[caption caption="ilustrasi : www.bild.de"][/caption]Gadget, perangkat kecil yang memiliki fungsi dan kapasitas yang sangat besar, bisa menggenggam dunia, namun juga bisa mengakibatkan anak-anak dan orang dewasa meninggal dunia. Gadget telah memberikan sangat banyak manfaat, sangat banyak kemudahan, namun juga telah merenggut banyak nyawa akibat terlalu asyik menggunakannya. Dunia telah berubah karena adanya gadget, corak interaksi, corak komunikasi antar manusia, sudah menjadi sangat berbeda dibandingkan dengan masa-masa sebelum ada gadget.
Dehumanisasi, mungkin agak berlebihan, namun saya kira begitulah kondisinya. Terjadi penurunan nilai-nilai kemanusiaan kita akibat dijajah oleh teknologi informasi dan komunikasi melalui gadget yang sangat merebak akhir-akhir ini. Manusia itu makhluk sosial, yang memerlukan satu dengan yang lainnya. Namun ternyata, interaksi itu sekarang tidak terjadi di ruang-ruang silaturahim yang nyata. Terjadinya komunikasi dan interaksi melalui jejaring sosial, membuat orang bersilaturahim secara tidak nyata.
Berbagai fitur komunikasi, fitur kantor, fitur game, juga fitur hiburan yang disediakan oleh gadget membuat manusia semakin asyik dan merasa hidupnya sudah selesai hanya dengan memegang gadget. Bahkan orang merasa linglung dan pikun, hanya karena sehari tidak memegang gadget. Keasyikan menggunakan gadget membuat banyak orang kehilangan kehati-hatian. Mereka menggunakan gadget pada waktu dan kondisi yang tidak tepat. Bahaya besar bisa mengancam kehidupan manusia.
Kita sering mendengar berita kecelakaan yang menewaskan korban, karena berkendara sambil asyik bermain gadget. Ada banyak anak muda menggunakan gadget sambil mengendarai motor maupun mobil. Ada yang tertabrak mobil karena berjalan kaki di tepi jalan raya sambil memainkan gadget, saking asyiknya hingga tidak memperhatikan lalu lintas yang sangat padat di sekitarnya. Korban meninggal dunia berjatuhan di jalan raya karena sembrono menggunakan gadget yang tidak pada pada tempat dan waktu yang tepat.
Yang lebih menyedihkan lagi, dalam dunia pendidikan dan keluarga, terjadi pula penggerusan nilai-nilai kesakralan sebuah ikatan karena kehadiran gadget. Ikatan suami dan istri bisa rusak dengan mudah, karena di tengah mereka ada gadget. Ikatan orang tua dengan anak bisa memudar dengan cepat karena di tengah mereka ada gadget. Duduk bersama di ruang keluarga, bukannya mengobrol dan bercengkerama bersama seluruh anggota keluarga, namun semua asyik dengan gadget masing-masing.
Ibu lebih asyik dengan gadget, ayah lebih asyik dengan gadget, anak lebih asyik dengan gadget. Kehangatan keluarga mereka menjadi hilang, berganti kehangatan dengan gadget. Orang tua membiarkan anak-anak yang masih kecil asyik bermain sendiri, tanpa ditemani, tanpa diawasi, karena mereka tengah asyik dengan gadget. Menganggap lebih penting gadget daripada pengasuhan anak, adalah sebuah bencana kemanusiaan. Bencana sangat besar yang melanda kehidupan di zaman cyber saat ini.
[caption caption="ilustrasi : www.dailymail.co.uk"]
Rupanya kita harus diingatkan oleh binatang, bagaimana mereka menyayangi anaknya. Binatang tidak mengenal gadget, mereka tidak disibukkan dengan internet, mereka tidak ribut dengan media sosial. Kehidupan mereka natural, dan ternyata Allah memberikan kepada mereka “perasaan kasih sayang” terhadap anak-anak yang mereka lahirkan. Justru karena mereka tidak mengenal gadget dan internet, waktu mereka tercurah penuh untuk mengurus anak-anak. Banyak binatang yang memiliki naluri keibuan yang sangat besar, dalam pengasuhan anak.
Saya memandangi foto-foto binatang yang tampak sedemikian mesra dan hangat dengan anak-anak mereka. Foto di web www.bintang.com itu sangat menyentuh hati. Menggambarkan kasih sayang orang tua binatang terhadap anak-anak binatang. Tentu mereka tidak asyik dengan gadget. Bahkan banyak kejadian pada dunia binatang yang sangat menyentuh perasaan kemanusiaan kita. Kejadian dan kisah tentang kasih sayang binatang terhadap anak mereka.
Beberapa waktu lalu, dunia dikejutkan oleh berita dari kebun binatang Frankfurt, Jerman. Seekor induk gorila bernama Shira, telah mengingatkan ketulusan cinta ibu kepada anaknya. Shira tampak sangat sayang kepada sang bayi. Sejak lahir, Shira selalu mengurus si bayi. Saking sayangnya, Shira selalu menggendong anak, tanpa mengetahui bahwa si anak sudah mati seminggu. Banyak media memberitakan, Shira mondar-mandir kebingungan di dalam kebun binatang itu sambil membawa anak dalam dekapan.
Shira tidur bersama mayat anaknya dan setiap pagi, Shira berusaha membangunkan sang anak. Seperti ia tidak bisa menerima kematian anak yang dicintainya. Menurut Direktur Utama kebun binatang Frankfurt Zoo, si bayi gorila sebelumnya baik-baik saja. Tidak ada gejala sakit, akan tetapi pada sore harinya tiba-tiba bayi gorila tersebut meninggal. Tentu saja pihak pengelola kebun binatang Frankfurt sangat kaget dengan kematian bayi gorila tersebut, terlebih-lebih Shira, sang ibu, yang sedemikian menjaga dan merawat anaknya.
Luar biasa, ibu gorila sedemikian menjaga dan mencintai anaknya. Karena gorila tidak punya gadget?
[caption caption="ilustrasi : www.wajibbaca.com"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/04/15/anak-57104ab8587b61871aeebe12.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Jika tidak berhati-hati dan tidak proporsional, gadget bisa merusak kehangatan hubungan orang tua dengan anak. Orang tua disibukkan dengan gadget mereka, sehingga tidak mempedulikan kondisi anak. Gadget berubah menjadi sihir yang sangat memukau dan mengasyikkan. Dimensi waktu menjadi kacau balau. Sudah asyik dengan gadget selama empat jam, merasa seperti hanya empat menit atau empatpuluh menit saja. Waktu efektif terbuang dengan sangat cepat, dan tiba-tiba hari sudah malam dan akan segera berganti hari lagi.
Sudah sangat banyak kejadian di berbagai negara, akibat keasyikan dengan gadget, anak-anak menjadi korban hingga meninggal dunia. Media pernah ramai memberitakan, seorang balita usia dua tahun meninggal dunia tertabrak mobil, di depan mal Zhengzhou, Tiongkok. Balita itu lepas dari pantauan sang ibu yang tengah asyik dengan smartphone-nya. "Awalnya balita itu bermain-main di trotoar, lalu berlari ke jalanan dan tertabrak mobil," ujar saksi mata.
Pasti sang ibu sangat sedih dan menyesal setelah kejadian kecelakaan yang merenggut nyawa anaknya. Hanya karena lalai tidak mengawasi anak, karena tengah asyim dengan gadget di tangannya, menyebabkan harus kehilangan buah hati. Si ibu ini merasa bermain gadget hanya sebentar. Itu karena perasaan asyik dan pengaruh “sihir” gadget yang demikian merenggut konsentrasi, ternyata si ibu sudah cukup lama bermain gadget. Dimensi waktu sudah sedemikian jungkir balik. Semula si anak bermain di sekitar ibu, namun si anak terus bermain menjauh dari ibu hingga ke jalan raya yang sangat padat kendaraan.
Media juga pernah ramai memberitakan, di China, seorang balita berumur 14 bulan tenggelam di dalam ember dan meninggal dunia setelah dibawa ke rumah sakit oleh ibunya. Balita tersebut meninggal karena tidak diawasi oleh sang ibu, yang sedang asyik bermain smartphone. Bayi perempuan ini meninggal dunia karena tenggelam dalam ember yang berisi air. Saat sang anak berjuang untuk hidup, justru sang ibu yang masih muda belia (23 tahun) asyik bermain smartphone. Tidak diberitakan dimanakah bapak dari si anak tersebut sedang berada.
Itu dua dari sekian banyak contoh kejadian keasyikan dengan gadget yang membahayakan jiwa manusia. Apakah hanya terjadi di luar negeri? Apakah di Indonesia tidak memiliki contoh kasusnya? Tentu sudah ada. Beberapa media lokal Jawa Timur memberitakan kejadian serupa di Surabaya. Seorang ibu tidak menyadari anak dan keponakannya tenggelam di kolam renang hingga meninggal dunia, karena ia tengah sibuk dengan smartphone-nya. Insiden itu telah merenggut nyawa dua anak yang masih kecil, keduanya belum genap berumur 9 tahun.
Tak ada yang mengetahui secara pasti bagaimana kedua anak kecil itu bisa tenggelam. Namun sang ibu terlambat menyadari adanya insiden tersebut. Saat ia mencebur ke dalam kolam untuk menyelamatkan anak dan keponakan, keduanya sudah tidak bisa diselamatkan. Mungkin saja sang ibu merasa hanya sebentar saja bermain gadget, karena saking asyiknya, semua terasa sangat sebentar. Rasanya hanya sesaat, namun ternyata sudah cukup lama, hanya saja tidak terasa karena saking asyiknya. Penyesalan akan dirasakan seumur hidupnya.
Maka, mari lebih berhati-hati menggunakan gadget. Jaga buah hati, sayangi buah hati, rawat dan didik buah hati. Utamakan mengurus mereka, bukan gadget anda. Ciptakan keasyikan dengan mereka, bukan dengan gadget anda.
Selamat siang sahabat semua, salam Kompasiana.
Sumber Berita:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI