2. Lebih menikmati kesendirian
Saat suami dan istri lebih merasa nyaman ketika sendirian, ini merupakan gejala yang perlu diwaspadai. Jangan dianggap sebagai sesuatu yang remeh, karena jika perasaan ini dibiarkan berkembang dan bertahan dalam waktu lama, akan membuat cinta mereka semakin sirna. Akhirnya tidak ada lagi ikatan yang menyatukan mereka berdua, karena masing-masing lebih menikmati kesendiriannya.
Semestinya suami dan istri itu merasa nyaman dan bahagia saat bersama pasangan. Mereka merasakan kerinduan saat harus berpisah sementara waktu karena berbagai urusan. Maka saat bertemu, mereka memiliki hasrat yang kuat untuk menuntaskan kerinduan. Ini yang sering saya sampaikan pada pasangan yang menjalani kehidupan long distance relationship (LDR), hendaknya LDR dipahami sebagai keterpaksaan. Jangan sampai dinikmati sebagai sesuatu yang lumrah sehingga tidak ada upaya untuk berkumpul bersama pasangan.
3. Munculnya perasaan hambar
Harusnya suami dan istri itu memiliki perasaan yang istimewa. Namun seiring berjalannya waktu dan menumpuknya persoalan, kadang dijumpai perasaan yang hambar dan bahkan dingin saja. Suami dan istri tidak memiliki keistimewaan perasaan terhadap pasangan lagi. Rasanya biasa saja saat bersama pasangan. Tidak ada kebanggaan, tidak ada keceriaan, tidak ada keistimewaan. Biasa saja, tanpa suatu aroma yang bercorak khusus.
Hal ini menandakan mereka belum menemukan titik kesejiwaan. Perasaan hambar ini tidak semestinya dimiliki oleh pasangan suami istri, mengingat mereka adalah dua insan yang diikat oleh cinta dan kasih sayang. Mengenali suasana hambar ini penting untuk segera melakukan tindakan yang berarti, agar tidak berlanjut menjadi saling menjauh bahkan saling membenci.
4. Mudah muncul emosi
Saat belum menemukan titik kesejiwaan, suami dan istri akan mudah marah dan emosi. Untuk urusan yang sepele dan sederhana mereka mudah meledak emosinya. Hanya karena salah bicara yang tidak sengaja, atau bersikap yang tidak sesuai keinginan pasangan, sudah muncul emosi dan kemarahan yang tidak tertahan. Sedikit-sedikit marah, sedikit marah. Marah kok sedikit-sedikit :)
Mudah muncul emosi adalah gejala yang tidak wajar, karena semestinya suami dan istri saling menyayangi sehingga mudah memaafkan kelemahan dan kekurangan pasangan. Jika setiap kali bertemu atau berkomunikasi, yang mucul adalah suasana emosi dan kemarahan, maka membuat suami atau istri cenderung menghindari komunikasi atau bahkan menghindari bertemu dengan pasangan agar tidak emosi. Kondisi ini membuat semakin jauh dari kesejiwaan.
5. Mudah tersulut konflik
Hanya karena hal-hal sederhana, mudah membuat suami dan istri terlibat pertengkaran. Sangat banyak konflik tidak produktif dan tidak semestinya terjadi dalam keluarga mereka. Segala sesuatu pembicaraan di antara mereka selalu menimbulkan pertengkaran, sampai akhirnya merasa lelah untuk berbicara. Memilih mendiamkan masalah serta menumpuk-numpuk persoalan karena tidak ingin meledak menjadi pertengkaran.