipun berhasil bekat dana yang dikumpulkan dan dukungan semua kalangan warga masyarakat. Karena ada akses jalan yang bagus, lahan tandus itu kini bukan lagi tempat terpencil serta terasing.

Tahun keempat ia mengajak warga bekerja bakti membersihkan tempat pembuangannya dari binatang buas. Akhirnya binatang buas berhasil disingkirkan atau dibasmi. Lahan tandus itu kini bersih dari binatang buas.

Tahun kelima ia membuat proyek pengaliran air sungai menuju lahan tandus itu. Walau susah payah, namun ia berhasil membuat aliran air sungai bisa mengaliri lahan tandus tersebut. Kini lahan itu tidak lagi tandus. Bahkan berubah menjadi lahan yang siap ditanami aneka pepohonan.

Tahun keenam ia membuat proyek penanaman aneka tumbuhan dan pepohonan, sejak dari tanaman bahan makanan, buah-buahan, sayur-sayuran, rempah-rempah, obat-obatan, hingga tanaman hias serta bunga-bunga. Proyek tahun keenam ini pun berhasil dengan baik. Lahan itu mulai tampak menghijau dengan aneka tanaman produktif ada di dalamnya.

Tahun ketujuh ia membuat proyek pembangunan gedung-gedung megah tempat hunian, sentra kegiatan, pusat perbelanjaan, pusat kebugaran dan kesehatan, serta aneka taman yang indah. Seiring berjalannya waktu, aneka jenis tanaman sudah mulai membesar dan bahkan mulai memproduksi hasil berupa makanan, sayuran, buah-buahan dan bunga aneka warna.

Tahun kedelapan, ia membuat istana yang indah untuk tempat istirahatnya kelak saat selesai menjabat. Istana yang dikelilingi danau buatan yang indah, diselingi taman-taman bunga serta kebun yang indah. Proyek inipun berhasil. Istana megah berhasil ia ciptakan dengan dukungan semua pihak.

Tahun kesembilan ia penuhi kota dengan berbagai fasilitas untuk kemudahan kehidupan. Semua serba ada, dan menjadi kota paling canggih dan paling indah yang ada pada zaman itu. Kini lahan tandus tempat pembuangan para mantan Kepala Kampung sudah berubah total menjadi kota yang indah, megah, lengkap, dengan istana yang mewah.

Memasuki tahun kesepuluh, tahun terakhir dari pengabdiannya menjadi Kepala Kampung, ia sudah tidak sabar lagi untuk segera pensiun dan menempati tempat pembuangannya yang berupa istana di tengah kota megah. Tempat pembuangan itu bahkan jauh lebih megah dan lebih indah dari kampung yang dihuninya selama ini. Ia segera ingin menempatinya.

Akhir tahun kesepuluh, ia turun dari jabatannya sebagai Kepala Kampung. Semua warga memuji kebaikan dan kecerdasannya. Mereka berondong-bondong menghantarkan sang mantan Kepala Kampung menuju istana di tengah kota yang sangat megah. Maka ia tinggal di istananya dengan sepenuh suka cita. Kerja keras yang ia lakukan selama sepuluh tahun tidak sia-sia. Kini ia menikmati hasil akhir yang bahagia.

Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, walillahil hamdu.

Jama’ah shalat Iedul Fithri yang dirahmati Allah,

Demikianlah gambaran kehidupan dunia dengan akhirat. Musafir yang cerdas itu bekerja keras di dunia, guna mempersiapkan hari akhir yang indah dan menyenangkan. Banyak orang cemas dan takut kematian, karena tempat pembuangannya masih dipenuhi binatang buas yang sangat mengerikan. Mereka takut untuk mendekati tempat persinggahan akhir, karena tidak pernah berusaha untuk menyiapkan tempat persinggahan yang indah dan menyenangkan.

Namun jika kita sungguh-sungguh bertaqwa kepada Allah sepanjang hidup di dunia, maka itulah sebaik-baik bekal untuk memperbaiki tempat persinggahan akhir kita kelak. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyatakan :

“Berbekallah, dan sebaik-baik bekal adalah taqwa” (Al Baqarah : 197).

Orang bertaqwa adalah orang yang cerdas, karena ia tidak hanya berpikir sesaat, tidak hanya mengurus dunia saja, namun ia berpikir jauh ke depan, hingga ke akhirat yang kekal abadi. Ibarat musafir yang mempersiapkan tempat pembuangannya, akhirnya ia justru merindukan tempat akhir itu. Bahkan ia merasa sangat asing tinggal di kampung yang dipimpinnya, karena berharap segera menempati tempat persinggahan akhir yang sangat indah. Itulah gambaran orang cerdas.

Nabi Saw telah menyatakan bahwa orang cerdas atau kayyis adalah mereka yang berpikir jauh ke depan:

“Orang cerdas adalah mereka yang mampu mengendalikan nafsunya dan beramal untuk hari-hari setelah kematiannya. Orang lemah (bodoh) adalah mereka yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah” (Hadits Riawayat Ibnu Hibban, dan juga diriwayatkan oleh Ahmad).

Nabi Saw mengkaitkan kecerdasan dengan kemampuan pengendalian diri dan kemampuan memproduksi amal salih. Jauh sebelum orang-orang zaman sekarang mencari sisi kecerdasan yang hilang, yang akhirnya mereka temukan istilah multiple intelligence, sejak dari intelligence quotient atau IQ, emotional quotient atau EQ, bahkan spiritual quotient atau SQ, Nabi bahkan sudah memberikan rumusnya. Cerdas menurut arahan Nabi Saw bukan saja soal intelektualitas seseorang, namun menyangkut aspek-aspek kemampuan pengendalian diri dan kemampuan memproduski amal-amal kebaikan dalam kehidupan.

Hanya orang cerdas yang berbuat banyak kebaikan guna mempersiapkan tempat persinggahan akhir yang baik. Adapun orang lemah dan bodoh, mereka hanya berorientasi kesenangan sesaat. Hidup hanya untuk bersenang-senang mengikuti hawa nafsunya. Hidup hanya untu berpesta pora sesuai keinginan syahwatnya. Mereka tidak mampu mengendalikan keinginan dan ajakan hawa nafsu, akhirnya bergelimang dalam tindakan kemaksiatan dan kesalahan. Tempat persinggahan akhir mereka sungguh sangat mengerikan.

Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, walillahil hamdu.

Jama’ah shalat Iedul Fithri yang dirahmati Allah,

Sungguh kehidupan kita di zaman cyber ini harus kita jalani dengan sangat berhati-hati. Sangat banyak godaan dan tantangan yang bisa masuk ke dalam kehidupan kita melalui berbagai sarana dan teknologi. Ada banyak sihir teknologi yang bisa menipu dan menyesatkan kita dalam kehidupan. Hanya orang-orang cerdas yang sanggup menghadapi situasi ini dengan tepat dan bijak.

Maka dengan berakhirnya bulan Ramadhan 1437 H kali ini, semestinya memberikan dampak penguatan dan peningkatan ketaqwaan kita kepada Allah. Dengan meningkat taqwa kita, meningkat pula kecerdasan kita. Kita menjadi manusia yang cerdas, yang mampu mengendalikan hawa nafsu, dan mampu berbuat banyak kebaikan guna mempersiapkan tempat persinggahan akhir terbaik kelak di akhirat. Bukan menjadi manusia yang lemah lagi bodoh, yang berpikiran picik, yang hanya mengerti urusan dunia tanpa peduli urusan akhirat yang abadi.

Semoga Allah Ta’ala berikan ampunan, rahmat dan maghfirah kepada kita semua. Semoga Ramadhan memberikan kecerdasan yang berlipat kepada kita semua, sehingga hidupmkita selamat serta bahagia, di dunia maupun di akhirat.

Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, walillahil hamdu.

Jama’ah shalat Iedul Fithri yang dirahmati Allah,

Marilah kita berdoa kepada Allah dengan hati yang tunduk dan khusyuk, semoga Allah terima semua rangkaian ibadah dan amanl salih kita sepanjang Ramadhan, dan menjadikan kita manusia cerdas setelah Ramadhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun