Sejak dari berbicara, menulis, ekspresi wajah, bahasa tubuh, hingga menyampaikan pesan lewat berbagai teknologi. Ketika hanya mengetahui satu cara komunikasi, menyebabkan mereka akan cepat menemukan kesulitan saat satu-satunya cara tersebut mengalami kendala.Â
Misalnya, suami istri yang selama ini hanya mengandalkan komunikasi verbal dengan obrolan.
Komunikasi tidak selalu dilakukan dengan cara-cara formal dan verbal. Kadang ekspresi wajah dan bahasa tubuh pasangan Anda sudah mengisyaratkan sesuatu pesan tertentu.Â
Tanpa berbicara, tanpa mengobrol, tanpa menulis pesan, namun ada banyak pesan tersampaikan lewat ekspresi wajah dan bahasa tubuh lainnya. Belaian, tangisan, elusan, pelukan, senyum mesra, kerlingan mata, anggukan kepala, jabat tangan, ciuman di kening, wajah yang merona, dan lain sebagainya, sesungguhnya sudah menyampaikan banyak pesan.
Kemampuan memahami dan mengerti pesan yang tersampaikan lewat komunikasi nonverbal ini, akan sangat banyak membantu mengatasi kebuntuan hubungan antara suami dengan isteri.
Aturan Ketiga:Â Miliki Sikap Empati
Yang dimaksud dengan empati adalah memposisikan diri pada situasi perasaan dan pikiran yang sedang dialami pasangan. Jangan memaksakan kehendak kepada pasangan, atau memaksa pasangan berpikir dan merasakan seperti situasi pikiran serta perasaan dirinya. Hendaknya memahami situasi yang tengah dihadapi oleh pasangan, sehingga lebih tepat dalam membangun komunikasi.
Misalnya ketika istri tengah sedih dan menangis, hendaknya suami bisa empati perasaan tersebut dan mencoba memahami kesedihannya. Atau ketika suami sedang emosi, hendaknya istri mencoba memahami situasi yang tengah dihadapi suami, sehingga tidak dihadapi dengan emosi pula. Komunikasi lebih nyaman jika saling bisa mengerti suasana jiwa dan pikiran pasangan.
Aturan Keempat: Komunikasi Secara Fleksibel
Hendaknya suami dan istri bisa fleksibel dalam gaya komunikasi, dan menjauhi sikap-sikap kaku. Suatu ketika komunikasi memerlukan suasana dan gaya yang serius, namun ada kalanya lebih efektif menggunakan suasana dan gaya yang santai, tergantung materi pembicaraan dan tujuan dari komunikasi yang dilakukan.Â
Suami dan istri yang bisa luwes dalam berkomunikasi, akan menjadi pribadi yang memikat, karena akan cenderung menyenangkan pasangan.
Ketika membangun sikap yang kaku, feodal, serta berjarak antara suami dan istri, akan muncul pula kekakuan dan jarak dalam hubungan secara umum.Â
Misalnya suami yang tidak bisa bercanda, hendaknya bisa menikmati gaya istri yang senang bercanda. Atau seorang istri yang tidak suka suasana serius, hendaknya bisa berkomunikasi dengan suami walau suasananya serius. Dengan keluwesan komunikasi, akan menciptakan tautan hati antara suami dan istri.