Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Enam Gatra Ketahanan Keluarga

11 Juni 2016   15:40 Diperbarui: 11 Juni 2016   15:48 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : www.pinterest.com

Dalam perspektif Ketahanan Nasional, keluarga adalah salah satu gatra penting dalam menjaga dan menguatkan bangsa dan negara. Ketahanan keluarga dapat diartikan sebagai kondisi dinamis suatu keluarga yang berisi keuletan dan ketangguhan dalam menghadapi serta mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, yang datang dari luar maupun dari dalam, secara langsung maupun tidak langsung, yang membahayakan keharmonisan, kelangsungan, serta keutuhan keluarga.

Keluarga, dalam terminologi sosial sebagaimana dikemukakan Robert MZ. Lawang, dipahami sebagai kelompok orang-orang yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, darah atau adopsi; yang membentuk satu rumah tangga; yang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan melalui peran-perannya sendiri sebagai anggota keluarga; dan yang mempertahankan kebudayaan masyarakat yang berlaku umum, atau bahkan menciptakan kebudayaan sendiri.

Sedangkan menurut Undang-undang nomer 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dan Undang-undang nomer 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dimaksud dengan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Untuk mewujudkan ketahanan keluarga, ada beberapa gatra yang sangat penting dan signifikan untuk mendapatkan perhatian.

GatraPenyiapan

Pembentukan keluarga diawali dengan pernikahan. Maka untuk menciptakan ketahanan keluarga, harus diawali dengan pembekalan dan penyiapan pranikah. Calon pengantin laki-laki dan perempuan harus mendapatkan pembekalan yang memadai tentang seluk beluk kehidupan berumah tangga. Setiap calon pengantin harus memiliki kemampuan untuk memverbalkan visi pernikahan mereka, sehingga pernikahan benar-benar visioner.

Bagian yang sangat penting bagi para calon pengantin adalah bab penguatan dan pelurusan motivasi menikah. Jangan sampai menikah hanya karena accident belaka, atau hanya coba-coba, atau hanya karena pengen, atau karena naluri manusia dewasa semata-mata. Menikah dan hidup berumah tangga harus dilandasi dengan motivasi Ketuhanan, bahwa menikah adalah ibadah, menunaikan misi peradaban kemanusiaan yang sangat mulia.

Di antara pembekalan pranikah adalah tentang ketrampilan hidup berumah tangga, bagaimana menjadi suami, bagaimana menjadi istri, bagaimana menjadi orang tua, bagaimana manajemen kehidupan berumah tangga, dan lain sebagainya. Penting juga untuk disampaikan tentang proses pernikahan yang baik dan benar.  Banyak kalangan muda yang terjebak pergaulan bebas hingga melampaui batas kepatutan budaya dan melanggar aturan agama. Ini harus diluruskan dan dibimbing dengan cara yang baik.

Gatra Pembinaan 

Setiap keluarga harus selalu berusaha mengupayakan terciptanya ketahanan keluarga masing-masing, dengan berbagai kegiatan yang positif. Pemerintah dan pihak-pihak terkait, melaksanakan program pembinaan keluarga secara rutin dengan memberikan supervisi, bimbingan, arahan, pengingatan tentang keharmonisan keluarga.

Pembinaan hidup berumah tangga merupakan kebutuhan yang sangat penting dan mendesak, mengingat banyaknya permasalahan dalam kehidupan rumah tangga. Sayangnya, justru dalam sisi ini belum ada institusi yang mengerjakan dengan serius, terprogram dan sistematis. Yang paling sering didapatkan hanyalah Seminar Keluarga, Pelatihan Keluarga, Makelis Taklim tentang keluarga, yang diadakan oleh kelompok masyarakat, namun belum terprogram dengan rapi.

Pembinaan hidup berumah tangga ini bersifat seumur hidup. Sejak dari komunikasi suami istri, pembagian peran, harmonisasi keluarga, interaksi orang tua dengan anak, penyiapan kehamilan, kelahiran, pendidikan anak, hingga menyiapkan masa-masa tua dan kematian. Sebagaimana diketahui, keluarga adalah “organisme hidup” yang selalu memiliki kebaruan dalam setiap pergeseran waktu. Kondisinya tidak pernah sama, maka pembinaan pun tidak pernah ada selesainya.

Gatra Pemberdayaan

Keluarga menjadi rentan terhadap permasalahan salah satunya karena kurang berdaya atau bahkan tidak berdaya. Maka tidak cukup dengan pembinaan hidup berumah tangga, namun juga harus ada upaya untuk menjadikan keluarga mandiri dan produktif. Pemberdayaan keluarga berorientasi menguatkan kemampuan keluarga agar dalam batas minimal bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, bisa memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak, bisa mendapatkan kesehatan yang prima dan bahkan memiliki tabungan untuk hal-hal penting atau darurat yang tidak diduga.

Pemberdayaan juga bermaksud menjadikan keluarga sebagai basis perubahan dan perbaikan bagi masyarakat sekitar. Semua anggota keluarga terlibat aktif dalam kegiatan lingkungan sekitar, tidak menjadi beban bagi masyarakat dan negara, dan tidak membuat kerusakan bagi lingkungannya. Program pemberdayaan ini membuat semua keluarga memiliki makna dan kemanfaatan baik secara internal maupun eksternal, ke dalam maupun keluar rumah.

Gatra Pencegahan

Keluarga juga harus diberi kemampuan untuk melakukan pencegahan dari permasalahan. Tidak perlu terjebak atau terjatuh ke dalam persoalan yang rumit dan membahayakan, selama keluarga sudah memiliki kemampuan pencegahan. Setiap kaluarga hendaknya memiliki “Pintu Darurat Keluarga” dimana mereka sudah mengerti akan melakukan tindakan apa jika suatu ketika mereka berada dalam situasi darurat.

Keluarga juga perlu dibekali dengan kemampuan dan ketrampilan mengelola konflik yang pasti datang dalam kehidupan. Hendaknya suami dan istri bisa memahami sisi-sisi perbedaan kejiwaan dan karakter antara suami dan istri, mampu meredam konflik, mengerti cara keluar dari konflik, serta memahami cara menghindari pertengkaran dalam kehidupan rumah tangga.

Program bimbingan memiliki peran untuk pencegahan agar tidak perlu terjadi persoalan berat yang bisa merusak kebahagiaan dan mengancam keutuhan keluarga. Pemerintah dan berbagai pihak terkait bisa memfasilitasi program bimbingan kepada keluarga yang memerlukan.

Gatra Penyelesaian

Ketika sudah terlanjur terjadi problem, masalah atau konflik dalam keluarga, maka pada dasarnya problem tersebut harus diselesaikan secara mandiri oleh setiap keluarga. Mereka harus memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan hidup berumah tangga. Karena sesungguhnya tidak ada yang bisa menyelesaikan persoalan keluarga, kecuali mereka sendiri. Suami dan istri harus kompak sehingga mudah mencari solusi atas setiap persoalan yang datang.

Namun kadang ada kondisi dimana keluarga sudah tidak mampu lagi menyelesaikan persoalan internal mereka. Pada situasi seperti itu, diperlukan kehadiran pihak ketiga untuk membantu mencari penyelesaian masalah keluarga. Pemerintah dan berbagai pihak terkait hendaknya memfasilitasi bimbingan dan konseling keluarga bagi masyarakat yang memerlukan.

Pemerintah dan berbagai pihak terkait bisa menyediakan tenaga konselor keluarga maupun relawan yang dibekali untuk melakukan konseling keluarga. Bimbingan dan konseling bertujuan memberikan penguatan setiap keluarga untuk menyelesaikan problematika mereka sendiri. 

Gatra Pemulihan

Paska mengalami persoalan berat, keluarga perlu memiliki kelentingan untuk pulih dari kondisi terpuruk. Dalam kasus tertentu yang spesifik, bahkan memerlukan terapi dan pendampingan secara intensif. Sangat penting untuk meningkatkan resiliensi (kelentingan) keluarga, sehingga memiliki kemampuan untuk cepat pulih setelah mengalami berbagai persoalan baik ringan maupun berat dalam kehidupan.

Penerimaan lingkungan juga sangat berperan dalam proses pemulihan keluarga, dari kondisi terpuruk kepada kondisi yang normal. Sikap positif masyarakat sangat menentukan pemulihan dan kebaikan keluarga paska mengalami keterpurukan. Sebaliknya, saat masyarakat memberikan sikap yang negatif, akan memperlama proses pemulihan mereka dari guncangan persoalan. Di sini pentingnya menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif dan ramah keluarga.

Tugas Kita Semua

Keenam gatra ketahanan keluarga tersebut menjadi tugas dan kewajiban semua komponen bangsa untuk mewujudkannya. Bukan hanya tanggung jawab Pemerintah melalui Kementrian Agama, BKKBN, Kementrian Sosial, Kementrian Pendidikan dan Kementrian lainnya, namun juga tanggung jawab kalangan tokoh agama, ormas, LSM, dan pihak-pihak swasta. Pemerintah tidak mampu untuk menangani semua gatra itu tanpa kerja sama dengan pihak-pihak lain.

Sudah semestinya kita semua turut bertanggung jawab untuk menciptakan ketahanan keluarga sebagai bagian utuh dari upaya pengokohan Ketahanan Nasional. Jika baik keluarganya, akan menjadi baiklah bangsa dan negara. Jika rusak tatanan keluarga, rusak pula bangsa dan negara. Maka mari bersama-sama menguatkan ketahanan keluarga, dimulai dari keluarga kita masing-masing. Mumpung bulan Ramadhan, semua kebaikan menjadi lebih mudah dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun