Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Buya Hamka Menasihatiku tentang Poligami

13 April 2016   07:52 Diperbarui: 16 Desember 2018   12:13 3599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Saya akan berusaha, Buya...” jawabku lirih.

"Jadi sebelum kamu terlanjur menempuh hal yang dibolehkan oleh syara’ itu, pikirkan soal keadilan itu lebih dulu, Cahyadi..." Buya tampak serius saat memulai kalimat ini. Aku menjadi tercekat, tidak tahu akan berkata apa.

“Buya, tapi kan....”

"Orang beriman mesti berpikiran sampai ke sana, Cahyadi. Jangan hanya terdorong nafsu melihat perempuan yang kamu senangi saja," Buya memotong pertanyaanku. Seakan beliau sudah tahu apa yang akan aku sampaikan.

Aku menunduk dalam, tidak berani menatap wajah beliau. Angin sejuk Danau Maninjau menerpa wajah kami, membuatku betah ingin terus mendengar nasehat beliau. Di seberang danau, barisan bukit mulai tampak lebih jelas. Kabut pagi yang menghalangi perlahan tersingkap sinar matahari.

"Mengakadkan nikah adalah hal yang mudah, Cahyadi... Sebab itu, kalau kamu takut akan berlaku tidak adil pula beristeri banyak, lebih baik satu orang sajalah. Dengan demikian kamu akan aman....", suara Buya tampak berat, namun sangat berwibawa.

Aku hanya diam sambil mengangguk-anggukkan kepala. Mencoba memahami apa yang beliau pesankan. Tausiyah ini sangat berharga bagiku, karena lahir dari seorang ulama besar yang sangat bijak.

Buya masih melanjutkan cerita, kali ini beliau bertutur tentang nasehat salah seorang gurunya.

"Seorang di antara guruku yang beristeri lebih dari satu pernah memberi nasihat kepadaku waktu aku masih muda, "Cukuplah isterimu satu itu saja wahai Abdul Malik! Aku telah beristeri dua. Kesukarannya baru aku rasakan setelah terjadi. Aku tidak bisa mundur lagi."

Buya menghela nafas panjang. Seakan ada beban berat yang ingin beliau keluarkan lewat cerita ini.

"Guruku itu mengatakan: Resiko ini akan aku pikul terus sampai salah seorang dari kami bertiga meninggal dunia. Aku tidak akan menceraikan salah seorang antara mereka berdua, karena kesalahan mereka tidak ada. Anakku dengan mereka berdua banyak. Tetapi aku siang-malam menderita bathin, karena ada satu hal yang tidak dapat aku pelihara, yaitu keadilan hati."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun