Bagi orang yang sudah jatuh cinta, jawaban dari semua pertanyaan fundamental ini tentu sangat positif. Seakan-akan anda sangat mengenalinya, seakan-akan anda sangat mengerti dirinya, seakan-akan anda siap hidup bersamanya dalam suka dan duka. Padahal pernikahan itu bukan seakan-akan, tetapi dunia yang sangat nyata. Dunia yang harus anda hadapi sehari-hari bersama si dia. Jatuh cinta telah membutakan anda, sehingga segala kekurangan dan kelemahannya tidak tampak di mata anda.
Kelak kekurangan dan kelemahan pasangan akan terungkap saat anda berdua sudah bangun dari jatuh cinta tersebut. Di saat itu semua hal menjadi tampak realistis dan apa adanya. Di saat itu anda baru menyesali keputusan menikah dengan si dia, karena terlanjur dimabuk cinta. Maka kenali dengan tepat kondisi anda saat ini, apakah anda sudah terlanjur jatuh cinta kepada si dia? Jika sudah terlanjur, anda harus berusaha menetralkan perasan itu demi mendengar masukan dan pertimbangan dari orang lain tentang rencana pernikahan anda dengan si dia.
6. Apakah aku siap menjalani hidup bersamanya?
Tanyakan kepada diri anda sendiri, apakah anda siap menjalani hidup bersama si dia dalam segala kondisinya? Dengan segala keadaannya? Baik yang anda ketahui sekarang maupun yang segera anda ketahui setelah menikah? Sebelum menikah, mungkin anda hanya mengetahui sisi-sisi yang menarik darinya. Apalagi jika anda sudah terlanjur jatuh cinta kepadanya, anda tidak melihat sedikitpun kekurangan yang membuat anda menjadi ragu terhadap si dia.
Coba pikirkan kembali masak-masak. Hidup dengan orang sama dalam waktu yang lama, yang watak dan karakternya sudah terbentuk dalam waktu lama sejak belum bertemu dengan anda. Dia sudah dewasa dan menjadi seseorang yang utuh, sebagaimana anda juga sudah dewasa dan menjadi pribadi yang utuh. Masing-masing dari anda harus berusaha memahami, mengerti dan menyesuaikan karakter masing-masing yang pasti berbeda. Siapkah anda hidup dalam berbagai perbedaan karakter yang pasti muncul di antara anda berdua?
Siapkah anda menghadapi berbagai ujian dan tantangan hidup bersamanya? Siapkah anda menghadapi permasalahan dan berbagai perbedaan dengan si dia? Siapkah anda menundukkan ego demi keutuhan keluarga? Siapakah anda mengalah demi kebahagiaan bersama? Siapkah anda meminta maaf dan memaafkan kesalahan pasangan anda bahkan sebelum ia meminta maaf dari anda? Itulah makna menjalani hidup bersama si dia, karena kehidupan berumah tangga itu tidak hanya akan ketemu hal-hal yang menyenangkan dan sesuai harapan saja, namun juga bisa bertemu hal-hal yang tidak menyenangkan dan tidak sesuai harapan.
7. Siapkah aku menyesuaikan diri dengan harapannya?
Pertanyaan berikutnya adalah, siapkah anda menyesuaikan diri dengan harapannya? Kita tahu, harapan adalah yang membuat hidup kita menjadi bersemangat. Dalam menjalani kehidupan berumah tangga, tentu ada sejumlah harapan yang ingin diwujudkan. Termasuk harapan yang diinginkan ada pada diri pasangan.
Semua orang memiliki harapan dalam pernikahan, demikian pula anda. Ketika telah menikah anda bisa kecewa karena harapan anda tidak menjadi kenyataan. Demikian pula pasangan anda bisa kecewa karena harapan dia terhadap anda tidak menjadi kenyataan. Masalahnya, anda tidak bisa sekedar menuntut agar pasangan anda menyesuaikan diri dengan harapan anda. Bahkan anda harus berusaha menyesuaikan dengan harapan dia.
Tahukah anda bahwa anda sudah tidak bisa lagi untuk menyatakan “aku ingin menjadi diri sendiri” setelah menikah? “Be yourself” adalah pernyataan mereka yang masih lajang dan belum menikah. Setelah menikah, anda harus menjadi seseorang seperti harapan pasangan. Bukan menjadi diri sendiri. Siapkah anda berubah dan menyesuaikan diri dengan harapan pasangan anda? Karena dia tidak akan berubah sepanjang anda juga tidak bersedia berubah. Konon, berubah adalah aktivitas yang paling sulit dilakukan oleh orang yang sudah mapan.
8. Siapkah aku menjadi bagian dari keluarga besarnya?